Tulus

Apa itu tulus mencintai?

Tanyakan pada Ibu dan Ayah kita yang siang malam bekerja, demi penghidupan kita. Cara mereka melindungi sampai marah, hanya karena mereka peduli. Kita saja yang sering salah menafsirkannya.

Bagaimana rasanya menjadi yang paling besar kadar mencintai?

Bicara saja pada gadis atau pemuda yang hanya mampu memendam rindu pada dambaannya. Bagaimana remuk redam, menatap sosok tercinta bergembira dengan yang lain, namun bukan dengannya. Kalaupun sama-sama rindu, ternyata banyak sekat yang tidak bisa dilalui agar tak ada hati lain yang terluka.

Jadi, apakah tulus itu menyakitkan? Haruskah kita bersikap egois?

Iya, tulus itu menyakitkan. Lihat saja sakitnya hati para orang tua yang merelakan anaknya bersanding, walau sosok itu tak disukai. Cermati saja orang-orang yang cintanya terpendam, bertepuk sebelah tangan, atau jika saling mencinta namun tak bisa terus bersama. Pedih bukan?

Tetapi cinta yang tulus akan selalu memaafkan. Perasaan yang tulus bukan berarti pembodohan terus-terusan. Jangan lupa, ada seseorang yang harus kita sayangi, yakni diri sendiri.

Bermimpi untuk dirimu itu tidaklah egois. Biarkan sakit terobati oleh cinta yang baru. Jika dengan melepaskan maka tanganmu akan lebih mudah menggenggam, maka lepaskan.

Dan, akupun jadi berani ketika jatuh padanya. Biar aku, kamu dan dia bertemu di ujung petualangan yang tidak bisa ditebak akhirnya. Jatuh cinta saja, terus bermimpi dan belajar di tiap langkah kita.

Tidak ada komentar