Kalau mendengar kata oportunis, tidak selalu kesan yang diterima itu positif. Oportunis identik dengan suka memanfaatkan kesempatan, apapun kondisi dan situasinya. Namun, bagi saya ada sisi menarik jika ingin menjadi penulis oportunis.
Blog tanpa niche khusus
Sering saya mendapat pertanyaan dari kawan-kawan bloger pemula.
"Kak, kalau mau ngeblog itu cara menentukan niche-nya bagaimana? Kalau blog dengan satu niche pasti lebih mudah monetizingnya kan."
Saya selalu tersenyum karena blog saya wordholic.com itu sudah hidup 7 tahun ini tanpa niche dan semua baik-baik saja. Saya juga tidak menggunakan Google Adsense karena blog dengan satu niche lebih mudah diterima. Saya jawab saja begini.
"Hai, saya adalah brandnya, makanya blog ini diputuskan fokus pada kekuatan konten. Kamu akan melihat kategori berbeda di blog saya dan semuanya saya suka."
Seiring berjalannya waktu, saya pun membuat satu blog lagi khusus untuk film dan serial di moviereffi.com dan membuat akun di Medium khusus untuk tulisan berbahasa Inggris. Wordholic.com tak lagi ada tulisan cerpen karena saya fokus non-fiksi. Tulisan fiksi saya pindahkan ke platform semacam Storial. Maka ketika ditanya saya bloger macam apa, saya jawab, "Bloger, content writer, penulis buku, Japanese Interpreter, Kamu bisa menyebut saya wordpreneur."
Tidak ada salahnya menjadi oportunis
Penulis oportunis? Iya memang. Namun saya tahu area mana yang saya kembangkan dan area mana yang tidak saya utak-atik. Saya tidak akan menerima job menulis otomotif dan agama misalnya, karena itu bukan 'genius zone' saya. (Baca Juga: Beda Mindset Penulis Fiksi dan Content Writing)
Seperti halnya saya tidak akan membuat novel komedi dan religi karena ide saya kering di area tersebut. Saya oportunis, tetapi realistis. Tulisan-tulisan itu menjadi portofolio dan membentuk identitas saya sebagai Wordpreneur.
Image: Unsplash @etiennegirardet |
Bagaimana menjadi penulis oportunis yang realistis?
- Tahu Area Genius Zone
Menurut John Steimle di blognya https://www.joshsteimle.com/influence/how-to-find-your-genius-zone.html When you’re in your genius zone, are in what author Mihaly Csikszentmihalyi calls “flow.” You’re taking advantage of your natural talents and doing what you earnestly enjoy.
2. Ikuti Rasa Ingin Tahu dan Pelajari Serius
3. Jeli Menangkap Kesempatan
Saat ini sudah banyak penulis yang juga membuat produk digital. Baca kembali apa saja yang menjadi keahlianmu lalu jadikan online course atau eBook. Karena kamu harus bersinggungan dengan content marketing atau strategi digital lainnya, kamu juga perlu terus belajar.
4. Promosi
Jeli melihat kesempatan dan terus berlatih untuk membangun kesiapan diri saat kesempatan itu datang adalah modal keberuntungan.
Ingin menambah kesempatan dengan menembus penerbit mayor seperti karya saya di Mizan dan BIP jalur ebook? Ikuti kelas ini dengan memesan buku terbaru saya lewat PO cetak. Versi digitalnya bisa kamu baca di Gramedia Digital. Harga belum termasuk ongkir, silakan kirim pesan via DM Instagram @reffi_dhinar.
Note: Artikel ini pernah saya publikasikan di grup Indscript Writing pada 1 Juni 2020 dan diupdate pada 6 Juni 2024
2 komentar
Makasii ya.
Terima kasih sharing ilmunya, Kak Reffi. Sangat bermanfaat bagi saya yang pemula ini🙏
Posting Komentar