Kehilangan yang Tidak Membuatku Hilang


Desember itu musim untuk mengenang. Kudapatkan pesan-pesan dan juga quote-quote yang menghubungkan hujan dengan lamunan. Kamu yang sedang membaca tulisan yang akan membawamu mengenang kembali ini, pasti sebagian besar setuju. Hujan yang turun dengan deras dan jalanan becek malah membuat kita enggan keluar rumah. Kamu malas berbasah-basah di bawah hujan dan mencari minuman hangat untuk menyamankan diri.

Saat kamu duduk dengan nyaman, isi kepalamu mengembara menuju tempat yang jauh. Tempat jauh itu dihuni seseorang yang sudah lama tidak lagi menjadi penting buat detak jantungmu. Dan aku sama sepertimu, isi kepalaku tanpa bisa diajak berkompromi akan dengan kurang ajar menyisipkan potongan gambar usang yang tidak kusukai.

Hujan adalah waktu inspirasi untuk jemari ini menulis, sebagian mikron hatiku mengakui jika hujan juga mampu mengawetkan semuanya. 

Meski semua yang lalu sudah tak lagi berpengaruh di masa kini, namun fase kehilangan itu menjadikanku paham apa yang penting untuk dipertahankan dan apa yang sebaiknya tidak didekap terlalu lama.


Ketika hati ingin memaksa diam

Dia adalah satu orang yang beberapa tahun lalu menjadi sumber tawa dan juga debar jantungku. Kusebut ia Lelaki Hujan, karena satu malam di saat hujan deraslah dia muncul dengan makanan hangat di tangannya untuk mengunjungiku. Dimulai dari persahabatan tak akrab, yang mengalir secara rahasia hingga kami putuskan untuk mengumumkan pada dunia kecil kami jika hati kami sudah terjalin.

Satu tahun pertama tak menjadi masalah, namun di dua tahun berikutnya banyak luka, drama, pengkhianatan dan usaha untuk menyusun kepingan retak supaya aku bisa tertawa dengan leluasa. Hati perempuan mana yang tidak keruh ketika kamu tahu kekasihmu sedang bercengkerama dengan perempuan lain. Mulut siapa yang tidak ingin memaki, saat tahu jika hati kekasihnya mudah goyah hanya  karena bosan. Lucunya, setelah diminta memilih, Lelaki Hujan itu bersikeras tak ingin pergi.

Sampai di satu titik, di saat aku mengira jika kami bisa menghabiskan waktu hingga renta, menyusun hati yang porak poranda, aku tahu jika apa yang pernah pecah sulit untuk disusun utuh lagi. Mimpi buruk yang kerap melanda dan juga seringnya aku menangis tanpa sebab di siang hari adalah pertanda jika ada yang salah dan sudah sangat melukai jika terus-menerus digenggam. Kupaksa hatiku diam supaya tidak terus bersuara, namun kekuatannya melebihi logika.

Aku putuskan untuk berhenti, menguliti rinduku sendiri hingga habis tanpa sisa untuknya lagi.

Kehilangan yang menguatkan

Di saat aku terpuruk itu, kususun ulang mimpiku tanpa melibatkan dirinya. Perjalanan demi perjalanan kulakukan. Semua luka kutuliskan. Ajaibnya, sahabat-sahabat dan keluarga terus mendampingi hingga aku mudah tertawa lepas lagi.

“Dulu waktu kamu masih bersama dia, kami seolah dipaksa menjauh karena dia hanya ingin memonopolimu. Kami bersyukur kamu memutuskan untuk berpisah. Lihat sekarang sahabat kami yang ceria sudah kembali,” kata sahabat-sahabatku.

Aku tidak menghapus Lelaki Hujan dari list pertemanan dunia maya karena kuanggap jika dia hanyalah orang biasa yang sudah tak punya pengaruh apa-apa setelah drama terakhir itu. Tiap duka itu muncul ke permukaan, segera kuambil pena atau ponsel lalu mulai menulis. Kutuliskan semuanya sampai perasaanku lega. Menariknya, salah satu tulisan panjang tentang luka itu malah terpilih untuk diterbitkan sebuah penerbit indie. 

Tempat-tempat asing yang kukunjungi, menjadi lokasi penyembuhan berikutnya. Gunung yang tinggi, jurang yang indah, sungai dan pantai yang memikat mata sukses menggeser batu besar kenangan lama. Kehilangan besar itu rasanya kini menjadi semakin berarti agar aku bisa merasakan keindahan alam ini bersama kawan-kawan yang berharga. 

Ketika aku bisa jatuh hati lagi, namun masih saja patah, sudah tak lagi menggoyahkan hati sampai sekacau dulu. Patahan-patahan ini terasa seperti gigitan semut dibandingkan dahulu. Aku belajar banyak, jika diri sendiri yang harus dicintai agar tak perlu menggantungkan kebahagiaan pada kekasih.
Kehilangan besar beberapa tahun lalu, tak menjadikanku hilang dari dunia. Kutemukan mimpiku lebih besar, kutemukan tawa lebih banyak. Melepaskan yang menjadi duri, itu penting buat hati. Semoga segera kutemukan hati yang tulus nantinya. Aku percaya.



"Tulisan ini dibuat untuk memenuhi #tantangannulis #BlueValley bersama Jia Effendie'' 

5 komentar

Afifah Mazaya mengatakan...

Pagi-pagi nemu yang seperti ini. Huhu. Tapi, aku suka dengan bagian akhirnya.:)

Reffi Dhinar mengatakan...

hehe, mellow dikit tapi happy ending kok :D

Sie-thi Nurjanah mengatakan...

Setiap baris kalimatnya membuat betah utk baca setiap patah kata.
Pesan yg ingin disampaikan begitu kena

Reffi Dhinar mengatakan...

semoga bermanfaat :)

dedaunan hijau mengatakan...

bener mb dengan menuliskannya jadi lebih plong