Kartini Masa Kini, Belajarlah Pakai Otak Kanan


Kita baru saja memperingati Hari Kartini tanggal 21 April lalu. Apa yang bisa kita pelajari dari sosok perempuan penggema semangat emansipasi itu? Apakah semangat mengejar pendidikannya? Apakah semangat mengejar mimpinya? Banyak yang mengoarkan opini jika sebenarnya Kartini tidak seharusnya terlalu diagung-agungkan oleh rakyat Indonesia karena ada beberapa pejuang perempuan yang lebih berani ketimbang Kartini seperti Tjut Nyak Dien, Christina Martha Tiahahu dan lainnya yang tak kenal takut untuk melawan penjajah dengan senjata.

Saya mengagumi semua pejuang perempuan tersebut, namun saya masih memilih RA Kartini sebagai tokoh emansipasi. Kenapa? Karena makna emansipasi yang secara luas yakni kesetaraan perempuan dalam berbagai aspek, lebih menekankan pada perannya sesuai dengan apa yang diresahkan Kartini. Apa yang ia perjuangkan lewat sekolah perempuan, meski perjuangannya harus berhenti karena ajal menjemput adalah bukti jika Kartini masih tak menyerah pada mimpinya.

Perempuan yang mengangkat senjata untuk berjuang, impactnya lebih ke perjuangan untuk kemerdekaan atau keselamatan negara, bukan khusus untuk memperjuangkan hak-hak perempuan. Lagipula bela negara wajib dilakukan siapapun, tak hanya lelaki, tua maupun muda, harus berani mengangkat senjata jika keselamatan negara terancam oleh negara lain.

Kembali lagi pada semangat emansipasi, sebagai perempuan masa kini yang ingin terus berdikari apa yang seharusnya kita miliki? Ya, maksimalkan otak kanan, seimbangkan kapasitas otak kanan dengan otak kiri. Lho, apa hubungannya?

Perempuan adalah garda depan pendidik juga pencerdas generasi penerus bangsa. Sebelum memasuki jenjang sekolah, anak akan mendapatkan pendidikan pertama dari keluarga dan di sini peran ibulah yang berpengaruh paling besar. Makanya kita sering mendengar idiom jika seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Setelah saya membaca buku 13 Wasiat Terlarang karya Ippho Santosa, di situlah saya tahu jika elemen pendidikan kita yang lebih banyak menggunakan otak kiri secra tidak sadar malah membunuh ide-ide hebat generasi penerus. Dan tanpa sadar pula, para ibu atau orang tua mendorong buah hatinya untuk lebih banyak menggunakan otak kirinya seperti dipaksa belajar berhitung, dipaksa belajar membaca, dipaksa belajar bahasa asing di usia yang masih balita.

Kalau begitu bagaimana sebaiknya para perempuan atau Kartini masa kini agar bisa lebih aktif otak kanannya?

1. Punya visi baru misi

Kartini masa kini harus memiliki visi besar dalam hidupnya. Sebelum melakukan apapun mulai dari memilih pendidikan, pasangan, bekerja sampai saat membangun keluarga, sebuah visi harus tercetak di kepala. Baru kalau visinya sudah mantap, misi yang disusun diterapkan dengan strategi dan jenjang waktu yang pas. Soal pasangan misalnya memang itu menjadi rahasia Tuhan, namun karakter pendamping hidup seperti apa yang kit inginkan itu bergantung dari visi kita sendiri. Kalau ingin mendapat suami soleh, ya segera perbaiki diri agar lebih baik dan menarik laki-laki seperti itu. Kalau mau mendapat pasangan hidup berkelas, ya bergaullah dengan orang-orang yang berkelas juga perbagus kepribadian sebagai misinya.

2. Belajar menjadi calon ibu yang fun

Untuk menghasilkan anak yang cerdas, kita harus belajar bagaimana caranya menciptakan suasana belajar di rumah dengan cara yang fun. Mungkin anda mulai sering membaca buku dongeng, membaca psikologi anak, dan jadilah orang yang hobi tertawa. Bersikap dewasa itu perlu, namun jangan hilangkan sisi anak-anak dari dalam diri anda. Anak-anak akan lebih nyaman jika kita bisa berbicara lewat bahasa mereka. Menertawakan diri sendiri, tertawa bersama orang lain, dan pahamilah untuk bahagia tidaklah perlu alasan. Anak-anak akan lebih mudah belajar serta gembira jika dididik lewat suasana menyenangkan dengan orang tua yang bahagia.

3. Jangan matikan mimpi

Menjadi seorang ibu bukan berarti kiamat bagi mimpi-mimpi anda. Mungkin ada beberapa hal yang harus disesuaikan agar perhatian pada keluarga tidak terpecah. Namun, apapun mimpi anda cobalah untuk mewujudkannya pelan-pelan. Anda masih bisa menjadi seorang pebisnis, pendidik atau mungkin wanita karir. Yang utama, jangan sampai pengejaran mimpi membuat anda alpa pada keluarga. Keluarga adalah utama dan mimpi bisa dinomorduakan tetapi jangan benar-benar dihilangkan.

Bersemangatlah dalam mempelajari wilayah otak kanan. Kalau keseimbangan otak itu terjadi, alhasil kita bisa menjadi seorang Kartini cerdas yang menghasilkan anak-anak cerdas pula. Be a fun and great woman!

3 komentar

Sapa Dunia mengatakan...

Sukses selalu utk Kartini masa kini
salam sehat dan semangat
amin

Reffi Dhinar mengatakan...

salam semangat :)

Tira Soekardi mengatakan...

mudha2 aku bisa menajdi perempuan tangguh