Siapakah Diriku Setelah Menikah Nanti?


Diskusi bersama kawan-kawan di grup BBM bernama Wonder Woman kali ini menyinggung tentang apa yang akan dikerjakan setelah menikah nanti. Menikah adalah impian tiap perempuan dan pria lajang. Terlebih lagi bagi perempuan yang usia produktifnya terbatas, pasti akan dikejar-kejar pertanyaan,”Kapan nikah?” jika masih betah melajang di usia yang pantas memiliki keluarga.

Dari hasil bincang-bincang santai, saya mengambil kesimpulan. Perempuan masa kini terlebih lagi yang mengenyam pendidikan tinggi, tetap ingin berkarya meski sudah menyandang gelar sebagai seorang istri. Sebut saja kawan saya yang bernama Lala. Lala ingin melanjutkan usaha katering Mamanya jika telah menikah nanti dan juga ingin menjadi ibu yang hebat bagi anak-anaknya kelak. Kawan saya Ajeng sedikit berbeda, ia ingin memiliki klinik gigi sendiri suatu hari nanti. Tetapi cita-cita mereka tetaplah sama. Ingin bekerja dalam bidang apapun, keluarga akan tetap menjadi prioritas utama.

Tak bisa dipungkiri, salah satu ketakutan terbesar perempuan yang telah nyaman berkarir adalah menikah akan mengurangi daya kreativitas. Mengurusi keluarga sudah mewajibkan pos tenaga yang besar dan tanpa bayaran. Saya pun sempat memiliki rasa khawatir tersebut. Tetapi media informasi yang luas serta belajar dari ibu-ibu hebat di sekitar, mengikis kekhawatiran saya perlahan.

Saat ini bekerja tidak harus dimaknai dengan pergi ke kantor dari pagi hingga sore hari. Kemajuan teknologi membuka kesempatan banyak ibu rumah tangga bisa menunjukkan kemampuan terbaiknya. Kelebihan perempuan sebagai makhluk multitasking, harusnya disyukuri dengan cara memaksimalkan potensi sebesar-besarnya. Tiap keputusan yang kita ambil harus dilakukan dengan persetujuan suami kelak dan juga tidak berpotensi menelantarkan keluarga. Membuka usaha sendiri lewat toko online misalnya, juga sudah menjamur di kalangan perempuan yang menyandang status ibu rumah tangga. Atau merintis karir di perusahaan juga tidak salah, selama keluarga mendukung penuh keputusan anda.



Pilihan Bijaksana

Sahabat saya Lita memiliki pemikiran lain. Ia ingin bekerja sebagai dosen agar masih memiliki waktu luang dengan keluarga. Ya, terlahir sebagai perempuan adalah anugerah terindah dari Tuhan. Kita mengolah dan mengkaji kesempatan yang ada dengan pikiran tetap mengutamakan keluarga. Saya pun berpikiran untuk membuka usaha yang berkaitan dengan menulis dan bahasa Jepang. Saya sendiri tak bisa membayangkan jika masih bekerja di perusahaan, tentu waktu bersama keluarga akan ebrkurang. Jangan sampai anak nanti lebih lengket dengan pembantu dibanding bersama orang tuanya. Alternatif lainnya, saya akan bekerja di tempat yang tidak mengaharuskan pulang malam. Pekerjaan sebagai pengajar juga terlintas di benak saya.

Menitipkan anak pada kakek neneknya adalah fenomena yang sering kita temui di keluarga pekerja. Namun, coba renungkan lagi. Orang tua kita yang semakin rapuh dan lemah, harus menghadapi anak-anak aktif dan dalam taraf bandel-bandelnya. Sungguh kasihan jika kita hanya menyerahkan begitu saja tanpa peduli dengan kesiapan orang tua. Pertanyaan muncul. Bagaimana jika kondisi keuangan suami belum mencukupi? Bagaimana jika karena keterpaksaan keadaan kita harus menjadi single parent? Bukankah hal-hal tak terduga seperti itu bisa menjadi kebingungan luar biasa jika kita tidak bekerja?

Solusinya adalah berdiskusi dengan keluarga. Apabila karena keterpaksaan keadaan menharuskan kita bekerja penuh waktu, maka coba sisihkan uang untuk menggaji baby sitter yang bekerja di bawah pengawasan orang tua anda. Jangan biarkan anak-anak lepas sendiri dengan orang asing. Sebisa mungkin carilah pekerjaan yang dekat rumah atau buka usaha sendiri untuk mensiasati jarak. Percuma saja gaji besar tetapi hati kita tidak tenang memikirkan anak-anak di rumah. 

Tetap Bermimpi dan Utamakan Pendidikan

Menjadi seorang istri sekaligus ibu adalah salah satu petualangan terseru dalam hidup. Pelajaran-pelajaran penuh pendewasaaan akan kita hadapi setelah menikah nanti. Sebagai perempuan, jangan rendahkan mimpi. Kita sama berhaknya dengan para pria. Rajin membaca, bersosialisasi dan mengejar pendidikan terbaik adalah bekal untuk mendidik anak-anak kita nanti. Wanita karir atau full time mom sama-sama wajib mempunyai talenta dan sebisa mungkin galilah potensi diri. Hidup itu pilihan, tetapi menjadi perempuan cerdas, mandiri dan tetap mengutamakan keluarga adalah pilihan yang dapat kita seimbangkan. Remember, as a woman, we can hold many things together. Keep it balance.

Tidak ada komentar