Pesimisme yang Diubah dengan Cinta



Judul : Assalamualaikum, Beijing!
Penulis : Asma Nadia
Jumlah Halaman : 342 halaman
Tahun Terbit : Oktober 2013
Penerbit : Noura Books

Bagaimana jika beberapa kali patah hati membuat diri kita apatis atau pesimis pada cinta? Begitulah yang sering terjadi pada manusia, termasuk juga pada tokoh dalam novel Assalamualaikum, Beijing! Karya Asma Nadia ini. Seorang gadis bernama Asma dan juga Ra, mencari kesejatian cinta dalam kisah hidup mereka yang tidak bisa terbilang mudah. Mengisahkan dua cerita yang dibumbui legenda negeri tirai bumbu, memikat dan menggetarkan.

Dewa dengan Ra, Asma dengan Zhongwen, adalah dua hubungan yang dikisahkan bergantian namun sama-sama memiliki benang merahnya sendiri. Hubungan cinta antara Dewa dan Ra yang terjalin selama empat tahun dan akan menginjak pernikahan, harus hancur karena kelalaian semalam. Dari kisah keduanya kita dapat belajar, betapa ujian itu bisa datang justru karena mengizinkan sisi gelap dalam diri menguasai hati. Ra, seorang gadis cerdas dan mandiri terkadang membuat Dewa merasa sedikit kurang dibutuhkan. Ego lelaki meruntuhkan pertahanan dan kesetiaan Dewa, hanya pada satu malam. Anita, gadis cantik yang selalu mengejar-ngejar Dewa, mendapatkan Dewa sebagai pasangannya lewat cara yang kurang baik.

Sedangkan Asma harus menemui kegundahan setelah bertemu seorang pria kharismatik asal Cina bernama Zhongwen. Pertemuan singkat di Beijing, tak disangka menyimpan kesan mendalam bagi Zhongwen. Zhongwen yang tergila-gila dengan legenda klasik Ashima dan Ahei, menyebut Asma sebagai Ashimanya. Jarak yang terbentang serta komunikasi jarak jauh yang jarang dilakukan, rupanya menambah rasa penasaran di hati Zhongwen akan Asma serta agama Islam.

Dewa merasa tersiksa dengan pernikahannya dengan Anita. Janin yang dikandung Anita hasil hubungan semalam yang dikutukinya tersebut, menghancurkan hati Dewa dan juga Ra. Ra terpuruk dalam kesedihan, sedangkan Dewa terpenjara dalam penyesalan tak berkesudahan. Siapa yang menabur, maka akan menuai, agaknya memang sesuai disematkan pada jalinan cerita antara Dewa, Ra dan Anita. Dewa yang meliarkan nafsu sesaatnya, harus bertanggung jawab dan menikah tanpa cinta. Anita yang semula merasa bahagia karena bisa mendapatkan Dewa, semakin menderita dan tersakiti oleh sikap dingin Dewa yang acuh pada dirinya dan juga pada janinnya. Sementara Ra belajar untuk tidak terlalu mempercayai janji pria, justru keterpurukannya membawa semangat baru untuk bangkit lebih hebat lagi.

Dari novel ini, pembaca juga mendapat pengetahuan baru mengenai penyakit APS (Antiphospholipid Syndrome), sebuah penyakit autoimun yang menyebabkan pembekuan pembuluh darah. Penyakit tersebut belum diketahui penyebab dan cara menyembuhkannya. Penderita APS akan mengalami akibat yang berbeda-beda, jika terjadi pembekuan darah di jantung maka akan terjadi serangan jantung, jika terjadi pembekuan darah di bagian mata maka akan terjadi gangguan penglihatan dan lain-lain. Di tengah perjuangan Asma bertahan dalam penyakit APS, Zhongwen makin menunjukkan kerinduannya. Asma yang terlanjur apatis pada cinta, ditambah penyakit yang dideritanya memutuskan untuk menjauhkan diri dari Zhongwen. Kehancuran rumah tangga kedua orang tuanya, membuat Asma meragukan adanya cinta sejati.

Asma Nadia menjalin konflik di antara para tokoh dengan manis namun menggugah. Nasehat-nasehat dan pesan moral disampaikan tanpa kesan menggurui. Bahaya pergaulan bebas dan sentuhan Islam yang mampu memikat hati seorang non-muslim, dalam cerita ini diwakili oleh Dewa dan Zhongwen. Asma yang menjaga cara bergaul dan tak mudah disentuh, menarik hati Zhongwen, betapa wanita muslim yang menjaga dirinya akan tampak lebih indah. Pelan-pelan, dari sekedar rasa penasaran terhadap Asma dan dialog-dialog panjang melalui email, Zhongwen memutuskan menjadi muallaf dan menentang keluarganya. Ia nekat berkunjung ke Indonesia untuk mencari jejak Asma.

Menuju klimaks cerita, pembaca akan dikejutkan dengan fakta bahwa Ra dan Asma adalah orang yang sama. Di sinilah letak kejelian Asma Nadia, mungkin dari awal pembaca akan mengira jika Ra dan Asma adalah orang yang berbeda. Asmara, satu nama yang dipanggil dengan cara berbeda. Asmara, yang semula masih terombang-ambing dengan perasaannya, akhirnya mengetahui siapa pria yang sungguh-sungguh mencintainya. Dewa mundur seketika setelah mengetahui penyakit mantan kekasihnya. Tekadnya untuk menceraikan Anita luntur seketika. Berbeda dengan sikap pengecut Dewa, Zhongwen dengan sigap dan sikap setia mendampingi Asma di tengah perjuangannya melawan penyakit APS.

Akhir bahagia antara Zhongwen dan Asma yang akhirnya menikah dan hidup bersama anak-anaknya, memberi sedikit pencerahan pada kita, jika kekuatan cinta itu benar-benar ada. Jodoh adalah misteri yang unik, namun sesungguhnya dapat ditebak sejak awal. Dewa yang bersikap tak setia mendapatkan jodoh yang sesuai. Asma yang berusaha memperbaiki sikap dan agamanya, menemukan belahan jiwa yang sama-sama baiknya. Patah hati dan kecewa hanya akan sembuh jika kita berpegang pada Tuhan. Mari kembali percaya!

7 komentar

Ophi Ziadah mengatakan...

Seru yaa satu buku yang sama, bisa di review oleh banyak orang dengan versi yang beragam...
keren say reviewnya... mampir juga ke review-ku dr novel ini..
http://www.ophiziadah.blogspot.com/2014/03/book-review-assalamualaikum-beijing.html

Helda mengatakan...

Wahh, jujur Mas, resensi di atas maniiisss banget. Apalagi di akhir paragraf, terselip kata2 bijak yang tidak terkesan menggurui :) Salam kenal

Kata Helda mengatakan...

Nggg....maaf kalo salah sebut, Mbak apa Mas ya?? _" heheh

Reffi Dhinar mengatakan...

terima kasih sudah berkunjung mbk helda.. saya cewek masih unyu2 kok,,heheh...jadi panggil mbak saja :D

Reffi Dhinar mengatakan...

sudah mampir,, keren reviewnya :D

Yopi Saputra mengatakan...

ijin share ya mbak :D

Reffi Dhinar mengatakan...

silakan mas ipoy satria :)