Judul
: Sakinah Bersamamu, Belajar Bijak Berumah Tangga melalui Cerita
Penulis
: Asma Nadia
Jumlah
Halaman : 333 halaman
Tahun
Terbit : Cetakan kelima belas, Juni 2013
Penerbit
: Asma Nadia Publishing House
Berumah tangga adalah sebuah
kehidupan yang menuntut banyak kesiapan, baik secara rohani dan materi.
Seringkali sebagai wanita yang telah berusia matang dan dihadapkan dalam sebuah
rencana pernikahan, muncul beragam pertanyaan di kepala,”Apakah saya siap
menjadi ibu? Apakah saya siap membagi waktu antara karir saya dengan keluarga?”
dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.
Untuk menjawab
kegelisahan-kegelisahan tersebut, Asma Nadia, penulis yang namanya melejit
dengan cerpen Emak Ingin Naik Haji, ini menuliskan beragam kisah mengenai
dinamika kehidupan pernikahan dalam buku Sakinah Bersamamu. Menilik kover buku
yang dituliskan sebagai sebuah kado pernikahan, menarik perhatian saya. Setelah
menyelami satu per satu cerpennya, saya dapat menyimpulkan jika buku ini layak
dibaca oleh kaum wanita baik yang sudah menikah atau masih melajang.
Dalam buku ini, pembaca akan diajak
untuk lebih peka terhadap berbagai masalah yang bisa saja terjadi dalam
kehidupan rumah tangga. Salah satu contohnya adalah bagaimana menyatukan dua
karakter berbeda dalam satu ikatan pernikahan. Cerpen yang berjudul “Rahasia
Mas Danu” (halaman 1) dan “Ngambek!” (halaman 39), memberikan gambaran yang
cukup menyentil tentang masalah perbedaan watak pasangan suami istri. Lewat
cerpen “Rahasia Mas Danu”, pembaca diajak menyelami perasaan seorang wanita
bernama Eni yang ingin mendengar ucapan cinta dari suaminya. Karakter suami Eni
yang tertutup dan pemalu sangat kontras dengan sikap ekpresif tokoh Eni. Pasti
di antara semua perempuan sesekali ingin mendengar ungkapa penuh cinta dari
pasangannya. Begitupula dalam cerpen “Ngambek!”, tokoh istri sibuk mendemo
suaminya dengan beragam aksi ngambek yang lucu. Masalahnya si suami adalah
orang yang tidak peka dan justru ini menyulut emosi sang istri.
Cemburu, rasa curiga dan rasa
minder terhadap kecantikan perempuan lain adalah hal yang sering terjadi pada
diri kita. Melihat pasangan yang dikelilingi rekan kerja cantik atau sekedar
tidak mengangkat telepon di saat bekerja saja dapat menerbangkan pikiran pada
beberapa persepsi yang menggelisahkan. Simak saja cerpen yang berjudul “Satu
Kecupan” (halaman 139). Tokoh Sri yang berasal dari desa dan sederhana
beruntung telah dipersunting seorang pria tampan berpendidikan tinggi. Mulanya hal
tersebut menjadi kebanggaan bagi Sri, namun semakin lama, ia semakin terjebak
dalam pusaran rasa rendah diri sebab merasa cemburu dengan rekan-rekan kerja
suaminya.
Buku ini tak hanya menyajkan
rangkaian cerita bermuatan positif, di tiap akhir cerita, Asma Nadia akan
menyelipkan artikel yang membahas beragam masalah rumah tangga beserta
solusinya. Seperti dalam cerpen “Dia dalam Mimpi-mimpi Rani” (halaman 57), “Dua
Puluh Tahun Cinta” (halaman 265), dan “Sakinah Bersamamu” (halaman 312),
diceritakan mengenai godaan terbesar dalam sebuah perkawinan yakni
perselingkuhan. Kenangan tentang masa lalu dapat mengusik kehidupan masa kini,
sendi-sendi kesetiaan dapat terganggu akibat kenangan manis bersama mantan
kekasih di masa silam. Hubungan yang terlalu dekat antara lawan jenis juga
dapat menimbulkan bibit cinta terlarang, tokoh Ajeng dalam cerpen “Dua Puluh
tahun Cinta” dilanda kegalauan ketika Pras menyatakan cinta dan ingin
menantinya dua puluh tahun kemudian. Dalam rumah tangga, stok kesabaran harus
selalu kita tanamkan. Bagaimana keras usaha tokoh aku dalam mengembalikan luka
hatinya setelah suaminya sempat berpaling pada wanita lain. Namun di sini cinta
dan ketulusanlah yang perlahan mengobati semua kesalahan. Upaya Bang Zaki dalam
cerpen “Sakinah Bersamamu” patut dicontoh suami-suami lain di kehidupan nyata,
yang sedang ingin memperbaiki hubungan dengan istri akibat perselingkuhan.
Isu mengenai apakah seorang
perempuan yang telah menyandang status istri sekaligus seorang ibu harus
melepas karir demi keluarganya, selalu diperdebatkan akhir-akhir ini. Asma Nadia
menyajikan pilihan yang bijak tanpa memihak pada cerpen “Arti Bunda” (halaman
171). Dalam cerpen, dikisahkan jika akhirnya Bunda harus menentukan pilihan
yang membuatnya nyaman. Asma Nadia menjelaskan melalui artikel berikutnya,
apapun pilihan bunda yang terpenting tetap utamakan keluarga. Baik bekerja di
luar atau menjadi ibu rumah tangga, tak ada pilihan yang buruk, semua memiliki
konsekuensi serta tanggung jawabnya masing-masing.
Anak adalah cahaya terang bagi
sebuah keluarga. Dalam buku ini juga terselip kisah bagaimana kita menghadapi
anak berkebutuhan khusus dan cara mendidik serta mengasuh anak yang baik,
seperti dalam cerpen “Sejuta Kasih” (halaman 104) dan cerpen “Ibu Pergi Sebulan”
(halaman 123). Semua cerita dan artikel menggunakan bahasa yang mengalir,
bahkan tak jarang saya hampir meneteskan air mata. rasanya tak berlebihan jika buku ini dibeli
sebagai kado pernikahan, para lajang pun wajib membacanya agar mental serta
tingkah laku terbentuk baik sebelum menemukan pasangannya kelak.
Manusia tidak akan pernah menjadi sempurna.
Dua hati yang disatukan dalam pernikahan tak hanya butuh cinta, sikap penuh
empati, kesetiaan, mendidik anak dengan penuh kasih sayang adalah jalan agar
pernikahan senantiasa berjalan baik. Masalah yang datang selalu upayakan
penyelesaiannya dengan terus berdoa pada Allah SWT.
Tidak ada komentar
Posting Komentar