Inspirasi Positif dari TedX Jalan Tunjungan Bekraf



Saya adalah penggemar Ted Talk yang mulanya tidak sengaja jatuh cinta karena nyasar di Youtube. Jadi, demi mengasah listening saya dalam bahasa Inggris dan Jepang, saya mencari video berbahasa Inggris dan Jepang yang tidak memberikan subtitle. Sampai akhirnya saya sampai di akun Ted Talk. Saya memang suka menonton acara motivasi seperti Mario Teguh dan Merry Riana. Kehadiran Ted Talk yang memberikan inspirasi beragam, membuat saya lebih gembira lagi.

Lalu ketika mengetahui jika ternyata di Surabaya juga akan menyelenggarakan acara inspiratif sejenis, tentu saja saya tidak ingin melewatkannya. TedX Jalan Tunjungan membuat acara bertajuk ‘Concern As Currency—Planet, People, Profit’ pada event Bekraf Festival 2018. Saat mengecek tanggal, ternyata 17 November itu hari Sabtu, pas saat libur kerja, maka saya berangkat menuju lokasi.



Yang menjadi pembicara di acara tersebut adalah Verena dari Warp Sby, Nida Amalia dari Edu Braille dan Riski Aris dari Sego Njamoer. Sekilas saya hanya familiar dengan Sego Njamoer yang memang populer di Surabaya. Namun karena saya suka tema yang menyebut ‘Planet, People, Profit’ itu, saya yakin jika akan ada banyak inspirasi yang tidak saya temukan di tempat lain.


About Planet
Pembicara pertama adalah dari sebuah gerakan untuk mengurangi sampah plastik, Warp Sby. Verena sebagai founder menjelaskan jika sampah plastik yang dianggap sepele oleh masyarakat, sesungguhnya mewariskan permasalahan serius untuk ekosistem dan lingkungan. Menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Surabaya menyumbang prosentase tertinggi untuk jumlah sampah plastik di Indonesia.

Verena dari Warp Sby (dok. pribadi)


Verena memberikan ilustrasi jika sampah plastik tidak akan terurai bahkan melewati puluhan hingga ratusan tahun. Jikalau sampah plastik terdampar di laut lalu dimakan hewan laut sepeti hiu atau penyu, maka mereka bisa mati. Kalau sampah plastik terurai menjadi mikroplastik di laut pun, lalu dimakan plankton dan disantap ikan, tak aneh jika kandungan racun mikroplastik itu akan termakan oleh manusia sebab ikan juga menjadi salah satu konsumsi kita.

Lewat akun instagram warp.sby, Verena ingin mengajak siapapun untuk lebih peduli pada lingkungan, terutama soal sampah plastik. Bumi sebagai planet yang kita tinggali, butuh kepedulian besar terutama dari generasi muda agar tetap lestari. Dilihat dari efek buruknya yang bisa mengancam kesehatan manusia dan merusak ekosistem alam, maka plastik bukan lagi masalah sepele. Ajakan untuk meminimalisir penggunaan plastik (reduce), menggunakan plastik yang sama berkali-kali jika masih bagus (reuse), dan mengubah plastik menjadi produk yang bernilai daya jual atau seni (recycle) adalah fokus utama dari Warp Sby.

Dan dari presentasi yang diberikan tersebut, saya jadi merasa tertohok. Betapa sering saya membuang sedotan plastik saat makan di luar, padahal timbunan sedotan plastik itu juga menambah volume sampah jika tertimbun banyak. Mulai ada keinginan untuk lebih meminimalisir penggunaan sedotan, walau saya sering minum tanpa sedotan plastik, untuk ke depannya harus lebih jarang lagi. BTW, saya mengajak adik untuk mengembalikan sedotan plastik waktu makan di di luar kemarin. A good start for me.


For People
Apa yang ada di pikiran kita ketika melihat seorang  disabilitas? Kasihan tentunya, namun berbeda dengan Nida Amalia dan timnya yang berhasil menciptakan sebuah piranti untuk membantu kawan-kawan tuna netra untuk belajar dan membaca Alquran. Piranti itu dinamai Edu Braille. Berawal dari kekalahan pertama di event Gemastik, Nida dan tim memperbaharui ciptaannya. Riset yang dilakukan juga menghabiskan waktu serta biaya namun setelah dicoba, tebukti sangat membantu.

Nida Amalia dari Edu Braille
(dok.pribadi) 

Kisah Nida yang awalnya ingin sekali masuk Fakultas Kedokteran tetapi gagal menjadi cikal bakal  sikapnya yang tidak mau menyerah. Setelah masuk di Teknik Informatika ITS, dia malah menemukan dunia baru dan menemukan cara untuk membantu orang lain. Tidak perlu menjadi dokter untuk menolong orang, dengan karya berupa piranti cerdas seperti Edu Braille yang awalnya bernama Read Me ini, ia juga bisa bermanfaat untuk orang lain. Kawan-kawan tuna netra pun bisa belajar tanpa harus membaca buku braille yang terlalu tebal hingga membaca Alquran dengan mudah.

Kesuksesan tidak selalu berbentuk materi, namun ketika kita mampu bermanfaat untuk orang banyak. Edu Braille masih belum dipasarkan secara luas dan masih dalam tahap pengembangan, tetapi masih akan terus dikembangkan hingga layak masuk pasar.


Profit for Society
Siapa yang tak kenal Sego Njamoer? Lewat cerita dari pendirinya, Riski Aris, saya menjadi terinspirasi  juga. Tagline ‘Ada doa petani jamur di setiap gigitannya’ ini juga sangat menarik. Dari sebuah karya ilmiah Dikti di bidang kewirausahaan, Riski Aris malah sukses mempertahankan bisnis sejak 2010 hingga kini. Yang dulunya hanya mendirikan outlet-outlet kecil di kampus-kampus wilayah Surabaya, kini Sego Njamoer juga mulai memasuki mal dan memilki outlet yang lebih besar.

Riski Aris dari Sego Njamoer
(dok.pribadi) 


Tak melulu memikirkan profit, Riski yang juga alumnus ITS ini ingin agar para petani jamur bisa berdikari dan mendapat keuntungan lewat jamur-jamur kecil yang sering dipandang sebelah mata. Riski melakukan riset mengenai musim di Indonesia, menu yang cocok untuk diolah dan masa kadaluarsa.



Menariknya, Riski tidak ingin sukses sendirian. Setelah banyak memiliki pemasok jamur dari berbagai daerah, ia menanam jamur di belakang rumah dan memberikan bibit pada tetangga sekitar rumah agar bisa dibudidayakan. Riski sama sekali tidak pelit ilmu. Mungkin karena bisnis yang juga membantu masyarakat sekitar inilah yang membuat Sego Njamoer eksis.


Selain tiga pembicara utama, di acara TedX Jalan Tunjungan kali ini juga mempersilakan siapapun yang ingin mencetuskan idenya. Ada tim ‘Petualangan Menuju Sesuatu’ yang membuat serial komik strip di Instagram untuk memberikan awareness mengenai mental health. Dan juga ada Luido yang menjadi produsen handicraft dari lumpur Lapindo.



Overall, saya sangat puas dan merasa tidak rugi untuk hadir langsung di acara ini. Ternyata mendengarkan langsung ide dan inspirasi di acara, lebih menggugah dan bikin saya merinding saking terharunya. Para pembicara mengingatkan saya agar berkarya tak hanya untuk kepuasan diri tetapi juga untuk kepentingan orang lain.

Berkarya tidak harus muluk-muluk, cukup dari minat dan hal yang saya bisa. Saat ini saya bisa berbagi inspirasi lewat tulisan di buku atau blog. Saya pun tak ingin ketinggalan ^_^

2 komentar

sabda awal mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Reffi Dhinar mengatakan...

iya ngeri banget saya pas baca ini, jadi mulai was-was buat lebih hemat plastik dan jugaa soal kepedulian mereka di tiap usaha (yg jadi pembicara TedX) ini beneran bikin saya hampir mewek wkwkwk Inspirasi agar jadi orang yang lebih bermanfaat