Detektif Tak Sempurna dengan Cerita Luar Biasa


Cerita detektif adalah cerita yang membuat rasa penasaran kita bangkit, pusing menebak siapa pelaku kejahatannya dan juga berusaha menerka bagaimana langkah si detektif dalam membongkar sebuah kasus. Menariknya lagi, cerita dan film detektif itu punya basis penggemar yang rata-rata loyal. Sebut saja  tokoh fiksi detektif seperti Sherlock Holmes karya Sir Arthur Conan Doyle dan juga kisah-kisah detektif karya Agatha Achristie, mempunyai fans setia sejak zaman baby boomers sampai generasi milenial masa kini.

Dari dunia anime, kita juga pasti tidak asing dengan Detective Conan. Tokoh anime Shinichi Kudo yang menyusut menjadi anak kecil itu selalu membuat Detective Mori tertidur dengan jarum biusnya, lalu mulai membongkar kasus. Uniknya, anime tersebut juga dibuat katanya karena terinspirasi dari Sherlock Holmes. Ini salah satu bukti jika ketenaran Sherlock Holmes telah menginspirasi para kreator untuk membuat cerita detektif versi baru.

Tokoh-tokoh detektif seperti Shinichi Kudo, Sherlock Holmes dan Hercule Poirot memang punya gaya sendiri dalam  memecahkan suatu kasus, namun mereka memiliki kesamaan dalam pengembangan karakter. Tokoh detektif memiliki daya ingat tajam, bisa menerka alur sebuah kasus hanya dari detil-detil terkecil, lalu menganalisa dengan canggih. Masalahnya, hal tersebut memang membuat cerita menjadi seru tetapi rasanya agak mustahil jika diaplikasikan di dunia nyata.

Dan Robert Gilbraith, nama lain dari JK Rowling, berani mendobrak monotonnya karakterisasi tokoh detektif lewat tokoh fiksi ciptaannya, Cormoran Strike. Debut novel seri detektifnya, Cuckoo’s Calling menjadi hits di pasaran. Meskipun ia dikenal sebagai penulis fantasi, teryata tangan dingin JK Rowling berhasil meramu cerita detektif menjadi lebih humanis.

Cormoran Strike digambarkan memiliki tubuh tinggi besar, memakai satu kaki palsu dan juga sensitif. Bagi yang menjadi penggemar Sherlock Holmes pasti tahu bagaimana karakter si detektif cerdas itu sangat jauh dari kisah cinta. Detektif seolah-olah ‘dihukum’ tidak memiliki kekasih hati. Cormoran Strike malah kebalikannya. Ia masih sulit move on dari mantan tunangan yang mencampakkannya demi lelaki lain dan juga harus bersusah payah untuk bekerjasama dengan beberapa pihak jika sedang melakukan penyelidikan. Menurut saya, usaha dari Cormoran Strike terlihat lebih manusiawi dan membuat rasa penasaran lebih besar. Detektif berkaki palsu sebelah itu juga memiliki ciri khas detektif andal, seperti daya ingat tajam dan pandai menganalisa sebuah rangkaian peristiwa kunci.
cuckoos calling cover
sumber gambar: Google


Asisten detektif nyentrik ini malah seorang perempuan bernama Robin. Robert Gilbraith a.k.a Rowling menitipkan pesan kesetaraan gender lewat tokoh Robin. Meski awalnya hanya menjabat sebagai sekretaris Cormoran Strike, dengan upaya dan juga keingintahuan tinggi, Robin pun dipercaya untuk ikut menyelidiki kasus kejahatan. Konflik lainnya pun muncul ketika tunangan Robin cemburu pada sang detektif.

Ketidaksempurnaan sifat dan perilaku Cormoran Strike memang kadang menyebalkan, tetapi inilah yang membuat saya jatuh hati. Detektif secerdas apapun juga manusia biasa yang punya perasan dan ego. Detektif tak sempurna itu menggulirkan nafas baru di dunia spionase. Yang sempurna kadang muncul dari perbedaan serta keunikan.

Tidak ada komentar