Yang Patut Ditinggalkan, Yang Seharusnya Tidak Layak Dipercaya

Pagi ini, ada sebuah pesan masuk dari salah satu kawan saya. Ia menanyakan bagaimana caranya untuk move on dari patah hati. Saya tersenyum sejenak sebelum menjawab. Setelah beberapa menit berdialog panjang lewat pesan, saya tergelitik untuk menuliskan ini.

Patah hati akibat putus cinta memang bisa menurunkan kadar kepercayaan diri seseorang. Bisa jadi seorang pria atau wanita merasa tidak menarik lagi dan cenderung menyalahkan kondisi, atau lebih parahnya menyalahkan diri sendiri. Masalah yang timbul dalam sebuah hubungan, tidak pernah bisa kita duga dari mana asal serta sebabnya. It just happens suddenly. Wajar jika terjadi intrik, karena dua orang beda kepala dan beda pemikiran yang berjalan bersama tentu juga punya cara pandangnya sendiri-sendiri.

Kita yang sedang dimabuk cinta, selalu dibuat acuh dengan segala kekurangan orang yang kita cintai. Kita selalu bisa merasa bisa menerima masa lalu buruk pasangan, kita bilang jika kekurangannya tidak menjadi persoalan, dan mengagungkan segala kemiripan karakter yang membuat dua pribadi saling tertarik. Nyambung diajak ngobrol, kesamaan mimpi, atau sekedar nyaman dengan sikap dewasa misalnya, adalah beberapa contoh pemicu jatuh cinta.

Setelah pernah mengalami fase patah hati yang berat, apalagi saya sempat menjalani hubungan sangat serius dan mulai merencanakan pernikahan, saya berusaha introspeksi diri. Nasehat dari sahabat-sahabat dekat, tidak selalu sukses menyembuhkan luka. Untuk menjadi tempat curhat, memang sahabatlah yang paling layak dan pilihlah yang paling bisa menjaga rahasia. Yang bisa menyembuhkan luka, ya diri sendiri. Makanya selain merenung, berusaha mendekatkan diri pada Tuhan dalah cara yang paling ampuh.

Memaafkan adalah menjadi bagian tersulit dalam masa penyembuhan. Sebuah luka yang terlalu dalam timbul dari timbunan kekecewaan. Mengapa kita bisa kecewa? Jawabannya karena kita terlalu berharap dan berekspektasi tinggi pada orang lain. Kesalahan utama dari orang yang sedang jatuh cinta ialah menjadikan seseorang sebagai alasan untuk berbahagia. Bisa ditebak, jika alasan itu menghilang maka kita akan limbung, terhuyung jatuh. Patah hati adalah momen untuk mulai menata cara kita untuk mempercayai orang lain sekaligus belajar memiliki jiwa besar untuk memaafkan.

Ada beberapa jenis kondisi di mana kita harus bisa menganalisis apakah seseorang bisa benar-benar dipercaya atau tidak dalam sebuah hubungan cinta. Saya membaginya dalam beberapa poin (berdasarkan curhatan teman dan pengalaman pribadi):

Masa lalu belum selesai
Ketika kita menjalin sebuah hubungan dengan seseorang yang masih belum bisa move on dari mantan kekasihnya, bahkan masa lalu itu masih membayangi hubungan berikutnya, maka jangan paksakan hubungan berlanjut. Jangan menjalin cinta hanya karena kita takut sendirian.

Malu dicap jomblo atau ingin pamer pada mantan kalau kita bisa cepat dapat penggantinya, adalah tindakan yang berpotensi menyakiti perasaan orang lain. Kekasih baru kita, tidak akan nyaman dan rawan terjadi pertengkaran. Apalagi jika masih ada komunikasi dengan si masa lalu. Lebih baik hindari, dan tekankan pada diri kita, jika dengan diri sendiri kita sudah bisa berbahagia maka kita baru bisa membahagiakan orang lain.

Peselingkuh
Once a cheater, always be a liar. Sekali seseorang pernah berkhianat, maka dia berisiko besar untuk kembali berbohong dan kembali mendua. Jika baru sekali terjadi, mungkin stok maaf masih bisa kita beri. Tetapi saya yakin, ketenangan batin kita akan jauh lebih berkurang, takut jika kekasih kembali berkhianat. Jadi saran saya, jika seseorang berselingkuh, langsung tinggalkan saja meski baru sekali. Perselingkuhan yang terjadi dalam masa pacaran, harus mendorong kita untuk segera bertindak tegas, beda halnya jika terjadi dalam sebuah pernikahan, tiap orang punya caranya dalam penyelesaian masalah.

Mumpung belum sampai menikah, segera jauhkan diri dari seorang peselingkuh. Kalau seorang peselingkuh berdalih, karena kekasih yang sikapnya kurang menyenangkan atau karena orang baru lebih bisa memahami dirinya, itu hanyalah alasan pengecut. Bila muncul masalah dalam hubungan, harusnya bisa dibicarakan. Kalau ada kekurangan pada pasangan, maka seharusnya dikomunikasikan baik-baik, bukannya memilih jalan mendua. Dan jikalau rasa cinta sudah tidak bisa lagi dirasakan, lebih baik berpisah baik-baik, bukannya berkhianat.

Setelah putus, introspeksi kekurangan diri dan belajar tidak mudah menggantungkan kepercayaan pada seseorang yang memiliki latar belakang pernah berselingkuh. Ibaratnya, cinta harus mulai dibarengi dengan akal.

Insecure
Ini adalah kepribadian yang susah-susah gampang dihadapi. Efeknya sangat menguras emosi kita. Pada awalnya, kita bisa bersimpati karena rasa sayang, namun jika terjadi terus-menerus, yang paling lelah nantinya kita sendiri. Seseorang yang merasa lemah, tidak percaya diri dan terlalu bergantung pada orang lain, lama kelamaan akan menjadi beban. Bagaimana bisa kita berjuang bersama seseorang yang untuk percaya diri saja susah. Hubungan yang kuat berjalan dari dua orang yang saling mengisi dan mendukung, bukannya menjadi penghalang buat salah satu. Orang yang merasa tidak aman dan juga kurang percaya diri, akan sering mencurigai kita, tidak suka kita terus berkembang dan menuntut untuk dipahami namun mereka sendiri sulit diajak maju. Segera jauhi daripada kita terus berkompromi dan akhirnya membuat berat diri sendiri.


Tiap orang punya cara sendiri untuk mengobati patah hati. Namun yang paling penting, perbaiki kekurangan, meraih mimpi dan bergaul dengan banyak orang. Jangan terlalu menyalahkan diri sendiri, apalagi buat perempuan, tetaplah jaga harga dirimu dan jangan mengemis perhatian pada seorang ‘penjahat perasaan’. Balas dendam termanis justru bisa kita lakukan jika kita bisa melepaskan amarah dan hidup tanpa beban. Mempercayai cinta itu perlu, tapi jangan mudah terpedaya. Move on terbaik adalah ketika kita bisa tersenyum meski masa lalu dibicarakan, dan ketika kita tidak mengulang kesalahan sebelumnya.

2 komentar

Haya Aliya Zaki mengatakan...

Naudzubillah jangan sampai jadi peselingkuh. Tuhan melepaskan kita dari seseorang karena akan menganugerahi seseorang yang lain yang lebih baik. Aku selalu percaya itu, Fi. Nice post. :)

Reffi Dhinar mengatakan...

@mbak Haya: Jangan sampai bertemu dengan peselingkuh lagi :)

@Edi: semoga keluarga kita dijauhkan dari para peselingkuh :)