Limit, Ketika Rasa Tak Bisa Digapai

Judul : Limit
Penulis : Triani Retno
Jumlah Halaman : 189 halaman
Tahun Terbit : Cetakan 1, Februari 2014
Penerbit : Ice Cube Publisher

Keala, gadis cantik dan cerdas yang baru saja pindah dari Banjarmasin ke kota kelahiran ibunya, Bandung, harus beradaptasi dengan kehidupan baru di kota baru dan juga teman-teman yang lebih jenius dibanding dirinya.  Setelah perceraian kedua orang tuanya yang menyisakan luka, Keala, ibu dan adiknya pindah ke kota Bandung.

Urusan pekerjaan memang menjadi alasan kepindahan ibu Keala untuk pindah, sontak dalam waktu dua minggu saja, Keala harus berpisah dengan kota kelahirannya, sekolah tersayangnya dan juga sahabat-sahabat baiknya.

Novel karya Triani Retno yang termasuk dalam seri Blustroberi ini memberikan kesegaran baru dalam dunia teenlit. Jika biasanya tokoh utama teenlit adalah gadis cantik atau manis yang disukai banyak pemuda tampan dan keren, Limit memberikan cerita yang lebih menonjolkan dunia akademis.

Bagaimana rasanya seorang remaja dalam menghadapi dunia barunya dan bagaimana frustasinya Keala ketika nilai-nilanya jeblok di sekolah yang baru, digambarkan secara riil dan apik.

SMA 79 adalah salah satu sekolah favorit di kota Bandung. Hanya ada satu kelas IPS di sekolah itu. Keala yang dulunya sering disebut-sebut sebagai bintang kelas, harus menerima kenyataan kalau banyak anak-anak lain yang jauh lebih cerdas dan berprestasi dibanding dirinya. Torehan angka 50 dan 40 adalah nilai buruk yang harus ia terima. Di tengah rasa frustasinya, hadir seorang senior kelas tiga yang bernama Eizel Agusta. Pertemuan tak sengaja di perpustakaan menimbulkan benih merah muda di hati Keala.

Berkat semangat dari Eizel yang mengaku dari kelas XII IPA 5, Keala berusaha mengejar ketertinggalannya. Nilai-nilainya berangsur membaik bahkan mulai bersaing dengan juara pertama di kelasnya. Eizel menumbuhkan harapan baru di hati Keala. Nilai-niai yang baik itu juga meningkatkan kondisi kesehatan Keala yang sempat drop akibat depresi melihat jatuhnya nilai-nilainya. Yang luput dari perhatian Keala, Kevin kawan sekelasnya yang juga tak kalah pintar ternyata diam-diam memperhatikan Keala dan jatuh hati dengan gadis pemalu itu. Ninna, kawan sebangku Keala yang mengetahui jika sahabatnya sedang jatuh hati dengan pemuda lain, memberitahukan hal tersebut pada Kevin.

Didorong rasa penasaran, Ninna dan Kevin mencari identitas Eizel Agusta. Di sinilah yang membuat novel ini semakin seru. Ninna yang sempat diajak bertandang ke kelas Eizel, tak bisa menemukan sosok Eizel yang ditunjuk oleh Keala. Keala sendiri sedikit enggan untuk memperkenalkan Eizel karena ia tak ingin perasaannya terbaca dengan mudah oleh Eizel. Kevin yang terkenal temperamental pun luluh lantak saat menerima kenyataan jika hati Keala sudah terisi penuh oleh Eizel. Ia bertekad untuk mencari tahu soal Eizel, dibantu dengan Ninna yang juga sangat penasaran. Keanehan berikutnya, tak ada nama Eizel di daftar siswa kelas XII IPA 5. Eizel dan Nina curiga jika Eizel sengaja menyembunyikan identitas sebenarnya untuk menipu Keala, entah untuk tujuan apa.


Keala yang juga disodori fakta mengenai misteriusnya sosok Eizel, akhirnya ikut mencari. Pencarian terakhir sampai di ruang guru. Keala mencari foto Eizel yang juga mengaku telah meraih prestasi karya ilmiah. Sebuah kenyataan buruk menghantamnya. Ada foto Eizel di sana, tapi tertera tahun 1989 dimana Keala belum lahir saat itu. Dan rupanya Keala memiliki kelebihan indera keenam yang tanpa disadari mempertemukan Keala dengan Eizel, pemuda tampan yang mencintai Andini sejak dulu. Andini adalah ibu kandung Keala.

Kisah yang menegangkan dan juga membuat pembaca ingin melahapnya samai habis adalah kelebihan novel ini. Limit, sebuah batasan yang tak bisa dilampaui. Itulah yang dialami oleh Eizel pada cintanya, Andini dan juga perasaan Keala pada Eizel. Jika anda ingin mengetahui lebih jelas bagaimana Keala menemukan kemampuan istimewanya, apa alasan Eizel menemui Keala dan bagaimana jalinan hubungan Kevin dengan Keala, anda layak untuk membuka halaman demi halaman novel Limit. Galau namun manis di hati.

1 komentar

Triani Retno A mengatakan...

Terima kasih suda meresensi LIMIT ya, Reffi :)