Review Diary Introvert, Bercengkerama Akrab dengan Penulisnya



Review Diary Introvert


Judul                     : Diary Introvert, catatan dari balik dunia yang hening
Penulis                  : Hardy Zhu
Tebal                     : 157 halaman
Tahun Terbit        : Cetakan Pertama, 2019
Penerbit                : Trans Media

Saya adalah seorang ekstrovert. Uniknya, beberapa sahabat karib termasuk introvert. Betapa susah menyelaraskan cara berkomunikasi kami yang bertolak belakang. Seorang ekstrovert mengisi energi emosionalnya dengan berinteraksi lewat kegiatan fisik atau interaksi dengan orang lain, sedangkan introvert lebih banyak memilih berdiam diri di ruang ternyamannya. Lalu ketika membaca buku Diary Introvert ini saya makin senang karena akhirnya bisa memahami lebih dalam karakter sahabat-sahabat saya.


Review Diary Introvert

Buku ditulis dalam sudut pandang orang pertama yang saya asumsikan jika Hardy Zhu sebagai penulis memang menceritakan pengalaman pribadinya dengan karakter introvert. Butuh perenungan panjang dan juga ketelatenan untuk merinci kembali kenangan yang mungkin sudah lewat beberapa tahun. Sekali lagi inilah keistimewaan sosok introvert. Mereka lebih banyak diam namun serius mendengar serta mengamati, sehingga menjadi orang yang paling paham.

Diary Introvert dibagi dalam 8 bab yang rata-rata menceritakan hambatan apa saja yang sering dialami serta stereotip seperti apa yang disematkan pada seorang introvert.  Bab pertama dibuka dari cerita penulis saat sedang mengunjungi kebun binatang dengan rekan sekampusnya. Ia tidak bisa menikmati hiruk-pikuk dan kawan-kawannya yang bisa sangat ceria berfoto bersama atau bersenda gurau. Akhirnya penulis mencari tempat menyendiri sembari mendengarkan musik.

Review Diary Introvert

 
Introvert bukanlah keanehan. Memang seorang ekstrovert lebih mudah mengutarakan pendapat atau membuka topik obrolan, tetapi introvert pun juga bisa melakukan hal serupa meski butuh usaha lebih. Buku ini tak hanya menyajikan fakta apa saja yang sering dialami seorang introvert, namun juga solusi yang bisa diambil agar bisa berdaya dan berkarya lebih.

Sifat-sifat yang sering dialami seorang introvert itu contohnya dicap sombong oleh tetangga karena jarang bergaul dan sering berdiam diri di rumah, gugup ketika harus bicara di depan orang banyak, serta merasa sesak ketika terlalu lama berada di tempat yang ramai. Penulis menuturkan betapa beruntungnya memiliki seorang sahabat yang mau mengajaknya sesekali mendobrak batasan diri.

“June menunjukkan satu sisi yang berbeda dari kebanyakan orang. Ia berhasil membuatku ingin percaya bahwa aku memiliki sesuatu yang tidak dimiliki orang lain.” (Halaman 49)

Menurut teori kepribadian yang dikemukakan oleh Carl Jung, introvert termasuk jenis kepribadian yang cenderung lebih nyaman untuk menyendiri lalu melakukan aktivitas kreatif semacam menulis dan membaca buku. Sejalan dengan yang dilakukan oleh penulis. Ia lebih suka beraktvitas di balik layar. Menyumbang ide untuk kegiatan di desa akhirnya membuatnya dekat dengan Pak RT. Selain kemampuan menulisnya, penulis juga memiliki kemampuan sebagai penyumbang ide dan penyusun rencana kegiatan. Produktif sekali, bukan?

Keunggulan dari buku ini adalah adanya lembar jurnal untuk diisi pembaca. Selain membaca, kita juga seolah sedang curhat langsung dengan penulis. Apa saja hambatan yang dirasa hingga upaya yang ingin dicapai bisa dicatat di dalam buku ini sembari meresapi pengalaman penulis. Trik yang disampaikan pun tidak terkesan menggurui.


Review Diary Introvert
Enjoying Time Alone
   (Unsplash: @mvp)


Salah satu strategi penulis agar kemampuan komunikasinya semakin baik adalah mendaftarkan diri sebagai tentor atau pengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar (bimbel). Di awal mula, kegugupan menyergap sehingga sempat ia ditertawakan muridnya. Dengan menyiapkan materi sampai ingat dan paham di kepala dengan  sebaik mungkin, kini penulis bahkan bisa menjadi pembicara di acara bedah bukunya. Sisi introvertnya tetaplah ada, tetapi hambatan bisa diatasi dengan banyak berlatih.

“Kemampuan manusia memang tidak semuanya sama. Ada yang mampu melawan kelemahannya sendiri, ada pula yang berulang kali berusaha tapi tetap belum mampu mengalahkan kelemahannya. Tapi, menyerah bukanlah jawaban. Selalu berusaha, bila tidak mampu, bukan berarti selamanya tidak bisa melakukan. Hanya belum. Mungkin hanya perlu mencoba cara lain.” (Halaman 102)

Jadi bagi kalian yang memang sedang merasa malu dan terkucilkan karena sadar jika punya karakter introvert, maka bacalah buku ini. Pikiran kalian akan lebih terbuka dan siapa tahu ada hal kreatif yang bisa menjadi kebanggaan kalian nantinya. Don’t be shame to be the really you!