Surat Gelisah

Saya rasa kamu sudah tahu, Kejora. Tiap pesan yang kukirim hanya untuk menegaskan bahwa kamu baik-baik saja. Perbincangan yang kamu mulai, keluhan kecil tentang gangguan pencernaan atau obrolan sekilas mengenai liburan adalah momen manis buat kita berdua.

Baru kali ini saya jatuh hati pada seseorang tanpa melalui kencan romantis, pertemuan tak sengaja atau pertanda 'seolah ditakdirkan' lainnya. Kita tidak menjalin hubungan khusus tapi saya jatuh cinta dan mungkin kamu juga.

Namun, Kejora. Semenjak saya rindu kamu, emosi saya jadi lebih cepat pasang surutnya. Padahal kamu tetap santai dan tak tergesa. Sampai akhirnya kita semakin jarang berbalas pesan. Sampai saya dengar kabar bila kamu sedang terpesona dengan sosok lainnya. Dan saya pun jadi melambaikan bendera putih di atas kepala.

Tidak, saya tidak terluka. Kamu berhak memilih apapun dan siapapun. Sejenak saya tahu, jika dunia kita, lingkup pertemanan kita dan segala tetek bengek lainnya sangat berbeda. Saya jadi maklum. Emosi saya berangsur lebih tenang.

Masalah baru muncul ketika tiap malam kamu muncul di mimpi saya. Saya yakin pasti ada sesuatu, sebab dengan lelaki-lelaki yang pernah saya cinta sebelumnya pun begitu.

Kejora, kalau kamu tak sengaja tersesat di sini dan membacanya, kamu pasti mengerti. Ini tentang kamu. Ini buatmu, yah meski saya tak mampu bicara langsung di hadapanmu.

(untuk lelaki yang saya beri cokelat, saya suruh minum UC 1000 saat sedang flu, dan kadang-kadang bertemu, saya melakukan hal-hal itu baru hanya denganmu, jadi kamu pasti tahu)

Tidak ada komentar