Kita dan Kesendirian

Seandainya sendiri itu dianggap sama dengan menyembah berhala, haram hukumnya, maka aku pasti akan nekat meraih jemari tanganmu dan menggenggamnya rapat-rapat agar tidak lagi dikecam sepi. Hanya saja, Tuhan saja tidak pernah protes dengan sifatnya yang esa, matahari saja tidak pernah demo meski tidak bisa berdampingan dengan bulan, lantas kenapa aku harus mengutuki kesendirian?

Kalau dilihat-lihat, walau aku, kamu dan mereka dengan mudahnya tertawa dan menangis bersama orang-orang yang peduli, pada akhirnya kepuasan paling mutlak adalah ketika kita bersedih sepuasnya sendirian. Toh, kita tercipta dari satu sel sperma, yang tentunya berjuang sendirian. Ayah, ibu, sahabat, kekasih atau musuh itu diciptakan untuk memperjuangkan hidupnya sendiri. Mereka hanya dikumpulkan Tuhan agar kita seolah tidak merasa sendirian. Karena pada akhirnya aku tidak bisa bergantung pada ayah ibuku, apalagi pada kamu? Tuhan sering cemburu pada manusia bodoh seperti kita yang hatinya lebih suka manja pada sesamanya lalu lupa pada Sang Pencipta. Secemburu-cemburunya Tuhan, toh kita tetap disayang bukan? Makanya setelah aku berkali-kali patah, jantungku masih bisa lari maraton saat berada di dekatmu. Meski debaran itu pun kini telah menjadi  masa lalu. Sakit seseru-serunya, baru kemudian curhat dengan Tuhan.

Sendiri itu mengerikan sekaligus menenangkan. Sama seperti waktu aku rindu dengan suaramu, sekaligus juga nyeri sebab aku wajib melepaskanmu. Melepaskanmu itu bukan karena aku takut berjuang, bukan. Aku ingin kamu tak lagi kacau. Aku tak ingin kamu gamang. Persetan dengan kata-kata cinta yang tulus itu tak harus saling memiliki. Tiap manusia itu takut meninggalkan atau ditinggalkan, sebab kesendirian akan datang. Termasuk aku, sayang.

Biar kita tenang, itulah alasanku melepaskan. Mungkin kamu juga sudah paham. Kita tak perlu saling berteriak, aku sudah yakin kita  sama-sama akan saling mengerti, jika kesendirian adalah bentuk persiapan untuk mendinginkan hati.

Aku tak bisa terburu-buru menerima para calon pengganti. Aku tak ingin menyakiti. Jadi,untuk sementara kupeluk kesendirian seperti guling favoritku. Tidur tenang sampai terjaga lagi. Nah, akan ada saatnya kita bertemu dengan sosok lain yang sama-sama bahagianya meski sedang sendiri. Sendiri plus sendiri baru jadi tidak merasa sepi. Untuk sekarang, mari kita membuat kegaduhan saja. Gandeng tangan orang-orang yang ada di sekeliling kita, kemudian ajak mereka menari bersama.

Kejora, cukup aku senang bisa melihatmu semakin berpendar.

3 komentar

Unknown mengatakan...

terkadang, sendiri itu indah.. sendiri itu dapat melepas resah.. sendiri juga dapat memecahkan masalah.. hihi

umi mengatakan...

Suka bacanya

AI by Artifisial mengatakan...

Good story, Ref.