Rasa Ingin Tahu Mengalahkan Gelar Sarjana (Tips Menulis Dee Bag.1)


Saya memiliki janji pada beberapa kawan yang penasaran dengan ilmu yang saya dapat di talkshow menulis bersama Dee Lestari. Pertama yang bisa saya katakan adalah perasaan haru luar biasa dan bahkan jantung saya hampir meledak karena setelah hampir sepuluh tahun ngefans akhirnya saya bisa melihat wajahnya dan mendengarkan suaranya langsung tanpa perantara televisi. Dee Lestari adalah mentor saya dalam menulis fiksi, secara tidak langsung. Pemaparan yang dilakukan seorang Dee memang tidak disusun secara sistematis, namun semua jawaban serta penjelasannya bisa dirangkum menjadi sebuah panduan yang pas bagi para penulis fiksi pemula.

Dan untuk bagian pertama ini, saya mulai dari quote Dee yang sangat membekas di benak saya,”Rasa ingin tahu mengalahkan gelar sarjana,”

Bagi seorang penulis yang ingin memulai sebuah karya, maka dibutuhkan rasa ingin tahu yang besar. Mengapa? Saya menganalogikan begini, jika kamu sangat menyukai  idemu dan juga tema yang akan kamu tulis, maka secapek apapun dan juga sesulit apapun dalam prosesnya, pasti kamu tetap akan mencoba bertahan. Rasa ingin tahu yang sangat menolong di saat kamu sedang bosan atau lelah menulis. Rasa ingin tahu juga mendorong penulis untuk melakukan riset mendalam demi kesempurnaan tulisannya. Seperti cerpen Dee tentang pengolahan kopi dalam ‘Filosofi Kopi’ atau bagaimana adonan biang bisa menjadi sebuah roti dalam ‘Madre’.
Keingintahuan yang besar akan mendorong seorang penulis untuk terus belajar. Tak hanya dalam riset serta pendalaman tokoh maupun tema, tetapi juga belajar untuk mencintai karyanya dengan setulus hati. Jika kita tidak mengenali karya kita dengan baik, maka hasilnya pasti akan hambar serta tidak memuaskan.

Tak perlu menjadi seorang sarjana yang cerdas jika kamu ingin menuliskan tentang fungi atau spesies tumbuhan langka dalam sebuah cerita. Ketertarikan yang besar pada hal-hal unik semacam sejarah sebuah bangunan, mitologi dan juga sains yang menjadi landasan menarik. Itulah sebabnya Dee selalu punya sisipan ilmu pengetahuan dalam karyanya, karena dia juga punya ketertarikan khusus dengan cabang ilmu sains. Istilah teknis digabungkan dengan kalimat naratif menjadi sebuah bacaan yang tidak biasa. Khas Dee Lestari.

Curiosity inilah yang menjadi tonggak dasar seorang penulis. Kamu cukup memperbanyak bacaan, bertanya pada ahlinya atau mungkin melakukan pembelajaran mandiri untuk memuaskan rasa ingin tahumu. Tapi ingat, jangan sampai rasa ingin tahu itu mengganggu keseimbangan hidup. Kita boleh saja salah dalam prosesnya. Rasa ingin tahu hendaknya tidak menjadikan diri kita autis serta tidak mau terkoneksi di luar kesenangan kita.

4 komentar

Fakhruddin mengatakan...

Bermanfaat banget ini informasinya. Emang keingintahuan itu mengalahkan capek dan malas. Mungkin keingintahuan itu kata lain dari passion.

Safira Nisa mengatakan...

Kata-katanya mbak Dee kalau ngasih 'kunci' buat menulis tuh ajaib banget ya emang. Perasaan bio twitternya mbak Dee pernab deh: "My curiousity could kill a T-Rex" xD
Gak heran kenapa beliau bisa se-persistent itu.

Reffi Dhinar mengatakan...

inilah awal dari passion memang, nanti saya posting tips selanjutnya :)

Jefry Dewangga mengatakan...

Yap benar sekali, kalau yang saya lihat banyak anak muda di Indonesia yang masih belum memahami hakikat dari belajar. Mereka hanya sebatas "studying" belum "learning". Karena learning itulah yang berasal dari curiousity. Sedangkan studying itu belajar untuk kebutuhan formal. :)