Jalur Rezeki

Rezeki itu tidak hanya berupa materi. Kita semua pasti tahu jika kesehatan, keluarga  masih sehat, lingkungan yang penuh cinta itu juga bisa disebut sebagai rezeki. Namun kali ini saya akan berbagi cerita mengenai rezeki berupa tambahan materi serta kesempatan.

Banyak sekali kawan-kawan yang ingin mencapai mimpinya, namun mimpi tersebut hanya digambar dalam benak. Setelah saya membaca sampai  habis sebuah buku inspiratif berjudul The Secret karya Rhonda Byrne,  barulah saya tersadar. Tanpa saya ketahui,  alam semesta telah merekam jejak mimpi saya dan Allah menitipkan rezeki melalui jalan-jalan tak terduga.

Agar tidak terlalu panjang, saya mulai membuka cerita dari masa kuliah. Masa-masa  kuliah adalah masa-masa penuh pembelajaran dalam hidup saya. Saya mengasah beragam keterampilan baru, belajar budaya asing (terutama Jepang yang menjadi bidang studi kuliah saya), dan mengenali bakat minat semakin dalam. Suatu hari, salah seorang dosen saya yang bernama Bu Listyaningsih, menyodorkan sebuah pengumuman mengenai kompetisi karya ilmiah DIkti. Dengan dua orang sahabat saya yang lain, yaitu Mikha dan Izzah, kami mencari objek penelitian yang bisa kami tampilkan.

Sempat dipusingkan dengan beberapa macam pilihan tema, akhirnya saya menemukan ide berkat alamrhum Om saya. Ya, adik kandung Mama yang paling bungsu, adalah orang yang cukup dekat dengan saya. Om Antok wafat setelah dihajar penyakit gagal ginjal selama satu tahun, ia meninggal dunia di usia relatif muda, 28 tahun saat itu. Kesedihan sempat membayangi saya dalam waktu cukup lama. Namun, berkat kenangan mengenai Om, saya menemukan satu tema menarik untuk dijadikan karya ilmiah. Karya tulis berjudul "Teh Herbal Daun Sukun untuk Mengobati Penyakit Batu Ginjal dan Jantung" mengantarkan tim saya mendapatkan hibah Dikti pada tahun 2012. Untuk pertama kalinya kami menerima hadiah uang pembinaan dengan uang dalam nominal cukup besar, sebanyak 7,5 juta. Jalur rezeki itu saya dapatkan melalui dosen serta memori penyakit Om.

Ketika memasuki persiapan skripsi dan wisuda, saya mengetahui jika biaya yang dibutuhkan cukuplah besar. Kedua orang tua saya memang telah mempersiapkan dana untuk biaya kelulusan, tetapi saya berpikir. Tahun berikutnya, adik semata wayang saya juga akan memasuki jenjang perguruan tinggi dengan biaya yang tak kalah besar. Akan sangat berat jika Papa dan Mama harus mempersiapkan dana dalam rentang waktu yang sempit. Saya sempat merasa iri dengan kawan-kawan sebaya yang bisa memiliki pekerjan sambilan dan tetap fokus kuliah. Saya terus melontarkan mimpi agar bisa segera menjadi gadis mandiri, atau setidaknya meringankan beban orang tua. Selama kuliah, saya rutin mendapatkan beasiswa dari tempat Papa bekerja dan juga dari Japan Club. Untuk mempersiapkan kelulusan, saya belum memiliki dana sendiri.

Ajaibnya, seorang kawan satu jurusan menawarkan pekerjaan sambilan sebagai interpreter freelance selama seminggu di sebuah event balap motor nasional. Ini saatnya saya mempraktekkan kemampuan bahasa Jepang saya. Fantastis, dengan gaji 400 ribu per hari, dana awal untuk biaya bimbingan skripsi dan sidang sudah saya miliki. Lihatlah, Tuhan dan Semesta menyambut keinginan saya. Saya bersyukur amat banyak pada berkah tersbeut.

Berikutnya, jalur rezeki saya dapatkan dari internet. Saya mengikuti proyek menulis artikel freelance dengan bayaran sekitar 22.000 rupiah per artikel. Total saya wajib menyetor artikel sebanyak 1000 kata tiap hari. Saya mengerjakan 40 artikel. Kemudian saya juga mendapat kesempatan untuk menjadi penerjemah naskah freelance. Tahun 2013 juga menjadi awal passion menulis saya menemukan jalan. Kesempatan yang dibuka lebar dari internet, saya eksekusi tanpa putus asa. Alhasil, saya lulus dengan biaya sendiri dan dananya bisa dialokasikan untuk adik saya nanti. Dua buku solo telah terbit, dan belasan antologi yang memuat karya tulis saya juga sudah dipublikasikan. Beberapa karya saya mendapat penghargaan, seperti 10 Terbaik Cerpen Versi Satus WOng Suroboyo Nulis Cerpen, Juara Pertama FF RMSA Letter Penerbit Harfey, dan yang terbaru Juara Pertama Audisi Menulis Semarak ECA 2014.

Sekarang saya bekerja sebagai interpreter bahasa Jepang di sebuah perusahaan baja. Kesempatan ini pun saya peroleh dari sahabat saya. Setelah upacara wisuda, saya sudah diterima bekerja. Berkah terus berdatangan dengan beragam cara. Pekerjaan sambilan sebagai penerjemah naskah freelance juga masih saya lakukan. Kesempatan menjadi interpreter bahasa Inggris di sebuah acara khusus juga saya dapatkan. Semua itu berkat Tuhan yang mengalir melalui tangan-tangan manusia dan alam di sekitar saya. Alhamdulillah,

Jadi, jangan berkecil hati dengan mimpi kita. Saya masih belum bisa dikatakan sukses, tetapi saya sudah tahu mimpi apa yang akan saya raih. Saya bertekad menjadi penerjemah bahasa Jepang yang andal, mimpi menjadi penulis yang karyanya menginspirasi dan menghibur, serta berkeliling Indonesia dan dunia sebagai motivator writing. Jangan batasi mimpi, jangan merendahkan rezeki yang kita terima, karena Tuhan akan selalu melebihkan di kala kita terus bersyukur dan terus berusaha.



3 komentar

Muhammad Hafiz mengatakan...

setuju bangettt...

Ila Rizky mengatakan...

semoga mimpinya tercapai, mba. aamiin

Reffi Dhinar mengatakan...

amiin... :D