Stop
bullying yourself. Jika kita mendengar kata bullying, tercetus di pikiran kita
mengenai tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang pada orang lain
yang tidak disukai. Di ranah pendidikan sebut saja tindakan pengucilan,
kekerasan fisik, atau penghinaan pada siswa yang menjadi korban adalah kasus
bullying yang cukup sering terjadi. Akibatnya, korban bullying itu menjadi
pribadi yang tertutup dan merasa terkucil, bahkan ada kasus seorang siswa bunuh
diri karena tidak kuat menahan siksa bullying kawan sekelasnya. Untuk kasus
tersebut, perlu kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah. Perhatikan perubahan
sekecil apapun pada anak-anak.
namun
sekarang saya akan membahas topik bullying yang lain yaitu bullyig pada diri
atau bahasa mudahnya menganiaya diri sendiri. Betapa sering kita membaca
keluhan dan ratapan di media jejaring sosial tentang patah hati atau penyebab
keputusasaan yang lain. Anehnya, seolah semakin banyak saja individu yang
memposting kegalauan mereka tanpa ada usaha nyata untuk bangkit.
Mengapa saya
menyebut bahwa mengeluh dan meratap berlebihan itu sama dengan menganiaya diri
sendiri, karena dari feedback yang timbul, kita akan menarik hal-hal negatif
pada diri. Selalu mengeluh membuat kinerja otak kita merekamnya hingga ke alam
bawah sadar. Tidak ada semangat untuk mengubah pandangan bahkan untuk makan
saja tidak bernafsu hanya karena mengeluh serta galau.
Saya
pernah mengalami masa terpuruk karena hanya meneluh dan mengasihani diri
sendiri. Dari masa SD saya selalu berusaha menjadi bintang kelas dengan belajar
keras, namun hal tersebut tidak menghindarkan saya dari tindakan pengucilan. Ya,
saya dikucilkan hingga membuat saya bersedih dan tidak percaya diri. Di masa
remaja saya juga pernah merasakan sakitnya patah hati hingga tubuh menjadi
terlampau kurus karena nafsu makan berkurang drastis.
Dari pengalaman
itulah saya belajar, untungnya lagi hobi saya membaca beragam buku terutama
buku motivasi dan kisah sukses orang lain, membuat saya sadar jika waktu
berharga saya sudah terkuras untuk meratapi hal-hal tidak penting. Saya kurang
mensyukuri apa yang telah saya miliki. Perubahan negatif pada diri adalah hasil
bullying pada diri sendiri.
Karena pengalaman
menyedihkan di masa kecil, saya menjadi bersahabat dengan penderitaan. Saya berusaha
menjadi selangkah lebih kuat dan menggapai satu demi satu mimpi kecil saya. Hasilnya
saya menjadi lebih bahagia dengan diri saya sekarang. But, once again I do
bully myself even I’m stronger. Saya merasa kuat dan tidak mudah meminta
bantuan pada orang lain, walaupun saya kewalahan mengatasi sebuah masalah. Efek
negatifnya, saya bertambah apatis dan tidak mudah percaya pada orang lain.
Jadi sebaiknya
kita belajar untuk menyeimbangkan segala rasa dalam diri. Belajar berempati
pada orang lain harus seimbang dengan empati pada diri sendiri. Jangan takut
jatuh, karena Tuhan mengirimkan keluarga, sahabat, kekasih hingga orang tak
terduga yang akan mendukung- selama kita mau membuka mata, telinga dan tentunya
hati. Berdamai dengan masa lalu dan memperbaiki cara bersikap, akan membuat
kita menjadi lebih dewasa. Bahagia itu dimulai dari sebuah titik kecil tak
terlihat, pejamkan mata dan katakan “I love myself, respect others and choosing
to be happy!”
Tidak ada komentar
Posting Komentar