Kepada Waktu

Teruntuk waktu yang sudah menjadi kenangan.

Hai, Waktu. Bagaimana kabarmu? Mungkin aneh karena aku menulis surat untuk dirimu. Padahal selama ini banyak orang sedikit acuh padamu. Yang mereka pedulikan masih berkisar pada Cinta, Rindu, Luka dan Kebahagiaan. Sedikit tidak paham jika kamu yang paling penting dari gugusan-gugusan rasa itu.

Waktu, kamu yang menjadi sahabat terbaik tiap orang, termasuk diriku. Kita melalui banyak episode yang berubah dari masa kini menjadi masa lalu. Mengobati yang sempat terserak di belakang. Menumbuhkan kembali yang sempat gersang. Kamu adalah tabib paling jitu.

Hei, Waktu.

Seharusnya kamu layak mendapat penghargaan. Jika kamu tidak ada, pelajaran sejarah pasti akan membosankan. Tidak ada rentetan tanggal yang perlu diingat, tanpamu juga tidak akan ada masa berdebar menunggu masa depan yang belum bisa diraba wujudnya. Kamu adalah hal yang selalu ditunggu-tunggu.
Orang-orang mengingatmu lewat wajah bocah-bocah yang kini sudah beranjak dewasa. Aku mensyukurimu lewat perubahan-perubahan baru dalam hidup yang belum panjang ini. Perjalanan yang menceriterakan banyak kejadian.

Waktu.
Teruslah melaju dengan caramu.
Rahasia Tuhan ada pada jemari detikmu.

sumber: google

Tidak ada komentar