STOP, Bullying Diri Sendiri!

Stop bullying yourself. Jika kita mendengar kata bullying, tercetus di pikiran kita mengenai tindakan tidak menyenangkan yang dilakukan seseorang pada orang lain yang tidak disukai. Di ranah pendidikan sebut saja tindakan pengucilan, kekerasan fisik, atau penghinaan pada siswa yang menjadi korban adalah kasus bullying yang cukup sering terjadi. Akibatnya, korban bullying itu menjadi pribadi yang tertutup dan merasa terkucil, bahkan ada kasus seorang siswa bunuh diri karena tidak kuat menahan siksa bullying kawan sekelasnya. Untuk kasus tersebut, perlu kerjasama yang baik antara orang tua dan sekolah. Perhatikan perubahan sekecil apapun pada anak-anak.

namun sekarang saya akan membahas topik bullying yang lain yaitu bullyig pada diri atau bahasa mudahnya menganiaya diri sendiri. Betapa sering kita membaca keluhan dan ratapan di media jejaring sosial tentang patah hati atau penyebab keputusasaan yang lain. Anehnya, seolah semakin banyak saja individu yang memposting kegalauan mereka tanpa ada usaha nyata untuk bangkit.

Mengapa saya menyebut bahwa mengeluh dan meratap berlebihan itu sama dengan menganiaya diri sendiri, karena dari feedback yang timbul, kita akan menarik hal-hal negatif pada diri. Selalu mengeluh membuat kinerja otak kita merekamnya hingga ke alam bawah sadar. Tidak ada semangat untuk mengubah pandangan bahkan untuk makan saja tidak bernafsu hanya karena mengeluh serta galau.

Saya pernah mengalami masa terpuruk karena hanya meneluh dan mengasihani diri sendiri. Dari masa SD saya selalu berusaha menjadi bintang kelas dengan belajar keras, namun hal tersebut tidak menghindarkan saya dari tindakan pengucilan. Ya, saya dikucilkan hingga membuat saya bersedih dan tidak percaya diri. Di masa remaja saya juga pernah merasakan sakitnya patah hati hingga tubuh menjadi terlampau kurus karena nafsu makan berkurang drastis.

Dari pengalaman itulah saya belajar, untungnya lagi hobi saya membaca beragam buku terutama buku motivasi dan kisah sukses orang lain, membuat saya sadar jika waktu berharga saya sudah terkuras untuk meratapi hal-hal tidak penting. Saya kurang mensyukuri apa yang telah saya miliki. Perubahan negatif pada diri adalah hasil bullying pada diri sendiri.

Karena pengalaman menyedihkan di masa kecil, saya menjadi bersahabat dengan penderitaan. Saya berusaha menjadi selangkah lebih kuat dan menggapai satu demi satu mimpi kecil saya. Hasilnya saya menjadi lebih bahagia dengan diri saya sekarang. But, once again I do bully myself even I’m stronger. Saya merasa kuat dan tidak mudah meminta bantuan pada orang lain, walaupun saya kewalahan mengatasi sebuah masalah. Efek negatifnya, saya bertambah apatis dan tidak mudah percaya pada orang lain.


Jadi sebaiknya kita belajar untuk menyeimbangkan segala rasa dalam diri. Belajar berempati pada orang lain harus seimbang dengan empati pada diri sendiri. Jangan takut jatuh, karena Tuhan mengirimkan keluarga, sahabat, kekasih hingga orang tak terduga yang akan mendukung- selama kita mau membuka mata, telinga dan tentunya hati. Berdamai dengan masa lalu dan memperbaiki cara bersikap, akan membuat kita menjadi lebih dewasa. Bahagia itu dimulai dari sebuah titik kecil tak terlihat, pejamkan mata dan katakan “I love myself, respect others and choosing to be happy!”

Tidak ada komentar