Bertumbuh

Banyak yang bertanya pada saya seperti ini,''Apakah kamu sudah tidak takut jatuh cinta? Kenapa kamu memilih untuk melepaskan seseorang yang pernah berjuang bersamamu? Apa kamu terlalu pemilih? Apakah kamu trauma?''

Karena orang-orang yang pernah dekat dan bahkan seseorang yang pernah sangat saya cintai telah menemukan calonnya sendiri-sendiri, otomatis para sahabat ingin mengetahui reaksi saya.

Dengan lantang saya menjawab,''Dia adalah sejarah yang entah kenapa semakin menghilang jejak pentingnya. Iya saya ingat kebersamaan kami tetapi memori itu sudah tidak berkesan apa-apa lagi,''

Tentang cinta yang tumbuh dan diperjuangkan tetapi Tuhan belum mengizinkan, lantas apa harus dipaksakan? Saya pernah menyakiti pun dia juga begitu. Jadi untuk apa mempertahankan hubungan yang diisi ketegangan?

Pernah memang, saya begitu naif dan menganggap kepercayaan yang sempat hancur akan bisa diperbaiki. Tetapi saya salah, saya bukanlah
Nabi. Kata maaf tak mampu membuat saya lupa. Jadinya perasaan tidak tenang menjadi momok, saya justru lega setelah memintanya pergi.

Justru saya bahagia dengan kebahagiaannya. Toh, diam-diam sesungguhnya saat ini saya sedang jatuh cinta. Dan saya sangat percaya jika patah hati sehancur apapun, tidak akan membuat saya mati rasa. Mungkin saja orang yang saya sayang sekarang bisa menjadi pendamping atau tidak, mungkin saya akan patah hati lagi baru menemui penawar nyeri, dan segala macam kemungkinan yang saya yakini. Tuhan adalah Maha Sejati termasuk juga soal cinta.

Lebih berhati-hati, itu benar. Saya pikir akan perlu waktu lama untuk sedih, nyatanya kini hati baru itu tumbuh dengan baik. Karir, impian dan pengalaman yang berharga saya peroleh saat ini, tentu saja berkah dari Tuhan.

Jangan menyerah, itu saja. Siapapun berhak bahagia, termasuk saya dan anda. :-)

Tidak ada komentar