Positive Psychology Week 1: Mengenal Positive Psychology


Apa sih positive psychology? Apakah ini semacam cabang ilmu baru dalam psikologi? Bertahun-tahun kita mengenal banyaknya cabang ilmu psikologi yang digunakan dalam dunia psikologi klinis maupun sastra. Saya yang alumnus sastra jepang, mengenal psikologi untuk menguji tokoh-tokoh dalam karya sastra. Jadi untuk cabang psikologi semacam psikoanalisis, behaviorisme, psikologi eksistensial, masih sering saya dengar. Kalau positive psychology? Apa lagi ini?

Beruntung lewat Coursera, saya bisa menggali lebih dalam apa itu Positive Psychology. Di minggu pertama ini, saya belajar tentang gerakan awal positive psychology yang dikampanyekan untuk menanggulangi area-area negatif di dalam diri seseorang. Positive psychology lebih dikenal sebagai sebuah bentuk gerakan baru dalam psikologi terapan. Tiap orang bisa mempraktekkannya tanpa harus belajar secara khusus.

Seorang pakar gerakan positive psychology, Mihaly Csikzentmihalyi mengatakan bahwa, untuk bisa mencapai hidup yang baik tidaklah cukup hanya menghapus hal yang salah di dalam hidup kita, melainkan menambahkan hal positif yang bisa meningkatkan kualitas hidup. Inilah sebabnya, positive psychology lebih bersifat praktek, bukan hanya sekadar teori.

Berbeda dengan materi personal branding yang saya pelajari di Coursera, metode pembelajaran positive psychology dijelaskan dalam dialog dua arah beberapa orang yang tertarik dengan positive psychology. Berasal dari berbagai latar belakang berbeda tentunya akan menunjukkan hasil yang berbeda-beda setelah mereka mempraktekkan positive psychology dalam pikiran dan keseharian. Di minggu pertama ini, saya belajar tentang membedakan emosi negatif dan emosi positif.
Image result for positive psychology
image source : positivepsychologynews.com


Pengaruh Emosi Positif dan Negatif pada Diri

Sebelum menginjak ke pengaruh emosi positif, peserta diskusi diajak untuk menumbuhkan emosi negatif saat itu juga. Pilihlah satu kenangan atau hal yang membangkitkan pengalaman negatif entah  itu tentang kegagalan, kefrustasian atau peristiwa sedih lainnya yang mengaduk emosi. Pejamkan mata, lalu hidukan peristwa menyesakkan itu di dalam pikiran. Terus rasakan sampai masuk ke detik-detik berikutnya. Peristiwa itu mulai menguasai perasaan dan keseluruhan pikiran. Buat tubuh pun seolah ikut merasakan kembali pengalaman negatif itu.

Apa yang terjadi?
Hal pertama adalah pasti kita berusaha menolak kenangan buruk itu datang lagi menguasai diri dan pikiran kita. Ada juga yang denyut jantungnya meningkat atau tubuhnya menjadi sangat tidak nyaman karena merespon hal negatif yang dihidupkan dalam pikiran maupun perasaan.

Dari percobaan pertama itu, kita bisa menarik kesimpulan jika dalam merasakan sebuah pengalaman lalu masuk ke dalam perasaan, terdapat aksi dan reaksi. Kita tidak bisa memiliki sebuah emosi tanpa  meresponnya di saat yang sama. Emosi bukanlah sesuatu yang berdiam diri di dalam kepala, tetapi emosi itu menjalar di seluruh bagian tulang dan syaraf kita. Tidak ada bentuk emosi apapun yang tidak melekat di dalam bagian tubuh manusia.

Berikutnya, coba hidupkan lagi kenangan paling membahagiakan yang bisa anda ingat. Pejamkan mata, rasakan kesenangannya di dalam pikiran dan seperti saat merasakan emosi negatif tadi, biarkan emosi positif itu mengalir di dalam tubuh anda sampai tubuh bisa merespon.

Apa yang terjadi?
Dari pengalaman beberapa peserta diskusi, dan barangkali juga anda rasakan, emosi positif yang dihidupkan kembali itu bisa meningkatkan rasa percaya diri, membuat tubuh lebih nyaman dan denyut jantung pun lebih normal.


Dari dua percobaan di atas, bisa disimpulkan jika ingin merasakan emosi positif, maka kita tidak perlu menunggu sebuah kejadian baik datang. Ada banyak hal positif yang tidak kita sadari dan untuk membedakannya cukup pahami serta rasakan respon yang dirasakan di dalam pikiran dan juga organ tubuh kita. Kita merespon sebuah emosi, bukan menciptakannya. Karena ada sebuah kejadian sebagai aksi, maka apa yang timbul dari emosi itulah sebagai  bentuk reaksi atau respon.

Image result
image source : positivepsychologylearning.com


Reaksi Tubuh dari Emosi
Setelah tahu bagaimana bagian dalam diri kita merespon apa itu emosi positif dan negatif, maka sudah saatnya kita bisa mulai memilah mana emosi yang baik untuk dipertahankan dan mana yang tidak. Positive psychology mengajarkan pada kita supaya lebih cerdas memilih respon. Jika sebuah hal negatif muncul atau terjadi, segera bayangkan hal positif di dalam pikiran dan rasakan respon tubuh kita mulai membaik.  Emosi berpengaruh pada penampilan kita. Baik emosi positif atau negatif bisa mengubah intonasi suara kita, cara kita berjalan, cara kita bicara hingga cara kita menatap orang lain. Positive psychology tidak hanya sekadar ilmu untuk terus beriskap positif, tetapi kita diajari untuk menelaah dan mengenali emosi yang ada di dalam diri sendiri.


Inilah pelajaran pertama yang bisa saya rangkum untuk minggu pertama ini. Minggu berikutnya pasti akan ada hal baru yang bisa kita pelajari dari positive psychology. Sampai jumpa, dan jangan lupa klik tombol follow blog jika tidak ingin ketinggalan materi personal branding dan positive psychology berikutnya. 

2 komentar

murtiyarini mengatakan...

Nice post. Bookmark ah. Ditunggu tulisan berikutnya.

Sekarang ini lebih suka membedakan suatu hal dari sisi benar-salah karena masing-masing pribadi punya pembenaran. Semakin abu-abu batasnya. Seringkali yang kelihatannya salah, malah defensif dan punya pembenaran sendiri yang sulit disanggah. Yang dulunya salah dari sudut pandang normatif, malah jadi seolah-olah benar. Entahlah. Semakin bingung.

Reffi Dhinar mengatakan...

nanti ada penjelasannya hehe makasih :D