4 Hal yang Sulit Dikontrol Saat Berpuasa

 Apa yang paling sulit dilakukan ketika Ramadan? Tentu saja mengontrol diri dari hal tidak baik yang biasa saya lakukan. Biasanya jika sudah bertemu dengan rekan-rekan sekantor, kami bisa mudah menggunjing atau bahasa jawa ndakiknya rasan-rasan. Karena budaya rasan-rasan ini sudah sangat mengakar kuat, apalagi kalau di dalam pertemuan antar teman akrab itu paling enak memang rasan-rasan, maka mengontrol mulut menjadi tugas terberat.

Saya tidak hendak memberikan ceramah tentang efek buruk dari bergunjing. Kita semua toh sudah tahu apa efek buruknya. Kita belum tentu lebih baik dari orang yang kita gunjingkan. Menahan diri ketika Ramadan adalah keharusan. Percuma kita menahan lapar dan haus namun gagal dalam menahan hawa nafsu. Setidaknya di bulan suci ini saya dan teman-teman yang kadang ingat dan kadang alpa, dapat mengerem sedikit bibir agar tidak mudah membicarakan orang lain. 

Bagi saya ada beberapa hal lain yang butuh usaha keras untuk dikontrol. Barangkali Anda juga merasakannya?

 Beli Makanan Berlebihan 



Siapa yang tidak suka makan enak? Meskipun saya takut obesitas, aktivitas makan adalah hal yang paling saya sukai selain membaca, menulis dan traveling. Mau pergi ke tempat manapun, saya akan mencari informasi tentang tempat makan yang enak. Kalau mau bertemu sahabat, saya pasti akan menyesuaikan dengan jam makan. Bukan hanya karena saya memiliki gastritis cukup akut, tetapi makan adalah kegiatan menambah energi yang tidak bisa saya tunda.

 Nah, saat Ramadan tiba, hasrat untuk membeli makanan berbeda-beda juga lebih mudah terpicu. Di beberapa hari pertama puasa, saya baru sadar jika minum beberapa teguk dan makan berat tidak sampai penuh piringnya juga bisa membuat perut kenyang. Justru perut saya mual ketika dijejali makanan terlalu banyak dalam waktu singkat. Akibatnya, sisa makanan pun dibuang. Sungguh sebuah pemborosan uang dan juga makanan pastinya.

 Tahun ini saya belajar untuk mengontrol diri dari belanja camilan, makanan atau kudapan berlebihan. Lagipula yang tahu kondisi tubuh kita bukanlah orang lain. Makan terlalu banyak lalu kurang olahraga pasti menjadi hal yang tidak baik. Makan ketika lapar dan berhenti sebelum kenyang sesuai anjuran Rasulullah memang jauh lebih menyehatkan.

 Pamer Ibadah


 Kadang-kadang berseliweran di akun-akun pribadi yang update kini sudah sampai juz berapa membaca Alqurannya, salat di tempat strategis lalu difoto, atau koar-koar di media sosial terkait pembelajaran agama. Saya tidak pernah memposting berbau ibadah, selain itu tak ada yang bisa saya pamerkan. Ibadah seharusnya menjadi ranah privat yang tak perlu diumbar di media sosial.

 Jika doyan pamer apa saja ibadah kita, apakah ini tidak berbeda dengan kita pamer kemesraan dengan kekasih tanpa tahu tempat? Niat pamer yang muncul sedikit saja, sebenarnya telah mengurangi esensi beribadah itu sendiri. Sama juga dengan pamer ketika sedang bersedekah. 

 Merasa Diri Lebih Baik




 Percaya diri itu baik, tetapi kalau sampai memicu tinggi hati maka artinya sudah berbeda. Di kala Ramadan, biasanya orang-orang akan berusaha menjadi lebih banyak beribadah dan religius. Kadang teman-teman atau kenalan yang kita lihat di kehidupan sehari-hari tidak terlalu religius, bisa jadi makin rajin ibadah sunnahnya di bulan ini. 

Pernah tidak terselip kalimat begini di dalam hati,”Alah, paling habis Ramadan pasti balik bandel lagi.” Lalu semua kebaikan yang terlihat kita cibiri diam-diam. Kita beranggapan bahwa diri ini lebih baik segala-galanya dari orang lain. Hati-hati ya! Tiap orang bisa berubah lebih baik dan momen Ramadan dapat membuka keran-keran macet yang membuat seseorang jauh dari Allah SWT.

 Lebih baik fokus pada ibadah yang kita lakukan, doakan yang terbaik jika melihat rekan kita berubah baik, jauhkan perasaan merasa lebih tinggi dari orang lain. 

 Amarah




 Saat perut lapar dan haus, biasanya seseorang akan mudah terpancing emosinya. Saya akui, menahan tensi emosi ini cukup sulit ketika sedang berpuasa tidak hanya di saat Ramadan. Melihat rekanan kantor melakukan kesalahan hingga mengganggu kinerja, bisa membuat mulut gatal ingin mengomel misalnya. Bukan berarti kita dilarang marah. 

Marah itu manusiawi, hanya caranya yang tidak boleh membabibuta sampai menyakiti orang lain atau membanting barang misalnya. Bisa saja kita benar, tetapi cara marah yang buruk malah membuat nilai diri kita jatuh.


 Itulah beberapa hal yang selayaknya kita kontrol di bulan suci ini. Semoga saja latihan ini bisa berlangsung terus meskipun Ramadan usai.   

1 komentar

timduniamasak mengatakan...

kalo aku sulit mengontrol jajan :'D