Berkarya Saja, Jangan Hanya Bicara



Apa yang paling membahagiakan bagi seseorang yang menggemari dunia tulis menulis? Sebagian besar biasanya berkata jika ingin sekali karyanya dimuat media massa baik cetak maupun online. Banyak yang mengeluhkan, setelah beberapa kali menulis, ternyata hasil karya yang dikirimkan masih saja ditolak. Jangan putus asa, kawan! Karya-karya yang ditolak itu bisa kita perbaharui, setelah meminta saran dari pembaca dan juga belajar mengenai tenik menulis dari berbagai sumber. Naskah yang anda simpan bisa menjadi buku kumpulan cerpen, kumpulan puisi, artikel dan lain-lain.

Sering-seringlah mengikuti lomba menulis atau event kepenulisan bersama. Saat ini sudah banyak event-event menulis yang mmebuat proyek antologi. Walau belum memiliki karya solo, setidaknya kita sudah memiliki modal dan kebanggaan karena karya kita sudah tercetak dalam bentuk buku. Baik indie ataupun penerbit mayor, semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Berkarya saja sebanyak-banyaknya, dan mencobalah menerbitkan karya di penerit mayor. Jika masih ditolak, dan anda ingin menerbitkannya di penerbitan indie (self-publishing), itu juga tidak salah. Bukan berarti karya atau buku yang terbit di penerbitan indie memiliki kualitas yang kurang. Pembaca sudah lebih cerdas, pasar pembaca buku indie sudah lebih besar saat ini, itulah yang memicu menjamurnya penerbit-penerbit indie di tanah air. Tetapi, kita tidak boleh membuat karya secara asal-asalan. Tulisan kita akan menjadi personal branding kita. Menghibur dan memberi pengetahuan bagi pembaca adalah manfaat mulia dalam menulis. 

Kualitas buku indie dapat dijajarkan dengan buku terbitan penerbit konvesional. Satu masalah muncul lagi, yaitu menerbitkan buku indie memakan biaya yang cukup besar. Nah, kalau begitu anda yang harus lebih cerdas. Jika memang anda tidak masalah dengan berapapun biaya yang dikeluarkan, biaya  500 ribu (rata-rata harga penerbitan indie pada umumnya), mungkin bukanlah angka yang besar. Jalan lain, anda bisa mengikuti event buku antologi yang hanya mensyaratkan pembelian buku cetak dengan harga kontributor. Saya menerbitkan novel perdana secara gratis, karena karya saya lolos 10 besar sebuah sayembara buku. Buku kedua yang berupa kumpulan puisi, bisa saya terbitkan di penerbit indie yang lain dengan diskon 50%, setelah karya flash fiction saya menjadi juara pertama. Itu pun saya dapatkan setelah beberapa kali penolakan dan setelah lolos sebagai kontributor. Saat ini, di tengah kesibukan sebagai penerjemah bahasa Jepang di perusahaan swasta, saya masih terus menulis dan memiliki mimpi agar bisa segera menerbitkan buku di penerbit mayor. Event antologi juga masih sering saya ikuti. Anda mengetahui kaidah 10000 jam? Menulis dan terus menulis, serta mengikuti lomba, akan mengasah keterampilan kita. Jadi jangan menunggu kesempatan, anda wajib menciptakan kesempatan dengan terus berlatih dan mengirimkan karya.

Perluas juga jaringan anda dengan mengikuti komunitas penulis baik online atau offline. Menulis di blog dan aktif mempublikasikannya, juga akan memperluas pasar pembaca kita. Jika ada uang lebih, sisihkan waktu untuk mengikuti pelatihan menulis atau seminar. yang paling utama jangan hanya bicara dan menunggu kesempatan datang. Buanglah rasa pesimis dan berkarya saja. Abaikan omongan negatif dan terimalah kritik serta saran yang membangun karya kita. Menulislah dengan cinta :)

3 komentar

Anonim mengatakan...

Setuju.
Asal kita terus berkarya pasti bisa berhasil :)

Ione Nasition mengatakan...

hmm...dimana ada kemauan pasti ada jaln

Titis Ayuningsih mengatakan...

ayooo semangat! Menulis dan berkarya!