Surabaya punya event walking tour yang sangat keren. Awalnya, saya hanya iseng mencari kegiatan asyik di Surabaya sampai saya menemukan akun Instagram @bersukariawalksby secara tidak sengaja. Nah, berhubung penasaran, saya akhirnya mengikuti sesi walking tour dengan rute Kraton. Wah, posisi kraton di Surabaya itu di mana, ya?
Persiapan Walking
Tour di Bersukaria
Ketika jadwal tur dari Bersukaria Surabaya keluar, saya pilih tanggal 25 Desember 2022 dengan jalur Kraton yang membuat penasaran. Setahu saya, Surabaya tidak punya kerajaan, jadi pengin tahu, nih, di mana letak keratonnya.
Oya, tur Bersukaria itu ada di tiga kota, yaitu Surabaya, Semarang, dan Malang. Tiap kota punya akun Instagramnya dan jadwal setiap bulan. Saya penasaran pengin ikutan ke dua kota lainnya, tapi mau menghabiskan rute yang ada di Surabaya dulu.
Booking
Ada beberapa pilihan tur mulai dari reguler, mini trekking, sampai privat. Jalur Kraton adalah tur reguler yang termasuk baru dibuka. Kita cukup melakukan booking dengan mengisi form registrasi dan membayar 10 ribu sebagai commitment fee. Nanti, pemandr/storyteller atau guide akan menghubungi H-1 acara untuk menginformasikan lokasi pertemuan awal dan apa saja yang harus dipersiapkan.
Persiapan alat
Karena namanya saja walking tour, maka kamu harus mempersiapkan alas kaki nyaman dan outfit yang membebaskan gerak. Kalau jalan kaki di kota sepanas Surabaya, pakailah baju yang menyerap keringat. Selain itu, pemandu juga menyarankan agar kita mengenakan celana atau rok panjang, topi, dan payung untuk jaga-jaga kalau turun hujan gerimis.
Bawa camilan
Rute jalan kakinya lumayan lama, bisa satu sampai dua jam jalan santai dan sesekali berhenti untuk mendengarkan pemandu atau storytellernya bercerita. Sesekali kita juga berhenti untuk berfoto bersama atau rehat sejenak jika ada teman tur yang capek. Bawa minum dan camilan kalau kamu mudah lapar dan haus seperti saya, hahaha.
Yang Saya Temukan
di Jalur Kraton
Selama ini saya hanya melewati jalanan Surabaya dengan mengagumi beberapa gedung tua yang estetik. Sebagai penggemar wisata sejarah di kota atau negara manapun yang saya kunjungi, sangat sayang sekali kalau potensi wisata sejarah di Surabaya kurang diberdayakan. Makanya, saya bersyukur ada Bersukaria yang mau membuat event walking tour.
Saya mengetik dengan cepat setiap kali Kak Retno, selaku storyteller atau pemandu, sedang menceritakan sejarah di balik lokasi bersejarah yang kami lalui. Rasanya seperti sedang jalan-jalan ke Penang. Waktu saya ke Penang pada awal November lalu, saya ingin sekali bisa ke sana lagi untuk melihat bangunan kolonial sampai kampung Chinatown kunonya. Surabaya punya itu, hanya saja tidak dilestarikan seluruhnya. Kota Georgetown di Penang ditahbiskan sebagai salah satu warisan kota sejarah dunia oleh Unesco. Artikelnya nanti menyusul, ya.
(Baca Juga: Persiapan Ke Singapura-Penang-KL Penuh Drama)
Nggak kalah unik dengan Penang |
Rumah-rumah lama di Jl Kawatan Surabaya |
Mengintip sejarah NU di Museum Jihad dan
rumah bersejarah
Titik pertemuan kami
adalah Museum Jihad NU. Bangunannya masih asli Belanda banget. Lantai
tegel warna-warni dan gaya bangunan yang
khas Eropa membuat saya betah duduk di teras museum.Museum
Jihad adalah tempat perjuangan para anggota NU ketika tentara NICA datang dan
membuat sentimen negatif warga Surabaya.
Museum Jihad (Foto by IG @amjafar) |
Setelah terjadi peristiwa perobekan bendera Belanda di Hotel Yamato, situasi Surabaya
semakin memanas. Akhirnya, berlandaskan dari peristiwa tersebut, Soekarno berdiskusi dengan salah satu pendiri NU, Hasyim Asyari serta pejuang lain untuk
mencari solusi.
Dari diskusi itulah Hasyim Asyari mengeluarkan lima butir
Resolusi Jihad yang intinya umat islam yang tergabung di NU diminta untuk mempertahankan kedaulatan. Pada 22 Oktober
1945, resolusi Jihad dikeluarkan.
Hingga sekarang, Museum Resolusi Jihad masih dipakai untuk acara diskusi anggota NU se-Jatim dan Madura. Museum
ini juga bisa dikunjungi umum.
(Baca Juga: Wisata Air Terjun Madakaripura)
Berikutnya, rombongan
diajak berjalan kaki dan sampai di rumah KH Ridwan
Abdullah. Beliau adalah seorang ulama dan ahli kaligrafi yang suka kesenian. Dahulu, ia diminta Hasyim Asyari untuk membuat logo NU. Semua desain ditolak hingga akhirnya ia salat istikharah sampai mendapat mimpi untuk logo. Desain inilah yang disuka dan
dipilih. Tahun 1926 logo NU diluncurkan secara resmi.
Logo Bersukaria dan Tegel Museum Jihad |
Restoran terbengkalai yang dulunya panti
asuhan dan rumah sakit
Kami sampai di depan bangunan eks Rumah Sakit Mardi Santoso di Jalan Bubutan. Dari puncak bangunan, saya bisa melihat atap khas gedung Eropa yang mengingatkan saya pada Lawang Sewu dan Balai Pemuda. Sayangnya, lahan dan bangunan tersebut jatuh ke tangan swasta dan bagian depannya sudah ditutupi pagar tertutup sehingga kami hanya bisa menikmatinya dari seberang jalan.
Dulunya panti asuhan |
Hanya bisa melihat dari jauh |
Kawasan Kraton dan kisah punggawanya
Kampung Maspati adalah kawasan pemukiman
para adipati dan senopati serta pegawai kraton. Terdapat makam Karyo Sentono
dan Mbah Suruh, kakek dari Sawunggaling. Rombongan tidak berjalan ke kampung tersebut melainkan menyelusuri bagian
dari rute Kraton lainnya sampai kami sampai di sebuah area pemakaman.
Jl Tembakan berhubungan dengan Kyai Sedomasjid |
Tempat tersebut juga
menjadi makam Kyai Sedomasjid atau Badrudin. Dia berjasa juga menyebarkan agama Islam. Daerah tempat Kyai Sedomasjid ini
disebut Jalan Tembakan karena pernah terjadi baku tembak untuk menentang pembangunan kantor
gubernur dan menggusur masjid. Badrudin dan warga melawan,tetapi ia meninggal karena baku tembak tahun 1770-an.
Masjid digusur, kantor dibangun. Daerah kawasan keraton pun disebut sebagai di Jalan Kraton.
Dulu area Surabaya asalnya dikuasai
Majapahit hingga Mataram mencoba mengakusisi karena posisi strategis sebagai
daerah potensial perdagangan dengan bandar perdagangan. Surabaya punya area keraton utama yang yang dikelilingi dinding tembok tinggi dan parit. Mataram berusaha
menjatuhkan kraton dengan membatasi debit air ke kraton dan mencemarinya dengan bangkai
sehingga keraton
Surabaya bisa
dikuasai Mataram pada tahun 1600-an.
Daerah Kepatian adalah pemukiman para patih zaman dulu. Posisinya dekat dengan Kalimas karena di sini bisa mendistribusikan barang atau berdagang lewat jalur sungai. Kami terus berjalan sampai ke Jembatan Peneleh. Di jembatan tersebut, terdapat sejarah perjuangan para pemuda yang terlibat baku tembak dengan penjajah Belanda. Bekas tembakannya pun konon masih bisa diihat. Fakta unik lainnya, di Jembatan Peneleh ini Soekarno menyatakan cinta pada Utari. Dekat Jembatan Peneleh terdapat juga ada SPBU pertama di Surabaya.
Memang sudah tidak
tersisa lagi bangunan utama keraton di Surabaya, hanya menyisakan satu gerbang
tinggi yang disebut-sebut digunakan sebagai tempat pengawasan. Sayang sekali,
ya. Andai saja bangunan dan sejarah tersebut bisa dipertahankan, mungkin
Surabaya akan bisa menjadi Georgetown di Penang, Malaysia. Saya ingin kembali
ke Penang karena wisata sejarahnya.
Sisa gerbang Kraton (Foto by IG @amjafar) |
Saya jadi tertarik untuk
bergabung di rute walking tour
Bersukaria lainnya. Siapa tahu ada hidden
gem lain yang bisa saya ketahui dan menjadi bahan tulisan blog. Happy walking, Rek!
4 komentar
Gang di perkotaan yang estetik dan bisa dijadikan spot foto ini mah, sering banget nyari hidden gem yang bagus tapi jarang nemu yang pas. Bagus ini ala-ala kota yang ditinggalkan dan bangunan tua Belanda, terima kasih informasinya!
Cek akun Bersukaria Walk Malang mbak. Ada jadwal rutinnya, asyik dan berasa turis di kota sendiri wkwk
Walking tour gini sekarang lagi banyaaak, dan aku pengen ikutan nanti. Di Jakarta juga ada penyedia ya mba, tapi slotnya cepet banget abis buat tema2 yg aku suka 😅.
Selalu menarik kalo ditunjukin trmpat2 bersejarah gini apalagi ada guidenya yg memang paham. Selama ini banyak tempat di Jakarta yg bersejarah, tapi jujurnya aku ga tau ceritanya seperti apa.
Sayang banget keratonnya hanya tersisa gerbang Yaa. Seandainya masih utuh dan terawat, aku pun jadi inget daerah heritage Penang yang merawat banget bangunan2 lama seperti ini
Di Bersukaria nggak ada keterbatasan slot, Mbak. Sayangnya bangunan bersejarah di Surabaya kalau udah bukan Pemkot yang ngurusin, jadinya terlupakan, hiks. Jakarta pengen juga nih bisa keliling kota tua sambil dengerin ceritanya.
Posting Komentar