Para Pemburu Masa Lalu (Tentang Mario Teguh)


Minggu-minggu ini, dunia media sosial sampai televisi sedang dihebohkan tentang pemberitaan salah satu motivator tersohor di dalam negeri, yang katanya tidak mengakui putra kandungnya sendiri. Seorang pemuda bernama lengkap Ario Kiswinar Teguh, menghadiri acara Hitam Putih dan melakukan pengakuan mengejutkan. Ia mengaku jika ayah kandungnya, Mario Teguh, tidak mengakui dirinya sebagai putra kandung.

Spontan saja kehebohan besar pun terjadi. Para haters langsung memberikan komentar-komentar menyindir hingga menghujat Mario Teguh. Dukungan mengalir deras pada Kiswinar, namun menyudutkan Mario Teguh. Sebuah meme muncul mengenai anak yang tidak diakui, lantas alasannya adalah karena ibunya mengaku jika anak tersebut bukanlah anak kandung si suami.

Tak sedikit pula yang mendukung Mario Teguh. Selama belum ada bukti hasil tes DNA, sebuah akta pernikahan dan akta lahir tidak bisa menjadi bukti utama. Saya sendiri yang notabene menjadi pengagum semua kalimat dan acara motivasi beliau memilih untuk tak percaya seratus persen pada keduanya, karena belum ada bukti kuat. Terlepas Mario Teguh benar atau Kiswinar yang benar.

Pernah dalam suatu sesi acara motivasi, Mario Teguh mengatakan jika seorang penasehat pasti akan diuji dengan nasehatnya sendiri. Ia juga sudah mengalami banyak peristiwa pahit di masa lalu, hingga akhirnya tiap ujian dilalui sampai ia bisa berdiri sebagai seorang motivator. Memang teori tentang penasehat itu teruji. Tak hanya Mario Teguh, seorang ustadz sekelas Aa Gym saja bisa disindir banyak perempuan setelah ia memutuskan untuk berpoligami. Bahkan setelah keluarga Aa Gym tetap harmonis sekalipun, masa lalu yang dianggap sebagai cacat masih saja diungkit-ungkit.

Masyarakat kita, terutama awak media memang seringkali lebih mudah terpancing emosi oleh pemberitaan yang bernuansa menyedihkan atau yang mengungkap kesalahan di balik kesempurnaan seorang public figure. Seperti halnya Mario Teguh yang tidak pernah mengungkap jati diri putranya dan juga masalah kehancuran rumah tangganya di masa lalu, bukankah lebih baik menceritakan yang baik dan tidak mengunggah aib keluarga sendiri? Jikalau setelah tes DNA terbukti Kiswinar benar, bukankah hal ini lebih baik agar kesalahpahaman bisa diatasi?

Mario Teguh mungkin dahulu shock setelah mendengar penuturan dari mantan istrinya, jika putra yang sudah diberinya nama belakang dan juga sudah disahkan secara hukum sebagai putra kandung, disebutkan sebagai putra pria lain. Tes DNA yang ditolak mungkin menjadi pembesar kecurigaan itu. Kiswinar yang tidak terima karena Mario Teguh menyebutkan jika hanya ada dua anak kandung dari istrinya saat ini, Bu Lina, pun akan melenyapkan semua keresahan yang merongrongnya selama belasan tahun jika tes DNA bisa menunjukkan hasil nyata.

Seharusnya kita tidak langsung menghujat atau memihak salah satu. Seperti kasus kopi sianida yang nyatanya malah mengaburkan keyakinan publik jika terdakwa saat ini apakah benar pembunuh Mirna?

Sekali lagi saya tegaskan, saya masih tetap akan menjadi pengagum kalimat motivasi Mario Teguh meskipun terbukti Kiswinar adalah putra kandungnya. Karena berkat kalimat-kalimat motivasi itu, saya bisa kuat menghadapi persoalan-persoalan berat di masa lalu. Yang saya harapkan, siapapun yang terbukti benar, maka tak boleh ada salah satu pihak yang membenci. Harus ada yang berlapang dada untuk meminta maaf. Toh saya atau mungkin juga anda yang membaca tulisan sederhana ini, pasti tak ingin masa lalu buruk diungkit di depan banyak orang.

Orang lain akan selalu senang menjadi pemburu masa lalu, terutama para pembenci yang ingin menjatuhkan kredibilitas kita saat ini. Apabila hal yang sama terjadi pada diri kita, apa yang sebaiknya kita lakukan? Turut membenci? Saya rasa jangan. Pemburu masa lalu biarkanlah menjadi pemburu, saya lebih memilih menjadi seorang pemberani dan juga seorang yang berbahagia. Akui kelemahan diri, karena hanya Tuhanlah yang Maha Sempurna.

1 komentar

Puputse mengatakan...

semoga terjadi tes dna nya, dan semuanya bisa tenang lagi.. masing2 menang