Hari terakhir Penuh Keceriaan (Last Day Trip KL Day 3)

Halaman depan Royal Museum


Akhirnya sampai juga di hari terakhir jalan-jalan di Kuala Lumpur. Di hari ketiga ini saya bersyukur karena bisa bangun pagi dengan segar setelah kaki rasanya capek dan mau lepas karena kebanyakan dipakai berjalan. Saya dan Lita berdiskusi dulu mau jalan-jalan ke mana paginya sebelum kita check out lalu ke bandara karena jam terbang kembali ke Surabaya adalah pukul 16.30.

Karena kami memang tidak memesan kamar dengan layanan breakfast, tentu saja setelah mandi pagi saya dan Lita jalan ke area belakang hotel untuk mencari sarapan. Di sinilah kami tahu jika hanya perlu lima menit jalan kaki untuk sampai Fahrenheit Mall. (Baca Juga: Trip KL Day 2 )

Setelah beberapa menit berjalan, kami sampai di sebuah warung yang baru buka. Warung itu menjual nasi goreng dan ada label halalnya. Ternyata nasi gorengnya belum buka, jadi kami putuskan untuk sarapan roti canai khas India. Yang menjual adalah orang India yang Bahasa Inggrisnya lumayan agak sulit dipahami karena masih tercampur aksen khasnya. Untung saya bisa berkomunikasi setelah beberapa kali menanyakan apa maksud si bapak penjual.

Kalau doyan belanja barang impor, di sini surganya


Meskipun di jam ponsel yang sudah disetting sesuai dengan waktu di Kuala Lumpur menunjukkan pukul 6, langit masih gelap karena selisihnya satu jam sama Waktu Indonesia Bagian Barat. Di jam segini sudah banyak orang-orang berjalan kaki menuju tempat kerjanya masing-masing. Selama di sini, fenomena orang-orang berjalan kaki ini membuat saya kagum. Di Sidoarjo dan Surabaya kebanyakan orang menggunakan sepeda motor dan mobil jika ingin berangkat kerja. Pagi-pagi wajar sekali jika terdengar suara klakson di mana-mana.

Angkutan umum di Kuala Lumpur termasuk cukup rapi. Pengguna sepeda motor tidak sebanyak di kota saya. Orang-orang berpakaian rapi turun dari bus kota lalu jalan agak jauh dari jalan raya bukan menjadi pemandangan aneh di Kuala Lumpur. Selesai sarapan saya berjalan lagi ke arah jalan utama Bukit Bintang dan mengambil beberapa foto dengan latar pagi hari. Setelah agak siang, kami pun memesan taksi Grab untuk menuju destinasi berikutnya yang baru diputuskan saat kami sarapan.


Jalan Alor Street Art


Harusnya sih saya tulis ini di hari kedua tetapi karena lupa jadi saya sisipkan di sini. Street Art di Jalan Alor ini adalah gang yang isinya bangunan dan dinding yang dicat warna-warni. Banyak mural unik yang menjadi tempat asyik untuk difoto. Tetapi areanya tidak terlalu luas jadi saya hanya memotret bangunan-bangunan bagusnya.


Saya juga menyempatkan diri untuk berfoto cantik. Aduh rasanya malas pulang walau di beberapa bagian itu ada yang bau kurang sedap karena lokasi gang di area belakang restoran, jadi tempat pembuangan sampah dan selokan pun berada di situ.

Hello from me!



Hotel gambar kucingnya lucu banget


Berkunjung Ke Royal Museum

Nah awalnya saya sempat ingin pergi ke pagoda begitu, tetapi melihat jaraknya yang lumayan sementara saya dan Lita masih mau membeli oleh-oleh, maka saya mencari lokasi lain yang menarik untuk dikunjungi di Kuala Lumpur. Saya menemukan tempat bagus yang sepertinya masih jarang dieksplor kawan-kawan lain yang pernah ke Kuala Lumpur, bahkan Lita saja yang setahun lalu datang kemari juga baru tahu adanya museum ini.



Royal Museum atau nama lainnya Muzium Diraja adalah istana lama Yang Dipertuan Agung, sultan utama di Malaysia. Terletak di Jalan Syed Putra dan memiliki luas 50,000 meter persegi. Sesampainya di sana masih pukul 8 pagi, jadi saya dan Lita menunggu di depan gerbang selama sejam sampai pukul 9 waktunya buka. Mata saya langsung terbelalak kagum karena bagian halaman depannya bisa dipakai main bola atau main golf. Gulung-gulung pakai dress buat rekaman video klip juga bagus (hahaha, oke imajinasi saya kadang terlalu liar).

Menurut Wikipedia, istana ini mulanya dibangun oleh seorang miliarder keturunan Cina bernama Chan Wing pada 1928. Lalu pada masa pendudukan Jepang di tahun 1942-1945, istana megah ini dijadikan tempat tinggal gubernur Jepang untuk Kuala Lumpur. Akhirnya pada tahun 1957, bangunan direnovasi lalu dijadikan tempat tinggal Yang Dipertuan Agung bersama keluarganya. Jadi baru di sini saya tahu jika Malaysia terbagi menjadi beberapa negara bagian yang dipimpin Sultan. Nantinya tiap 5 tahun sekali akan dipilih secara bergantian siapa yang selanjutnya menjadi Yang Dipertuan Agung untuk memimpin seluruh wilayah Malaysia.

Selain halaman yang cantik dan luas, saya suka dengan desain bangunannya yang mirip bangunan ala Turki dan sentuhan Eropa. Ada bagian-bagian atap berbentuk kubah dan taman bunga yang dirawat cantik. Pengunjung dewasa hanya perlu membayar 10 ringgit. Sandal dan sepatu dilarang dipakai di dalam istana yang kini menjadi museum ini. Dan kami dilarang mengambil foto di bagian dalam. Ada banyak CCTV terpasang di dalam bagian museum. Jadi saya hanya bisa mengambil foto di luar bangunan.

Untuk pertama kalinya saya memasuki bekas tempat tinggal seorang sultan. Bangunan yang terbagi dari ruang tamu, kamar kerabat, dapur, perpustakaan, kamar pribadi permaisuri dan Yang Dipertuan Agung, pun bisa dilihat. Suhu udara sejuk karena di dalam gedung terpasang AC di mana-mana. Banyak foto-foto lama dari Yang Dipertuan Agung yang pertama serta kunjungan diplomatik seperti foto Putri Diana digantung di dinding istana. Sentuhan warna emas dominan memberi kesan mewah. Desain interior juga sangat elegan. Beberapa bagian terkesan feminin dengan sentuhan warna merah muda dan ungu karena permaisuri yang mendesain.

Aslinya tangan gatal ingin diam-diam memotret buat kenang-kenangan tanpa diposting di medsos, tetapi daripada nanti kena masalah jadi saya urung melakukannya.


Oleh-Oleh di Petaling Street

Nah jalan-jalan terakhir kami ke Petaling Street. Di sini saya membeli gantungan kunci 12 buah untuk keluarga dan kawan kantor. Lalu saya diajak Lita mampir ke sebuah supermarket untuk membeli cokelat. Saya kalap belanja beberapa cokelat buatan Malaysia untuk diri sendiri dan keluarga. Di Petaling Street juga banyak dijual souvenir, tetapi saya hanya memilih gantungan kunci karena bahan kaosnya panas. Di Indonesia juga banyak kalau mau.

Berakhir sudah liburan tiga hari saya bersama Lita di Kuala Lumpur. Saya bahagia dan bersyukur sebab bisa juga ke luar negeri pada akhirnya, hehehe. Di sini saya sempat berbincang dengan salah satu TKW asal Probolinggo yang baru setahun bekerja. Katanya tiap malam dia main kucing-kucingan dengan polisi setempat agar tidak ditangkap. Izin kerja legalnya sudah habis dan masih ada kontrak 5 tahun lagi.

Perjalanan ke tempat baru selalu menambah wawasan dan membuat hati hangat ketika berinteraksi dengan masyarakat setempat. Semoga tahun depan saya bisa menjelajah ke tempat lain lagi. Eh, saya sudah pesan tiket berangkat sih di bulan April. Semoga rencana saya dan Lita bisa lancar tahun depan. Happy traveling!

Oya,  saya juga sudah membuat video sederhana perjalanan awal saya sampai selesai di Youtube. Jangan lupa klik like dan subscribe ya. Mohon maaf jika videonya amatiran banget :D Klik di sini untuk melihat videonya.


4 komentar

Robby Haryanto mengatakan...

Lihat mural gitu jadi inget Galeri Nasional di Jakarta. Selalu jadi objek bagus buat foto..

Nama mall-nya mantep juga. Fahrenheit. Tinggal nunggu yang Celcius, Reamur, Kelvin. :D

Tira Soekardi mengatakan...

wah bagus juga ya, asyik jalan2nya

Ayunda Novi mengatakan...

Ditunggu update an jalan jalannya ke negara lain 🤗

Reffi Dhinar mengatakan...

Makasii, masih agak lama hehe