Perjalanan Serba Mendadak Ke Yogya (Holiday At Yogya-Part 1)


 
Siapa sih yang nggak suka liburan? Kepala saya ini pasti berdenyut pusing kalau terlalu lama menahan hasrat liburan. Masalahnya, saya adalah seorang pegawai kantoran yang tentunya tidak bisa sembarangan berlibur. Sewaktu saya liburan beberapa hari setelah lebaran saja di Semarang tahun lalu, telepon berdering terus-menerus dan email juga memberi tanda notifikasi jika ada inbox baru masuk. Lucu sekali saat sedang menikmati hawa dingin di daerah Ungaran, salah seorang rekan kerja saya dari Jepang bingung bagaimana pengurusan visa kerjanya. Dan bisa ditebak, karena sedang berada di dataran tinggi, sinyal telepon hanya menjadi acara ‘halo-halo’ putus nyambung tanpa tahu apa kalimat selanjutnya.

Dan di minggu ketiga bulan Maret lalu, di saat kepala sudah memberi sinyal untuk segera berlibur atau traveling, mendadak saya ingin sekali bepergian naik kereta lagi. Terakhir kali traveling ke puncak B29 dan air terjun Tumpak Sewu akhir tahun 2016 lalu, terpatri di hati saya hasrat untuk pergi dengan mengendarai kereta lagi. Pokoknya senang saja kalau duduk di samping jendela atau makan mi cup hangat di atas kereta.

Singkat kata, saya mengajak teman traveling saya kemana-mana, Devi untuk bepergian ke luar kota. Asal naik kereta saya mau saja. Setelah berdiskusi, kami putuskan untuk pergi ke Yogya. Ada dua tempat yang ingin sekali saya kunjungi yaitu wisata Gua Pindul dan juga museum Ulen Sentalu. Kenapa saya tidak memilih candi dan pantai yang juga lumayan banyak di Yogya alasannya karena saya tidak terlalu suka pantai, hehehe. Terakhir kali ke pantai mungkin saat saya bepergian ke Banyuwangi pada 2015 lalu.

Tiket untuk keberangkatan dan pulang sudah saya pesan secara online. Berangkat menggunakan kereta api ekonomi dan pulangnya saya dan Devi berencana naik kereta kelas bisnis saja untuk meminimalisir capek. Rencananya setelah pulang, kami akan masuk kerja. Akhirnya di hari keberangkatan pun kami menyambutnya  secara antusias. Dengan waktu packing barang bawaan hanya dalam waku singkat, saya dan Devi berharap semoga tidak ada keperluan yang nanti tertinggal di kamar kos. Kami berangkat jam 10.50 dari Stasiun Gubeng Surabaya naik kereta Logawa. Perjalanan pun dimulai dengan riang.

Namanya kereta api ekonomi, pasti duduknya berhadap-hadapan. Kereta ekonomi sudah cukup nyaman karena kebersihannya juga lumayan terjamin, tetapi ada satu hal yang membuat saya kurang sreg. Kita tidak akan tahu akan duduk di samping siapa, apalagi jika berangkat dalam satu rombongan kecil misal dua sampai tiga orang saja. Bisa jadi tiket yang akan kita terima nanti berada di bangku yang diisi tiga orang, sehingga sisanya kita akan duduk dengan orang asing. Di kepala saya sih kalau misalnya penumpang asing itu calon jodoh pasti sangat romantis (kumat khayalannya), tapi berbeda lagi kalau duduk di samping orang yang sangat annoying

Tips utama saat naik kereta ekonomi adalah belajarlah sabar dan menjadi orang yang pengertian.

Saya dan Devi kebagian tempat duduk berhadap-hadapan yang satu bangku bisa diisi tiga orang. Dari Surabaya sampai Nganjuk, masih belum ada masalah karena saya duduk di samping ibu muda dan anaknya yang super imut. Gangguan mulai muncul saat si ibu muda turun dari kereta dan berganti penumpang baru yang mau menuju kota Cilacap. Dua penumpang baru itu adalah ibu-ibu paruh baya yang sebenarnya tidak berisik, tapi sedikit seenaknya soal tempat duduk. Mungkin karena kakinya capek atau punya asam urat, di tengah perjalanan, saya harus berbagi tempat dengan kaki mereka. Yap, kakinya yang katanya capek, diluruskan di samping pantat saya jadi mereka bisa duduk selonjoran santai di antara dua kursi. Sangat menyebalkan. Satu lagi, si ibu-ibu itu juga minta dibantu mengakses smartphone canggihnya sampai diminta untuk memotret dirinya yang sedang berpose di kereta. 

Sebenarnya saya bukan orang yang sabar, tapi demi alasan kesopanan, mulut yang gatal ingin mengomel saya tahan sebisa mungkin. Untungnya hal itu bisa saya lalui sampai di stasiun Lempuyangan, Yogya. Turun dari kereta, saya lontarkan sumpah serapah disahuti Devi.

“Gila, kakinya bau,” katanya.

Kejengkelan saya menguap ketika keluar dari stasiun Lempuyangan dan bertemu  mas-mas agen rental motor. Kami menyewa motor dengan sewa per hari 70 ribu rupiah. Penginapan juga kami peroleh dengan harga miring, kisarannya tidak sampai 150 ribu per malam untuk dua orang. Tetapi kamar mandi berada di luar kamar sehingga suasananya seperti tempat kos mahasiswa. Penginapan kami juga menyediakan sarapan pagi.

dok: pribadi

Setelah berganti pakaian, kami melepas lelah sejenak di penginapan, lalu saya dan Devi memutuskan untuk menikmati senja di Malioboro. Wow, sudah satu dekade saya tidak ke Yogya dan  banyak sekali perubahan berarti. Jalanan Malioboro sudah menjadi jalanan seni dan juga tempat nongkrong yang menarik. Ada beberapa sudut yang menjadi tempat pengamen angklung memainkan musiknya. Dan berjajar tempat makan dari angkringan sampai restoran. Tempat berbelanja juga sudah ditata rapi. Barisan becak wisata dan delman siap mengantar pengunjung untuk berkeliling. Walau di awal perjalanan ini sempat ada beberapa hal yan kurang menyenangkan, akhirnya saya bisa menikmati suasana malam Yogya dengan gembira.  Welcome holiday😀

NB: Pintar-pintar memilih tempat makan ya. Di hari pertama ini saya salah pilih warung tenda di malioboro. Kalau apes bisa dapat tempat makan yang rasa makanannya biasa saja tapi harganya tak murah. Hehe.😂  

Image result for girls travel quote
sumber : 30 Adventure and Travel Quotes

6 komentar

fanny fristhika nila mengatakan...

wkwkwkwkwk, duuuh apes bgt dpt temen sebangku yg gitu ya mba.. ga kebayang kalo aku, kakinya bau, duuuh pgn turun itu :D... aku blm prnh naik KA ekonomi ini.. tp kalo mbak iparku cara nyiasatin kalo dia sdg naik KA ekonomi, beli tiket onlinenya skaligus 4 tempat duduk.. ya pinjem KTP ku ama suami supaya genap 4... tapi cuma utk book kursinya aja , aku dan suami mah g ikut... jd dia beneran dapet 4 seat tanpa hrs gabung ama yg lain ;p..

jogja mah emg ngangenin.. aku lumayan srg kesana krn kampung suamiku di solo.. jd tiap mudik ya pasti singgah jogja :)

Penjaja Kata mengatakan...

Waahh saya juga pernah apes makan di Malioboro, mbak. Padahal cuma makan pecel, eh ternyata harganya 40 ribuan hehehe

Tira Soekardi mengatakan...

wah jogja, ini masih berlanjut ya

Reffi Dhinar mengatakan...

@fanny: hihi hemat aku mbaak, ga boking bangku laen

@penjaja kata: iyaa, ngenes banget lauk gudek ga komplit kena mau 30 ribuan :(

@tira: masih bersambung ya mbaak

Wisnu Tri mengatakan...

dari kereta api kita belajar memahami ^^
sabar mbak, sapa tau ibuk-ibuknya punya anak cowok terus dikenalin, terus jodoh? kan alhamdulillah

iya, malioboro sekarang udah bersolek jadi lebih cantik...jalur pedestriannya tambah luas. nyaman banget

Reffi Dhinar mengatakan...

haha, romantis yaa