Kau datang menyorongkan bejana
Isinya darah dan air mata
Yang kaubilang milikmu
Diretas habis semenjak kepergianku
Sempat aku bimbang
Apakah aku yang salah
Mengira bahwa hatiku paling luka
Anggap dirimu akan bersukacita
Tak disangka
Kejora itu menyelinap di tidurku
Kerlipnya berpendar
Kecil dan samar
Perlahan menerangi ruangku yang hambar
Mulai aku berdamai
dengan remukku, bongkahan lalu
Kau acuh merangsek maju
Tak mau jika cahayaku bukan untukmu
Tapi tanganmu telah menggenggam jemari lainnya
Tak sepatutnya kau terus berdusta
Pada kepingan hati baru yang harusnya kau jaga
Luka dan air mata siapa
Apakah itu milikmu atau
kepalsuan penipu mata?
2 komentar
Saya pengagum puisi ini :)
Syukurlah,meski suasana puisinya sarat kesedihan :-)
Posting Komentar