Kamu Itu Terbuat dari Apa?

Kamu itu terbuat dari apa? Tiap kali cuaca sedikit mendung dan aku duduk sendirian termenung, maka ingatanku akan melayang menuju senyummu yang malu-malu. Apakah kau terbuat dari cahaya, sampai mataku silau ketika melihat kepakan tawamu? Rasanya, minum air putih pun akan terasa manis ketika kau duduk di hadapanku atau di sampingku. Kamu terbuat dari apa? Kamu manusia bukan?

Aku tidak tahu sejak kapan perasaan ini membumbung tinggi ketika menangkap suara langkah kakimu. Kamu terkadang menunjukkan kepedulian, tetapi sering juga mengacuhkanku seolah semua tanda adalah semu yang maya. Aku jatuh dalam kesadaran, jika aku mulai mengharapkan senyummu hanya boleh kumiliki, tawamu tidak boleh untuk yang lain. Tiba-tiba saja aku menjadi begitu egois. Mengerikan.

Kamu itu tercipta dari apa? Kenapa aku mendadak menjadi begitu melankolis saat menatap matahari terbenam di kala senja? Kenapa mendadak aku jadi sangat menyukai alunan lagu romantis yang ujung-ujungnya membuatku menitikkan air mata? Kenapa? Apakah kamu setampan itukah? Tidak, aku rasa tidak. Nyatanya, ketidaksempurnaanmu yang membuatmu berbeda. Faktanya, hal-hal kecil yang kamu ceritakan padaku, semuanya terdengar indah. Gila, kamu itu manusia bukan?

Aku tahu ada batasan yang membuatmu tak mampu melangkah lebih jauh. Kamu pasti tahu betapa kacaunya otakku, itu terbukti dari merah padamnya wajahku tiap kau kirimi senyum malu-malu. Lantas jika begini, siapa yang berhak untuk disalahkan? Kamu? Tentu saja itu bodoh. Menyalahkan Tuhan? Itu lebih tolol lagi. Karena senyawa feromon itu tak terdeteksi di udara, karena hormon merah muda itu menyerap dalam kapiler darah, maka kita tak bisa menyalahkan diri sendiri ataupun Tuhan.

Biarkan aku mendoakanmu diam-diam. Kuindahkan diriku hingga siap terbang. Jika kamu untukku maka ini memang jalinan yang dianjurkan, namun jika tidak, akan kutemukan seseorang yang sama indahnya denganmu. Aku akan menjadi indah, ingatlah itu.


source : www.chatolicvote.org

Tidak ada komentar