Nimo di Cintapuccino dan Pertanda

Rasanya sedikit terlambat karena saya baru saja selesai membaca novel chicklit yang sudah booming beberapa tahun lalu, dan bahkan sudah dibuatkan versi layar lebarnya. Cintapuccino, menjadi novel chiklit bestseller yang menyajikan perputaran kisah cinta dua orang pemuda dan juga seorang perempuan dewasa muda yang dipenuhi intrik serta pertanda.

Rahmi, seorang perempuan smart yang juga sangat mempercayai konsep pertanda dalam cinta sejati, memiliki obsesi tersendiri pada cinta sejak masa SMU-nya, Dimas Geronimo alias Nimo. Saya tidak ingin membahas tentang alur ceritanya. Hanya saja dari novel ini, ada bagian-bagian unik dari cinta yang mirip dengan saya atau mungkin anda.

Kita pasti pernah memiliki cinta pertama.Cinta pertama akan mengajarkan kita tentang kegilaan baru serta pelajaran menggali diri. Wow, saya pernah punya sosok seorang 'Nimo', yang sulit digeser selama tiga tahun. Dan meski cinta pertama saya bukanlah kekasih pertama, hal-hal kecil tentangnya sudah sangat saya ketahui. Ya, cinta pertama membuat kita tertawa sekaligus bersedih. Cinta sepaket dengan rasa gado-gado itu,

Seperti halnya Rahmi, saya dan mungkin anda perempuan yang ketika menjalin cinta memang dikuasai perasaan. Intuisi   bisa salah, namun pertanda yang ada memang juga tak bisa dikesampingkan.

Perempuan juga perlu melatih logika, tetapi keberadaan pertanda baik atau buruk tak perlu dicemaskan. Percaya dan ikhlas, maka pahit atau duka dapat dilalui dengan kuat.

Rahmi sempat memaksa Nimo-nya menjadi bagian hidup, namun ia gagal. Muncul Raka yang sempurna tapi keraguan masih saja ada. Dari  drama tak terduga, tiba-tiba Nimo kembali lalu menjadi pendamping Rahmi. Cinta itu ajaib, jodoh itu unik. Jadi kita harus percaya. Pertanda, intuisi, atau logika dijalani saja dengan hati bangga.

Tidak ada komentar