Proses Kreatif Novelet Promise Lolos Seleksi Bentang Pustaka


Menulis novelet berjudul Promise ini memberi banyak pengalaman pada saya mengenai pencapaian sebuah usaha keras yang dilakukan secara terus-menerus. Mulanya, sebelum ide menulis novelet ini muncul, saya sudah tertarik untuk mengikuti seleksi menulis untuk kategori novela atau novel mini yang diselenggarakan Bentang Pustaka sejak periode pertama tahun 2016. Tema pertama yang dimunculkan kalau tidak salah bercerita tentang jadian atau kata lainnya awal berpacaran lalu tema kedua backstreet. Saya sudah menyiapkan ide untuk menulis, namun lagi-lagi karena kesibukan, saya lupa deadline dan juga gagal memenuhi target.

Kesempatan menulis pun lenyap di dua batch tersebut. Akhirnya saat Bentang Pustaka merilis seleksi batch ketiga dengan tema Friendzone, segera deh muncul ide yangg tidak bisa dibendung lagi. Novelet ini memang sebagian kecil diambil idenya dari pengalaman pribadi saya yang pernah mengalami masa-masa friendzone. Setting saya ambil juga di kampus tercinta  saat berkuliah mengambil jurusan sastra jepang, karena masa friendzone memang terjadi saat masih kuliah.

Pasti kalau yang sudah baca sinopsisnya di Playstore langsung bertanya, apa ini cerita nyata saya? Bisa saya bilang bukan karena hanya sebagian kecil diri saya yang memang dijadikan ide, 80 persennya fiksi semua, hanya saja ide lain tersebut diolah dari curhatan banyak teman yang pernah mengalami friendzone dan juga sebagian lagi imajinasi saya pribadi. Karakter saya yang ada di tokoh Aira atau disapa Ai di novelet ini adalah sikapnya yang tidak peka. Oke, ini semacam pengakuan dosa, haha. Sebagian besar lagi diambil dari tokoh fiksi dari novel yang saya kagumi. Ada tokoh Midori dari novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, tokoh fiksi Stargirl dari novel Stargirl dan juga dari tokoh kartun Pippi Longstocking.

Karakter Ai ini mengusung kepribadian unik ketiga tokoh fiksi yang sangat menempel di kepala saya. Kesamaan ketiganya adalah karakter yang nyentrik, cenderung tidak ambil pusing dengan omongan orang lain, sering dianggap tidak memiliki kepribadian baik menurut anggapan orang kebanyakan, namun ternyata punya hal yang menunjukkan kebaikan dan ketulusan hati mereka. Di bab pertama diceritakan keunikan Ai yang saat sedang dilabrak gadis lain malah asyik memotong kuku, mengabaikan gerombolan gadis yang sedang marah padanya. Unik bukan? Kalau orang lain dilabrak pasti akan membela diri, si Ai malah asyik memotong kuku.

Tokoh Raka, Tia dan Nathan juga merupakan perwujudan orang-orang yang saya kenal. Deskripsi paling mudah memang kalau diambil dari orang yang nyata. Ide itu mendorong saya menulis dalam waktu 12 hari untuk menghasilkan 30 halaman. Sakitnya terjebak cinta dengan sahabat sendiri, gemasnya seseorang yang ingin memperjuangkan persahabatan agar tetap utuh dan pedihnya dikhianati ada di novelet ini. Promise saya pilih menjadi judul utama karena sebuah janji menjadi landasan utama tokoh utamanya untuk terus bergerak maju menghadapi masalah di masa remaja. Beruntungnya, karya itu terpilih menjadi salah satu yang diterbitkan setelah bersaing dengan 250 naskah lainnya. 


Penasaran sama sinopsisnya? Silakan mampir di Google Playstore dan ketik ‘Promise Bentang Pustaka’. Ada cara membelinya juga di situ. Selamat membaca!



Tidak ada komentar