Judul Buku : Menyulam
Senja
Penulis : Redisha
Jumlah Halaman : 158
halaman
Tahun Terbit : Februari
2014
Penerbit : Harfeey
Puisi adalah sebentuk karya fiksi
yang unik. Puisi adalah bagian dari cipta dan rasa manusia. Manusia dengan
segumpal jiwa dan pikiran yang terus terkoneksi, menghasilkan banyak jenis
perasaan yang butuh diwujudkan. Tak heran saat seseorang sedang jatuh cinta,
galau, patah hati atau marah sekalipun, maka bisa jadi olahan emosi itu bisa dengan
mudah diekspresikan dalam bentuk kalimat penuh makna. Seringkali kita mendapati
seseorang yang tiba-tiba saja bisa menjadi pujangga kala jatuh cinta atau
kalimat menyayat dari seseorang yang sedang hancur hatinya. Puisi hadir sebagai
media curhat singkat namun memiliki estetikanya tersendiri.
Kumpulan puisi Menyulam Senja
adalah salah satu rekam jejak rasa penulisnya yang tertuang dalam beragam
bentuk. Seorang manusia bisa berubah menjadi gunung berapi, manusia salju atau
embun. Membaca puisi yang dominan aura redup serupa senja yang akan hilang di
sore hari ini, tidak serta merta hanya menunjukkan kegalauan. Jatuh cinta dan
marah pun dapat diungkapkan dengan gaya yang elegan.
Tak bisa dipungkiri, sebagian besar
karya puisi dalam buku ini mungkin akan membawa pembacanya terhanyut dalam
bayangan patah hati, galau dan rasa benci yang tersimpan rapat. Baca saja puisi
berjudul “Menggenggam Waktu” di halaman 11,
Menggenggam
waktu
Mirip dengan jam
pasir
Jatuh luruh di
genggamanku
Siang ganti
malam bergulir
Makna berada
Bukanlah raga
saja
Namun juga bertemunya
waktu
Dalam alam maya
jiwamu
Jika tak sanggup
Waktu menembus
dimensiku
Ku lari
membawa abu
kenanganmu
Tetapi, jangan takut untuk terus
membuka lembar berikutnya. Membaca buku bersampul dominan warna kuning ini,
akan mengubah frekuensi suram menuju fase jatuh cinta, semangat dan penuh
kepekaan. Penulis ingin mengajak pembaca merasakan ragam peristiwa yang tak
hanya berpengaruh pada dirinya. Apa yang ditangkap oleh telinga dan mata
tampaknya diolah dulu dalam imaji rasa, baru kemudian menjadi untaian kata
sederhana. Sederhana yang bisa menyentil rasa kita. Selain monumen rasa sakit
dan jatuh cinta, buku ini juga ingin menunjukkan pada pembacanya, betapa segala
pembentukan dalam kisah kehidupan juga tak lepas dari campur tangan Yang Maha
Esa. Baca saja puisi berjudul “Catatan Kecil” di halaman 49.
Terima kasih
tuhan
Telah membimbingku
Di kala
langkah-langkah kecilku
Terhenti di
tengah bimbang
Aku bersyukur
Kau membentukku
Lewat keagungan
ciptaanMu
Yaitu cinta dan
kegagalan
Karena cinta
Aku belajar
untuk mengasihi
Melalui kegagalan
Aku belajar menempa
diri
Tuhan
Kau memang
segala Maha
Sisi lain dari buku kaya rasa ini adalah
betapa penulis ingin mengusik sisi hati perempuan lewat beberapa puisinya. Buka
saja halaman 81 pada puisi berjudul “Kerling”. Penulis ingin membela kaum Adam
dengan metafora unik tentang hubungan laki-laki dan perempuan. Kemurkaan pada
perempuan kedua diungkapkan melalui bait-bait penuh energi di halaman 15 pada
puisi berjudul “Hei, Kau Wanita” dan puisi berjudul “Memanah Arjuna” pada
halaman 151.
Kepekaan pada dilematika sosial
juga disinggung dalam buku ini. Beberapa puisi seperti “Gang Dolly di Mata
Seorang Bocah”, “Jancuk Kata-kata Kami”, dan “Teriakan Akar Rumput”, merekam
permasalahan masyarakat yang ditangkap oleh indera penulis. Penulis juga
menunjukkan lokalitas kedaerahannya. Tak hanya itu, keunikan buku puisi ini
adalah selipan puisi dengan bahasa Inggris. Penuh semangat dan romantika. Buku
ini tidak menampilkan bahasa yang rumit, adonan rasanya pun mudah dicerna, jadi
tunggu apa lagi? Segera buka tiap halamannya dan hayati bait-baitnya.
Tidak ada komentar
Posting Komentar