Persiapan MEA dengan Skill Bahasa Asing

Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah istilah yang kini menjadi sebuah fenomena penting di Indonesia. Terbukanya arus perdagangan dan juga bebasnya transfer ilmu serta masuknya tenaga kerja asing, membuat saya jadi bergidik ngeri membayangkan kesempatan kerja akan semakin sempit. Bayangkan saja jika para tenaga kerja asing itu membludak dan menguasai bahasa Indonesia dengan lancar, pasti persaingan kerja untuk masyarakat lokal semakin sengit.

Secara kebetulan saya jatuh cinta dengan bahasa asing sama besarnya dengan kecintaan saya pada aktivitas menulis. Pada mulanya serius belajar bahasa Inggris kemudian menekuni bahasa Jepang, mendorong saya untuk belajar memperluas paradigma. Kalau pada awalnya, budaya negara lain seolah terlihat lebih wow, setelah berkenalan dengan rekan kerja asing rupanya mereka tak sesempurna yang terlihat di luar.

Makanya supaya kita siap bersaing dengan para orang asing itu, akan lebih baik kalau kita mulai belajar salah satu bahasa asingnya. Kita serap teknologi atau budaya yang baik dari negara lain yang sedang berkontribusi di Indonesia, lalu tingkatkan kualitas pekerjaan di negeri sendiri. Belajar bahasa asing bukan berarti tidak menghargai bahasa ibu. Mempersiapkan diri untuk MEA harus dilakukan tak hanya dengan mental yang baik namun juga kematangan skill.

MEA tak perlu membuat diri kita takut. Belajar terus-menerus memang menjadi kewajiban mutlak buat kita. Saya berusaha menerapkan pikiran positif. Kalau para orang asing itu mau mati-matian belajar budaya nasional, maka kita harus bisa menjadi tuan rumah yang terhormat untuk para tamu asing tersebut. Kemampuan menjelaskan tentang keunikan tradisi dan keelokan nusantara lalu disampaikan lewat bahasa asing, pasti meningkatkan nilai plus untuk kita. Contohnya, saya senang bisa menjelaskan legenda salah satu daerah setempat pada delegasi asing yang bertandang ke desa saya. Jadi, jangan mau kalah dengan MEA. Think globally, act locally menjadi motto wajib untuk masa depan kita.

Tidak ada komentar