Sudah Tepatkah Kerja Keras Kita?



Hari ini entah mengapa, saya tiba-tiba saja tergelitik untuk mencari dan mengulik berita melalui internet tentang salah satu aktris favorit saya, Jennifer Lawrence. Aktris yang berulangtahun tiap 15 Agustus itu tak hanya terkenal dari kemampuan akting ciamik yang mengantarkannya meraih berbagai penghargaan sampai sekaliber Piala Oscar, tetapi juga dari kepribadiannya yang humble dan juga cuek. Salah satu yang menjadi daya tariknya adalah ketidakpeduliannya terhadap standar cantik selebritis Hollywood yang memuja skinny body alias tubuh kurus langsing. Jennifer Lawrence atau sering disebut J-Law, malah menunjukkan pada dunia jika ia sangat mencintai bentuk tubuhnya yang cenderung berisi, mensyukurinya dengan olahraga yang tepat agar tetap sehat dan bukannya mati-matian diet sampai lupa cara menikmati hidup.

Kali ini saya tak ingin membicarakan soal diet atau pola hidup sehat. Saya hanya ingin menggarisbawahi tentang makna kerja keras yang dilakukan banyak orang untuk mencapai sebuah impian atau target, dan salah satunya mungkin ingin menurunkan angka di jarum timbangan serta mengecilkan lingkar perut. Banyak orang, termasuk saya dan anda, bekerja keras sampai lupa istirahat hanya untuk memastikan jika target yang kita inginkan tidak meleset. 


sumber foto : www.daneboyle.com

Ada beberapa teman saya yang rela tidak makan nasi putih sama sekali, meskipun perutnya lapar setelah seharian bekerja, demi menurunkan berat badan. Ada juga salah seorang rekan kerja saya yang berasal dari negeri Sakura yang mencintai pekerjaannya sampai wajahnya lebih tua dari usianya, padahal jika ia mau sedikit merawat diri, pasti akan tampak lebih tampan dan juga menarik. 

Yang membuat miris adalah, rekan dari Jepang tersebut pernah bercerita,”Ketika di Jepang, waktu liburku sangat sedikit. Aku lebih banyak memiliki waktu bersantai jika bekerja di negeri lain seperti di Indonesia. Bayangkan saja, di Jepang aku pernah hanya libur selama empat hari dalam setahun.”

Walaupun rekan saya itu memang menjadi pekerja yang berhasil, gajinya melesat tinggi dan perusahaan sangat mengapresiasi etos kerjanya, muncul pertanyaan di pikiran saya,”Apakah dia benar-benar bahagia? Apakah keberhasilan itu tidak membuat hidupnya kesepian?” Sama dengan pertanyaan yang kadang malah muncul dari keluhan saya sendiri. Kalau pipi saya yang chubby ini bisa tirus, apakah akan lebih banyak orang yang lebih menyukai saya? Sudah benarkah pikiran saya yang ingin diet mati-matian hanya untuk mendapatkan wajah tirus sempurna seperti aktris-aktris Hollywood itu?
sumber gambar : umiabie.com


Lalu jawaban-jawaban dari pertanyaan saya muncul bukan dari cerita orang lain, melainkan dari apa yang saya baca dan juga saya amati. Kerja keras yang baik itu seharusnya diselingi waktu untuk menghibur diri sendiri, rileks dan juga harus tepat niatnya. Contohnya saja, jika kita ingin menurunkan berat badan demi alasan kesehatan dan juga tampil lebih segar dan menarik, itu sah-sah saja. Beda halnya jika anda menyiksa diri sampai hampir anoreksia hanya gara-gara bullyan seseorang atau orang yang anda sukai mengatakan tubuh anda jelek. Kerja keras hanya untuk mendapatkan apresiasi dari orang yang tidak menghargai anda, tidaklah layak dilakukan. Seseorang yang menyayangi anda, akan mendorong anda untuk berolahraga tanpa pernah memaksa kehendaknya dan membandingkan anda dengan orang lain.

Atau misalnya, jika anda bekerja keras untuk meningkatkan level karir tertentu, bukanlah hal yang salah. Akan menjadi problem jika waktu dengan keluarga semakin tersita, bahkan bila anda sampai lupa apa itu hari Minggu dan tanggal merah di kalender. Niat awalnya yang semula anda kira benar, yaitu menaikkan karir untuk mendapatkan gaji lebih tinggi dan membahagiakan keluarga, malah menghancurkan hubunan anda pelan-pelan terlebih lagi jika anda seorang ibu.

Hidup adalah putaran singkat yang terjadi setelah kita dilahirkan, berikutnya tentu saja menuju kematian. Bertambahnya keinginan, impian atau cita-cita, tanpa sadar akan memacu hidup kita berjalan semakin keras dan juga cepat, sampai tanpa sadar waktu di dunia sudah mendekati masa akhirnya. Memang untuk mencapai sebuah tujuan, dibutuhkan kerja keras yang tinggi dan juga semangat pantang menyerah, tetapi kita sering lupa satu hal. Niat awal yang kita tanamkan dalam diri, apakah tidak berubah atau tidak bergeser maknanya?  Jangan-jangan kerja keras itu dilakukan hanya untuk menyombongkan diri pada orang lain jika berhasil nanti, jangan-jangan kerja keras itu dicanangkan hanya demi kepuasan ego pribadi, bukan untuk kebaikan diri.

Saya pun masih sering terlalu bekerja keras. Sampai-sampai pernah tubuh menjadi sakit, lambung kolaps, dan tentunya membuat keluarga serta para sahabat cemas, hanya karena saya terlalu keras memaksa diri untuk menulis berlebihan. Hal yang sangat saya sukai dan impian untuk menjadi penulis yang hebat, membuat saya lupa untuk menjaga pola makan teratur dan istirahat yang cukup. Selama masa istirahat, saya justru tersiksa karena sama sekali tidak diperbolehkan menulis, untuk berpikir berat pun tidak disarankan. Kemudian saya merasa kasihan pada diri sendiri. Mulanya memang kerja keras itu saya lakukan untuk mencapai target menghasilkan karya tertentu, tetapi saya mengikuti kompetisi terlalu banyak dan juga deadline yang terlalu berdekatan, padahal di pagi hari sampai sore saya juga harus bekerja di kantor. Terlalu serakah mengikuti beragam kompetisi menulis, maka membuat tubuh ambruk.

Keseimbangan, itulah kuncinya. Menyeimbangkan niat dengan kondisi kita yang relevan, cukup membantu agar jangan sampai kerja keras kita terlampau berlebihan. Di tengah hal-hal yang kita lakukan, berhentilah sejenak dan merenung, sudah tepatkah niat kita?


sumber gambar : myvidaspa.wordpress.com

6 komentar

Risalah Husna mengatakan...

Saya sangat bersyukur dengan apa yang saya miliki saat ini. Bersyukur juga saya tidak suka latah ikut-ikutan diet atau apalah-apalah yang katanya bisa membuat wanita looks so beautiful. Dengan bersyukur maka hidup ini akan lebih indah, kan. Tetap seimbang juga ya dalam menjalani hidup.

Reffi Dhinar mengatakan...

@M Fajar : terima kasih :)

Reffi Dhinar mengatakan...

@Husna: mari terus bersyukur ya :)

Eva Arlini mengatakan...

setuju mbak..menetapkan niat atau tujuan dalam berbuat bisa buat kita lebih terarah. Dan sebagai muslim, saya paham kalau tujuan hidup semata untuk beribadah pada Allah Swt. Jadi apapun perbuatannya, harus diniatkan buat mencapai tujuan hidup saya..

Dian Restu Agustina mengatakan...

Terima kasih sudah diingatkan, mbak..Benar, keseimbangan itu kuncinya. Percuma kerja keras jika hasil akhir timpang. Karir sukses tapi keluarga jadi nggak beres...:)

Roik mengatakan...

Setuju mbak. Istiqomah pada keputusan itulah yang sulit dilakukan.