Judul Buku :
Di Bawah Langit Jakarta
Penulis :
Guntur Alam
Jumlah Halaman : 309 halaman
Tahun Terbit :
Cetakan ke-1, Juni 2014
ISBN :
978-602-1606-63-6
Penerbit :
Noura Books
Dilahirkan di sebuah keluarga miskin, bukanlah kebahagiaan
bagi tiap anak, begitupula yang dialami oleh Sugiharto. Suasana carut-marut
ibukota di tahun 67, ikut berpengaruh pada kondisi keluarga Ugi, nama kecilnya,
yang datang merantau dari Medan. Keadaan ekonomi yang dulunya lebih baik saat masih
di tanah kelahiran, berubah miris ketika sampai di Jakarta. Orang tua dan
keempat saudara Sugi terus berjuang di tengah ancaman kelaparan.
Novel ini menceritakan dengan manis, perjalanan hidup
Sugiharto, mantan Menteri BUMN Republik Indonesia periode 2004-2007. Tokoh
besar yang kini menjadi Komisaris Utama PT Pertamina ini, mengisahkan
perjuangannya dalam menempuh pendidikan meski dengan kondisi serba kekurangan.
Penulis mengajak kita untuk flashback lagi ke tahun 67 dimana suasana politik
Indonesia masih belum stabil akibat Gerakan G30 S/PKI lalu.
Hidup di bawah garis
kemiskinan, sempat membuat Ugi hampir
menyerah dan ingin putus sekolah. Tunggakan biaya SPP yang sudah berbulan-bulan
tidak dibayar, membuat Ugi kecil malu dan enggan bertemu gurunya. Penghasilan ayahnya
yang hanya bekerja sebagai penjual bubur kacang hijau, sangat pas-pasan untuk menyekolahkan
anak-anaknya. Ugi sempat berpikir untuk putus sekolah dan bekerja apa saja asal
bisa membantu dapur rumahnya tetap mengepul.
Dari novel ini, kita bisa belajar tentang semangat orang
tua yang begitu bermimpi besar agar buah hatinya bisa mendapatkan pendidikan
terbaik. Meski Ugi harus melaluinya dengan penuh kepahitan, agar bisa terus bersekolah
ia tinggal di rumah sahabat ayahnya dan bekerja membantu keluarga yang mau menampungnya
itu, Ugi justru menemukan spirit baru untuk mengejar cita-citanya menjadi menteri.
Selain menjadi pembantu, ia bekerja keras sebagai pedagang asongan yang mulai
menajamkan skill berbisnisnya. Yang uniknya, Ugi tetap menempatkan diri belajar
di tengah pekerjaan-pekerjaan beratnya.
Buku ini sangat layak dibaca oleh anak-anak muda masa kini.
Di mana sebagian besar anak muda sibuk dengan gadget canggihnya dan juga
berlomba eksis di jejaring sosial, semangat positif untuk berkarya dan
berprestasi semakin menurun, dan sosok Ugi bisa menjadi referensi bagus
bagaimana seharusnya anak-anak muda itu berlaku. Fasilitas minim dan juga hidup
serba kekurangan malah mendorong Ugi untuk terus berlari, berbeda dengan teman-temannya
yang dimanjakan dengan fasilitas serba cukup hingga tidak terlalu mementingkan
belajar.
Tidak ada komentar
Posting Komentar