Pasir Hisap Negative Thinking

 Negative thinking adalah pasir hisap yang membuat kita ingin meronta keluar dari dalamnya. Perasaan cemas, takut berlebihan, kurang percaya diri  dan segala jenis perasaan negatif yang bersumber dari negative thinking, menghisap energi kebahagiaan kita hanya dalam hitungan detik. Pernahkah anda merasa bahagia sekali saat menerima penghargaan di sebuah perlombaan? Namun beberapa saat berikutnya seseorang yang anda anggap sebagai maestro dan sangat anda hormati malah mencibir keberhasilan anda, menyebutkan jika kesuksesan itu hanyalah sebuah keberuntungan tak sengaja. Perasaan bahagia tiba-tiba saja bisa berubah menjadi minder, andapun meragukan kemampuan sendiri.

Dari salah satu contoh yang telah saya sebutkan, jelas sekali jika negative thinking adalah black hole yang menyerap segala jenis euforia positif di sekitarnya. Lantas bagaimana cara mengatasinya? Ketakutan dan kecemasan adalah pikiran yang lumrah bercokol di hati dan otak manusia. Akan susah sekali mengusirnya hanya bermodalkan bacaan-bacaan atau nasehat motivasi tanpa mengetahui akar masalah sebenarnya.

sumber : google


Ada dua perbedaan besar di dunia ini, berkaitan dengan energi hisap negative thinking. Pertama orang yang mampu mengolah pikiran negatifnya menjadi senjata untuk maju. Kedua, orang yang memilih untuk terhisap dalam pusaran negatif pikirannya atau memilih secara sadar untuk tenggelam semakin dalam.
Berikut ini beberapa penyebab negative thinking yang umum dirasakan sbagian besar orang (berdasarkan kacamata pribadi),

1.      Trauma. Disakiti dan dikhianati oleh orang terdekat membuat seseorang bisa berubah dalam hal memberi kepercayaan. Sinis dan cenderung menutup diri adalah akibat terburuk yang disebabkan olehnya
2.      Dianggap remeh. Sering dikucilkan atau dianggap remeh oleh orang lain menyebabkan penyakit yang disebut minder. Walaupun seseorang memiliki talenta luar biasa, tetapi karena minder semua kelebihan itu tidak akan terekspos keluar.
3.      Kemalasan akut. Rasa malas adalah musuh terbesar manusia, itu yang sering dikatakan orang. Seseorang yang sejak kecil dimanjakan dengan rasa malasnya, akan tumbuh menjadi pribadi pengecut dan tidak mampu tough saat banyak problem melanda. Hidup yang butuh kerja keras untuk mencapai kesuksesan, menjadi sebuah utopia yang jauh dari pikiran para orang-orang malas. Malas untuk belajar dan malas untuk berubah lebih baik menumbuhkan buntut sikap negatif berikutnya, malas berpikir di saat kesulitan melanda. Satu-satunya jalan bagi mereka hanya hidup stagnan dan menolak perubahan.

Lalu apa obat yang tepat untuk mengatasi negative thinking tersebut?
1.      Bergaullah dengan orang-orang yang mampu mengolah negative thinking menjadi pemacu karyanya. Tiap orang pasti punya pikiran dan perasaaan negatif, hanya saja bagaimana cara mengolahnya itulah yang berbeda-beda. Negative thinking diubah menadi positive action.

2.      Sering-seringlah berdialog dengan diri. Manusia dikaruniai Tuhan dengan akal dan nurani yang selalu berbicara pada kita. Saat kita melakukan hal yang kurang baik, pasti ada sesuatu yang mengganjal di dalam otak dan hati. Dengarkanlah suara hati anda, belajarlah untuk mengabaikan ‘suara-suara negatif’ yang bisa jadi sedang ditiupkan oleh setan.

3.      Membaca dan mendekatkan diri pada Tuhan. Membaca buku motivasi, membaca alam, membaca manusia dan membaca hati ciptaan Tuhan ialah tindakan yang harus sering kita biasakan. Tuhan akan selalu menjadi sahabat terbaik di kala gundah melanda.

Cintai diri anda terlebih dahulu sebelum mencintai orang lain. Pedulilah pada diri anda sendiri, sebelum menyatakan kepedulian pada derita orang lain. Selamat berubah!

4 komentar

sari widiarti mengatakan...

biasanya muncul dari prasangka - prasangka yang enggak jelas darimana awalnya. Membiasakan diri untuk berpikir positif dan tidak terlalu suka mencampuri urusan orang lain :D

Reffi Dhinar mengatakan...

siip mbak..penyakit hati yg harus rutin dibersihkan :D

Euisry Noor mengatakan...

Wow, tulisan super, Mbak. Terima kasih inspirasinya. Negatif thinking memang berbahaya bagaikan pasir isap. Dan sesungguhnya itu bisa diolah & diarahkan pada aksi positif. Sepakat. Juga tips2nya.
Salam :)

Lex dePraxis mengatakan...

Tulisan yang padat dan menarik, terima kasih telah berbagi. Kebetulan saya juga barusan menulis tentang bagaimana sulitnya memperbaiki rasa kepercayaan pasca pengkhianatan. Bisa dibaca di artikel Mempercayai Lagi Setelah Dikhianati, Bisakah?, pasti bisa memberikan edukasi yang berguna dalam perjalanan romansa.