Logo Gerakan One Week OneBook |
Membaca adalah jendela dunia. Peribahasa itu
sudah melekat di benak kita mungkin sejak masih kanak-kanak, tetapi buktinya
lebih banyak yang memilih untuk menghabiskan waktu dengan asyik di media sosial
sembari menepiskan aktivitas membaca. Sudah banyak diketahui jika Indonesia
adalah negara yang minat bacanya tak setinggi negara maju lain contohnya
Jepang. Di Jepang, kita akan mudah menemukan orang-orang yang berdiri atau
duduk di angkutan umum sambil membaca buku.
Lintang, founder komunitas |
Melihat dari minimnya aktivitas membaca
itulah, Lintang Indra Listika, seorang penggemar buku asal Sidoarjo ini nekat mendirikan
komunitas online Gerakan One Week One
Book. Komunitas online yang lahir
pada 4 Januari 2018 ini kini sudah
menjadi sebuah tren baru di kalangan para kutu buku.
Sebuah Gerakan yang Terbentuk
Karena Rasa Miris
Lintang memiliki komitmen untuk setidaknya
bisa membaca habis satu buku dalam satu minggu. Merasakan manfaat dari membaca
buku dan ingin mencari kawan-kawan yang serupa, ia pun mencari komunitas online yang senada dengan semangat membacanya.
Kita tahu jika sudah bertebaran komunitas menulis, fotografi atau handicraft di media sosial yang tentunya
terus mendorong anggotanya untuk berkarya, namun Lintang belum menemukan
komunitas online yang mengajak
komunitasnya untuk rajin membaca.
Dari temuan itulah, Lintang memutuskan untuk
mendirikan komunitas Gerakan One Week One Book di Instagram. Berangkat dari
rasa miris dengan fenomena lingkungan juga membuat Lintang bersemangat untuk
menyebarkan virus membacanya. Ia ingin banyak orang yang lebih banyak menyisihkan
waktu untuk membaca daripada berselancar di media sosial atau menonton acara TV
yang tidak bermutu.
Tantangan Komunitas dan
Proses Pengenalannya
Meskipun tujuannya positif,
tenyata Gerakan One Week One book juga menuai pro dan kontra.
“Respon awal kehadiran komunitas ini 80% pro
20% kontra. Saya sangat bersyukur banyak teman-teman yang tertarik bergabung menjadi
anggota kami, bahkan ikut mempromosikan komunitas ini secara sukarela, ikut
memberikan sumbangsih secara tidak terduga.” Kata Lintang.
Pihak yang kontra dengan komunitas membaca ini
tak selalu memberikan kritik yang halus, ada juga yang mengkritik dengan
kalimat nyinyir yang cukup menyinggung. Mungkin karena berbasis virtual, ada
yang beranggapan jika Gerakan One Week One Book adalah komunitas yang berjalan
dengan main-main.
“Padahal meskipun virtual, saya dan para admin
berusaha keras membuat para anggota merasa secara nyata kehadiran komunitas
ini.” Imbuh Lintang lagi.
Proses pendaftaran anggota baru dilakukan
dengan memposting ulang banner komunitas di akun Instagram dan wajib menyetor
review singkat buku yang dibaca minimal satu buku dalam seminggu. Admin akan mencatat
dan memberikan nomor keanggotaan untuk para member komunitas.
Komunitas ini memang diperkenalkan lewat
Instagram mengingat banyak generasi muda yang kini tertarik untuk menjadikan
Instagram sebagai media kreatif mereka. Sudah banyak terlahir bookstagramer,
istilah untuk pereview buku di Instagram dengan mengkreasikan foto bukunya
seapik dan seunik mungkin. Review yang
ditulis juga bebas, bisa saja kutipan paling menarik dalam buku atau hal
berkesan yang didapat usai membaca. Tidak ada patokan pakem khusus dalam
membuat review.
Event One Week One Book dengan IDN Times Community |
Kegiatan Selain Membaca Buku
Sekali Seminggu
Hebatnya lagi, komunitas ini sudah memiliki
peserta yang cukup besar apalagi sudah ada lima orang admin di beberapa kota
yang bertugas untuk menghandle antara
lain di wilayah Jabodetabek, Bandung, Surabaya, Sidoarjo dan Malang.
“Admin komunitas ini hanya ada 5 orang. Saya
sendiri, Ajoy, Dini, Reni, dan Jihan. Kunci utama solidnya admin bagi saya pribadi
ialah rasa saling memiliki, kepercayaan, kekeluargaan, komunikasi dan saling
pengertian,” ujar Lintang.
Selain review buku di Instagram, komunitas
juga memiliki agenda lainnya yaitu One Day One Post (ODOP), Bincang Literasi,
Bincang Buku, Giveaway Buku, Consistent Reader Challenge, The Best Photo
Challenge dan Kelas Moco Bareng. Ada grup WA khusus untuk melakukan aktivitas
tersebut. Anggotanya sangat antusias dengan kegiatan Gerakan One Week One Book
karena mereka memiliki wadah khusus bagi sesama pembaca dan bisa berdiskusi
dengan para penulis yang baru saja menerbitkan karya.
Perkembangan Literasi di
Tengah Generasi Muda
Sebagai pendiri Gerakan One Week
One Book, Lintang optimis dengan naiknya minat baca dan perkembangan literasi
di tengah generasi muda. Sudah banyak bermunculan program yang terkait dengan
literasi di Indonesia seperti aplikasi buku digital gratis semacam Ipusnas dan
Ijakarta. Kita tidak perlu membeli buku, cukup meminjam dalam batas waktu
tertentu di dua aplikasi tersebut dan dapat memperpanjang masa pinjaman jika
diinginkan. Di sekolah juga mulai diterapkan gerakan literasi membaca selama 15
menit sebelum pelajaran dimulai.
Membaca kini bukan lagi
menjadi kegiatan membosankan yang dianggap cupu. Dengan inovasi dan teknologi yang
membantu kita untuk membaca, maka ini bisa menjadi lifestyle yang keren. Buat kalian, baik muda atau tua, mari membaca
agar pikiran lebih terbuka serta waktu tidak terbuang sia-sia untuk aktivitas
kurang bermanfaat. Let’s read like a
breath!
5 komentar
wah gerakan yg bagus..dulu aku jg gitu 1 minggu 1 buku..tp sekarang sudah jarang.
lanjutiin lagi, sayang kalau ga rutin membaca :D
Aku ikut, nih. Semula kirain gerakan biasa aja. Ternyata programnya banyak.
Iyaa ada giveaway juga, keren kok :D
menarik juga, baca buku memang harus jd salah satu perhatian di jaman serba gadget kyk skrg
Posting Komentar