Penulis
adalah profesi keren. Akhir-akhir ini banyak orang termasuk generasi muda yang
melirik profesi penulis. Workshop kepenulisan banyak menjaring peminat dan buku
teknik menulis juga diburu. Semuanya demi meningkatkan kemampuan tulis-menulis.
Sosok terkenal seperti Dee Lestari, Tere
Liye, Asma Nadia dan nama-nama lain
memiliki basis penggemar yang cukup besar. Menulis kini tak lagi dianggap
sebagai kegiatan cupu tanpa manfaat.
Namun
setelah menekuni kegiatan kepenulisan,
tidak semua berhasil seperti yang dibayangkan. Menerbitkan satu buku di
penerbit mayor (yang bukunya dijual di toko buku seperti Gramedia), membutuhkan
antrean yang sangat panjang. Tak jarang
naskah penulis akan ditolak begitu saja.
Mengirimkan tulisan ke media massa pun butuh kesabaran dan mental karena
persaingannya sangat ketat.
Menyikapi
hal tersebut, maka muncullah penerbit indie. Penerbit indie akan menerbitkan
karya apa pun dari penulis, tetapi penulis
hanya butuh membayar sesuai paket penerbitan yang diminati. Namun ini semuanya berbeda dengan Loka Media. Loka Media adalah penerbit indie yang
menggunakan sistem seleksi dalam menjaring naskah. Unik bukan? Dalam kesempatan kali ini, kita akan banyak mengungkap soal
perjalanan Loka Media yang mencapai banyak prestasi sejak didirikan tahun 2016
lalu langsung dari founder-nya Devi Cahyani Eka Putri atau biasa dipanggil Devi.
Latar
Belakang Berdirinya Loka Media
“Mulanya, mungkin karena kesal pada salah satu
penerbit indie yang sudah mengecewakan saya. Juga semakin kesal ketika ada yang
komentar naskah yang diterbitkan di indie tidak berkualitas. Akhirnya, dengan
amarah yang sudah semakin besar, saya nekat membuka penerbitan.” Tulis Devi
melalui Wattpad Loka Media.
Latar belakang keluarga Devi yang memang
menjadi entrepeneur, turut
mendorongnya untuk membuka bisnis sendiri. Sempat bimbang dengan pilihan usaha
yang ingin dijalankan, dan setelah berdiskusi dengan beberapa rekan yang juga
berkecimpung di dunia penerbitan indie, Devi mulai mendirikan
penerbitannya sendiri. Jadinya Loka Media berdiri pada 17 Februari 2016.
Suka
Duka Menjalankan Loka Media
Devi sempat kelimpungan dalam mencari tim yang
akan diajak bekerja sama membesarkan Loka Media. Dalam sebuah penerbitan tentu
saja dibutuhkan editor, layouter, desainer kover yang pasti tidak bisa
dikerjakan jika hanya mengandalkan satu orang. Tak lama kemudian, ia menemukan
beberapa partner yang sejalan dengan visinya untuk menjadi satu tim.
Masalah pertama adalah dari branding. Waktu itu Loka Media memberikan
paket penerbitan yang murah, namun ada saja cibiran yang menilai jika kualitas
penerbitan Loka Media pastilah buruk. Meski ada cibiran seperti itu, Devi
bersama tim tetap percaya dengan penerbitan indie yang baru ia bangun. Bahkan
penulis pertamanya yang menerbitkan buku di Loka Media ternyata tertarik untuk
menerbitkan karena logo Loka Media yang dianggap keren. Untuk desain kover bisa
dibilang Loka Media punya kekuatan yang unik dan pastinya sangat memanjakan
mata.
Devi saat diundang di Berita Satu |
Masalah berikutnya adalah pada penerbitan ISBN
sebagai pendaftaran buku terbit di Perpusnas. Karena waktu awal berdiri Loka
Media masih tergabung di penerbit indie lain, waktunya cukup lama sampai ISBN
bisa keluar. Devi juga mulanya merasa pusing dengan naskah masuk yang luar
biasa kacau. Tetapi dengan semangat untuk membantu penulis yang tertolak atau
kesulitan menerbitkan buku di penerbit mayor agar bisa memiliki buku, tim Loka
Media berusaha membantu agar penulis merevisi naskahnya sesuai petunjuk dan
menjadi enak dibaca. Cukup banyak suka duka yang dialami sampai akhirnya Loka
memutuskan untuk lepas dari penerbit indie yang menaunginya dan mengurus akta notaris
agar bisa berdiri sendiri.
Kover Loka Media yang Keren, ada buku saya juga Smart Kokila :D |
Popularitas Loka Media terus meningkat. Devi
pernah diundang di sebuah acara televisi Berita Satu untuk menceritakan seluk-beluk
bisnisnya. Buku-buku terbitan Loka Media selalu dibanjiri peminat dan bahkan
salah satu bukunya ada yang dipinang penerbit mayor. Ini membuktikan jika penerbit
indie pun punya kualitas yang tidak kacangan.
Beberapa buku terbitan Loka Media |
Seleksi
Naskah yang Masuk ke Loka Media
Kini Loka Media telah menghapus sistem berbayar
dari penerbitannya. Naskah yang masuk akan diseleksi dan jika layak maka akan
mendapat kontrak penerbitan. Inilah sebabnya Loka Media juga disebut sebagai
penerbit indie rasa mayor. Selain mengadakan seleksi berkala, Loka Media juga
berburu naskah dari Wattpad. Tak hanya itu, naskah dari blog jika memang layak
dan menjual untuk diterbitkan, maka bisa juga dijadikan sebuah buku. Loka Media
tidak menutup diri pada berbagai kategori.
Novel Loka Media yang juga berhasil go mayor |
Khususnya jika ingin menerbitkan naskah dari
blog, Devi menyatakan bahwa selain isinya bagus serta menjual, yang penting
adalah penulis mau berusaha menulis sebaik mungkin. Baik itu mulai dari
ejaannya yang tidak berantakan, kalimat yang padu dan mudah dipahami serta unsur
lainnya. Oleh sebab itu sebelum seorang blogger menerbitkan karyanya, akan
lebih baik ia melakukan self editing
dan membaca beberapa kali naskahnya. Mau satu genre seperti traveling atau gado-gado, asal naskahnya ditulis
dengan baik dan memikat maka kans diterbitkan di Loka Media cukup tinggi.
Loka Media memang bukan penerbit indie biasa. Semangat
dari founder dan timnya, membuat Loka Media terus berkembang dari tahun ke
tahun. Impian berikutnya adalah menjadikan Loka Media penerbit
mayor. Sebuah impian besar yang sedang dirintis oleh penggawa Loka
Media.
2 komentar
Good,, dlu sy jg nembak penerbit indie buat pertama, mdah2an ada kesempatan jg ke penerbitan ini
Semoga goalnya tercapai ya :)
Posting Komentar