Petualang Kota di Wilayah Kuno Nan Cantik Surabaya


surabaya heritage track

Perjalanan ini sebenarnya saya lakukan pada 31 Maret 2018 lalu, namun karena terlalu banyak deadline menulis, jadinya belum sempat  terposting di blog. Sesungguhnya, saya sempat akan melakukan pendakian di Penanggungan, namun karena jadwal dengan teman-teman tidak cocok, maka satu minggu sebelum menjadi city wanderer atau petualang kota, saya mencari jadwal yang cocok untuk city tour di Museum House of Sampoerna.

Museum House Of Sampoerna memiliki program Surabaya Heritage Track yang sudah menarik animo masyarakat kota juga wisawatan mancanegara. Sebelum mengikuti tur ini, kita harus mengetahui jadwalnya dan melakukan reservasi. Saya mencari informasi tur di website museum yang bisa dikunjungi, alamat situsnya houseofsampoerna.museum.

surabaya heritage track
Bagian depan Museum House Of Sampoerna

Ada dua jenis tur, yaitu pada hari kerja atau weekday dan weekend. Di weekday dan weekend ada tiga pilihan jam rute yaitu pukul 10.00-11.00, 13.00-14-00, dan 15.00-16.30 (weekday). Untuk weekend jamnya lebih lama 30 menit antara lain 10.00-11.30, 1300-24.30 dan jam terakhirnya masih tetap yaitu 15.00-16.30. Saya memilih rute weekend yang paling awal mengingat cuaca Surabaya yang sanagt panas di siang hari. Lalu saya menelepon customer service museum di 031-3539000 untuk mendaftarkan nama peserta tur serta jam pilihan. Peserta diminta untuk datang minimal 15 menit sebelum keberangkatan karena jika terlambat maka tiket dianggap hangus. Saya mengajak adik sepupu, Rika, dalam city tour kali ini. Dan yang paling asyik, kita tidak pelu keluar biaya. Semuanya gratis.

surabaya heritage track
Saya dan Rika di depan bus


surabaya heritage track
Tiket gratis

Karena meniatkan diri untuk menjadi petualang kota, maka saya dan Rika tidak naik motor untuk pergi ke House Of Sampoerna. Saya menyusun itinerary perjalanan kami dan akan naik angkutan umum dari Sidoarjo. Lokasi rumah saya di daerah kecamatan Candi, sebuah daerah yang dekat Porong. Sangat jauh dari Surabaya. Namun untungnya akses transportasi sangatlah mudah. Saya naik bus jurusan Pasar Turi dari terminal Pasar Larangan, Sidoarjo. Bus ini akan naik tol jadi pasti memangkas waktu lebih cepat ketimbang saya naik angkot yang lain. Kami turun di pemberhentian terakhir saat kenek bus berkata,”Sudah sampai JMP.”


Bus berhenti tepat di seberang Hotel Arcadia. Dari sini saya bisa melihat bangunan-bangunan tua Surabaya yang masih dijaga kelestariannya. Biasanya saya hanya sekadar numpang lewat, tetapi kali ini saya berniat ingin menghirup aroma kuno kota lama Surabaya. Gaya arsitektur unik Hotel Arcadia membuat saya tertarik untuk mengabadikannya di foto. Lucunya, teman-teman mengira saya sedang berada di kota lain, padahal ini masih ada di Surabaya.
surabaya heritage track
Hotel Arcadia ini arsitekturnya keren 

Dari Hotel Arcadia ke museum, saya memilih untuk naik taksi online lewat aplikasi Go Car. Memang banyak becak yang menawarkan jasa, tetapi karena saya bukan penduduk asli daerah itu dan tidak punya bakat menawar, saya memilih yang harganya pasti saja tertera di aplikasi. Lokasi museum di Jalan Taman Sampoerna No.6, Krembangan Utara, Pabean, Surabaya ini sedikit masuk dan jalannya berbelok-belok. Naik taksi online pun biayanya tidak mahal, hanya sekitar 12000 rupiah saja.


Sesampainya di Museum House of Sampoerna, kita bisa berfoto-foto di sekitar bangunan yang super keren. Museumnya gratis dan baru buka jam 9 pagi, bersamaan dengan loket Heritage Track yang terletak di Cafe museum. Di dalam museum kita bisa mengamati perjalanan pendiri pabrik dari zaman dahulu dan menikmati suasana masa lalu. Properti seperti sepeda motor tua, jajanan zaman dulu dan foto dokumentasi pendiri Sampoerna juga bisa diamati.

surabaya heritage track
Cafe House Of Sampoerna 


surabaya heritage track
Ruang pertama Museum House Of Sampoerna


surabaya heritage track
Perlengkapan Marching Band Bersejarah

Jalur weekend yang akan kami ambil di jam 10 pagi adalah Balai Pemuda-Balai Kota-Ex. De Javasche Bank (Eks Bank Indonesia). Guide mempersilakan pemilik tiket untuk naik lalu dimulailah city tour dengan bus Heritage Track. Guide berbicara dalam bahasa Indonesia dan Inggris, kebetulan saat itu yang bersama rombongan saya ada juga turis dari Vietnam dan beberapa orang bule. Di sepanjang perjalanan, kami akan mendapat cerita mengenai beberapa asal-usul bangunan tua yang masih ada di Surabaya. Ternyata ada fakta-fakta menarik yang baru saya ketahui setelah mengikuti city tour ini.


Salah satunya adalah cerita tentang sejarah nama Jembatan Pethekan. Jembatan ini dulunya bisa diangkat dan diturunkan, namun kini sudah tidak difungsikan lagi. Karena untuk menjalankan mesinnya memakai semacam tombol yang di-pethek (ditekan), maka masyarakat menjulukinya menjadi Jembatan Pethekan.


Yang paling menarik pastinya ketika kami mencapai lokasi-lokasi tur. Waktu untuk menjelajahi tiap lokasi hanya sekitar 10-15 menit, namun itu cukup untuk memahami sejarah tiap lokasi dan juga mengambil beberapa foto menarik. Balai Pemuda adalah lokasi pertama yang kami kunjungi. Saya sudah beberapa kali ke sini untuk menghadiri beberapa event literasi dan selalu merasa takjub dengan suasananya. Gedung yang dulunya digunakan untuk tempat hiburan para bangsawan Belanda ini dulunya tidak boleh dimasuki oleh orang pribumi. Dahulu bernama De Simpangche Societeit. Para bangsawan Belanda bisa berdansa, makan malam dan melakukan pesta atau pertemuan di Balai Pemuda. Ironisnya, dahulu bangunan ini membuat papan pengumuman berbunyi ‘Dilarang masuk bagi Anjing dan pribumi’. Kini Balai Pemuda telah dialihfungsikan sebagai perpustakaan, tempat belajar bahasa asing gratis bernama Rumah Bahasa dan juga untuk  menyelenggarakan beragam event kesenian atau literasi di Surabaya. Siapapun bisa masuk tanpa terkecuali.
surabaya heritage track
Balai Pemuda bagian halaman dalam


Perjalanan ke Balai Kota juga sangat  berkesan karena ini pertama kali saya kemari. Saya bisa mengetahui sejarah singkat lambang kota Surabaya sejak zaman dulu dan bisa merasakan atmosfer pusat pemerintahan kota Surabaya yang dipimpin Bu Tri Rismaharini.




 Lalu pemberhentian terakhir adalah ke Museum Bank Indonesia yang dulunya bernama De Javasche Bank. Seperti halnya arsitektur bangunan zaman kolonial, museum ini terlihat gagah dan juga nampak cermat sekali pembuatan fungsional bagian dalamnya. Contohnya saja membuat cermin tersembunyi yang berguna sebagai CCTV sehingga bisa mengawasi orang-orang yang masuk di jalur tertentu di dalam ruangan. Bagian penyimpanan uangnya juga dilapisi pintu besi yang sangat tebal, berat dan terlindung. Saya bayangkan jika zaman dulu keamanan bank ini cukup terjamin karena tiap bagian sudah direncanakan matang.

surabaya heritage track
Desain lantai dua Museum Bank Indonesia


Naik satu lantai saya bisa melihat bagian yang dulu dijadikan kantor. Atap yang dibentuk sangat tinggi membuat sirkulasi udara mengalir lancar. Saya jatuh cinta dengan keseluruhan desain interiornya, sangat pas untuk berfoto-foto ala abad pertengahan.

surabaya heritage track
Di belakang kami adalah ruang kantor Museum Bank Indonesia 

Setelah waktu berkunjung selesai, saya dan rombongan kembali naik bus dan kembali ke House Of Sampoerna. Saya sangat puas. Jika ada waktu lagi, saya jadi ingin mencoba rute lain di jam berbeda untuk lebih mengenal sudut kuno kota Surabaya. Hal ini membuat saya seperti terlempar ke masa lalu serta melupakan status kota pahlawan yang berkembang menjadi kota hedonis. I love heritage track!

10 komentar

Fransisca Williana Nana mengatakan...

Duhh Ku dibuat jadi pingin tour ke surabaya. Bangunan tua semacam begini nih unik banget, keren kalo dijadiin spot foto, juga bagus banget buat dijadiin spot cuci mata hahaha. Me love heritage track also! :D

First time kunjungan kesini nih, salam kenal yaaa. Baru aja follow, boleh followbacknya? Terima kacihhh :)
Willynana.blogspot.com

Reffi Dhinar mengatakan...

Hai mampir2 yuk ke sini. 😁

Unknown mengatakan...

kota tua memang punya rasa
masuk dan menikmati kota tua, seperti melihat waktu yang berhenti..

kakve-santi(dot)blogspot.com

Reffi Dhinar mengatakan...

Kota tua memang eksotik 😀

Okapi note mengatakan...

bangunannya tua tapi unik ya. kondisinya juga masih terawat dengan baik.
jadi pengen tour gratis juga nih keliling surabaya hehehe

Reffi Dhinar mengatakan...

Dicoba mbak. Ada pilihan turnya, cek web biar bisa milih 😁

BlogSabda.com mengatakan...

kasar sekali ya zaman dahulu, Anjing dan Pribumi dilarang masuk....

Reffi Dhinar mengatakan...

Itulah realita penjajah dulu Mas. Memang sedih

Swastikha mengatakan...

Udah pernah ke house of sampoerna tapi belum pernah nyobain tournya sih. Pengin nyoba juga

Reffi Dhinar mengatakan...

Dicoba mbak. Asyik kok :D