Akrab dengan Bahasa Jepang, Makin Cinta Indonesia

Era globalisasi, hantaman drama-drama asing dan musiknya, serta semakin tingginya akses teknologi menciptakan generasi muda yang tergila-gila dengan budaya asing. Salah satu fenomena yang mencerminkan hantaman budaya asing tersebut adalah demam K-Pop. Anak-anak muda, terutama gadis-gadis belia, sangat menggandrungi artis Korea dan sangat menggemari drama Korea. Nama akun facebook diberi usur nama dalam bahasa Korea atau desisipi nama bintang Korea favoritnya. Tiba-tiba saja, banyak sekali yang menggunakan istilah dalam bahasa Korea. Invasi budaya Korea mulai bersaing dengan budaya Barat yang telah merajalela sebelumnya.

Saya juga  termasuk di dalamnya, bedanya saya tertarik dengan budaya dan bahasa Jepang.   Tak dipungkiri memang, setelah mengenal budaya dan kebiasaan bangsa Jepang, muncul rasa iri dalam hati. Mengapa saya dilahirkan di negara yang mengaku percaya pada Tuhan tetapi sering terjadi pertikaian antar agama seperti orang tak bertuhan? Kapan transportasi kotaku bisa serapi dan sefisien kota-kota di Jepang? Mengapa politikus negeriku tak memiliki budaya malu seperti pejabat pemerintah Jepang? Dan muncul banyak rasa  yang lainnya.

Namun setelah lulus kuliah dan bekerja sebagai penerjemah bahasa Jepang, saya menemukan sebuah kesadaran. Bangsa Indonesia memiliki banyak hal positif yang tak dimiliki bangsa Jepang. Bangsa Jepang terkenal sebagai negara yang prosentase bunuh dirinya sangat tinggi. Kegagalan dalam bisnis, memimpin atau masuk sekolah favorit saja bisa memicu seseorang untuk bunuh diri. Etos kerja keras mereka yang mungkin tak diimbangi pemahaman agama yang baik (karena sekolah Jepang tidak mengenal pelajaran agama), bisa menjadi pemicu goyahnya iman dan kurangnya kedamaian hati. Salah satu orang Jepang yang menjadi rekan kerja saya juga sangat menggemari musik dangdut. Di luar pekerjaan, ia selalu bertanya tentang musik dangdut dan kesenian Indonesia. Untungnya, saya terbiasa mendengar musik dangdut kesukaan Papa di rumah. Papa juga seseorang penggemar seni tradisional. Wawasan budaya yang saya miliki meskipun sedikit rupanya cukup memuaskan pertanyaan-pertanyaan rekan kerja saya.

Orang Jepang sangat menyukai makanan Indonesia. Orang Jepang yang saya kenal, juga selalu menanyakan istilah asing dalam bahasa Jawa dan bahasa Indonesia pada saya. Dari titik itu saya berpikir lagi. Bangsa asing yang saya anggap maju dalam segala hal, ternyata menganggap negeri ini begitu cantik, hangat dan unik. Terlepas dari ketimpangan yang terjadi di banyak hal, Indonesia tetap indah di mata orang Jepang. Saya bangga dengan budaya dan bahasa Indonesia. Tanpa sadar saya belajar memperkenalkan Indonesia lewat kemampuan bahasa Jepang yang saya miliki. Saya makin cinta Indonesia.

Seberapa bagusnya budaya asing, kebudayaan Indonesia memiliki keindahan yang tak kalah kaya. Orang Jepang saja kagum dnegan keberagaman bahasa daerah di Indonesia, tapi memiliki bahasa pemersatu yang bisa dijadikan komunikasi sehari-hari dengan suku dan bahasa daerah yang berbeda.  Passion saya dalam menulis juga meningkatkan kecintaan pada bahasa Indonesia. Tulisan yang saya terbitkan dalam buku atau saya posting di blog, membuat saya menemukan banyak kawan baru dan menggali ilmu tak ada habisnya. Ketertarikan dengan bahasa, baik bahasa Jepang dan Indonesia, membuat saya menemukan dunia penuh warna. Saya tinggal di negeri yang menjadi destinasi wisata favorit bangsa lain. Orang asing saja tertarik untuk mengenal bahasa daerah dan bahasa nasional saya, jadi saya harus belajar lebih banyak lagi agar tidak malu jika diminta menjelaskan lagi. Masa orang Indonesia tidak tahu budaya sendiri? Saya suka bahasa Jepang, tetapi saya lebih bangga lagi dengan bahasa Indonesia.

"Artikel ini diikutsertakan pada Kontes Unggulan: Aku dan Indonesia''

1 komentar

Pakde Cholik mengatakan...

Terima kasih atas partisipasi sahabat dalam Kontes Unggulan :Aku Dan Indonesia di BlogCamp
Dicatat sebagai peserta
Salam hangat dari Surabaya