Gila Menulis, Menulis Gila

Menulis adalah kegiatan yang sangat mengasyikkan, mendebarkan sekaligus menggairahkan. Bagi sebagian orang yang tak memiliki hobi menulis, menganggap kegiatan menulis membutuhkan spare waktu yang banyak. Alasan-alasan seperti sibuk bekerja di kantor, repot mengurus keluarga dan tidak memiliki ide adalah dalih yang sering dikemukakan untuk membenarkan tidak adanya waktu untuk menulis.

Saya sudah memiliki minat menulis sejak kecil. Sudah banyak karya tulis yang saya buat dan terserak sia-sia di lembaran buku kosong dan kertas folio. Bahkan saat masih di bangku sekolah dasar, saya sudah membuat buku sederhana dari sobekan kertas dan kertas bufalo warna-warni sebagai kovernya. Saya menuliskan dengan tangan cerita pesanan teman-teman dan saya jual per buku lima ratus rupiah. Namun, seiring bertambahnya kesibukan untuk belajar dan kursus bahasa asing, membuat kegiatan menulis menjadi terasa sangat melelahkan. Sebagai pelampiasannya saya hanya menulis catatan harian dan puisi di buku diary.

Baru mulai pertengahan 2013 lalu, saya menemukan arah untuk menemukan jalan bagi passion saya. Bergabung di komunitas menulis, memenangkan beberapa lomba dan menghasilkan belasan antologi hanya dalam kurun waktu satu tahun. Berikutnya saya tertarik untuk join di komunitas Ibu-Ibu Doyan Nulis yang dipimpin ibu Indari Mastuti di facebook, gara-gara tertarik dengan profilnya yang diulas di surat kabar. Saya mengikuti kelas menulis artikel online dan tergabung dalam alumni writerpreneur. Hasilnya saya semakin gila menulis dan sempat menjadi tim penulis artikel online dalam sebuah agensi naskah. Dua buku solo yang diterbitkan secara indie juga mendapat respon positif dari beberapa pembacanya.

Memiliki blog dan mulai rutin mengisinya seminggu beberapa kali. Tetapi setelah mengikuti kompetisi ODOA (One Day One Article), membuat saya bisa menulis gila. Menulis gila adalah bisa membuat tulisan apapun dari ide sangat sederhana sekalipun. Materi ODOA yang mengharuskan saya menulis dari beragam sudut pandang turut mengasah kemampuan tersebut. Orang lain sangat heran dengan aktivitas menulis saya. Padahal selama enam hari saya bekerja di kantor dari  pagi hingga sore, apalagi saya juga bekerja sebagai penerjemah naskah bahasa Jepang freelance dengan deadline yang cukup ketat. Saya sangat gemar mengikuti kompetisi menulis dan masih sempat menyalurkan hobi membaca serta sesekali jalan-jalan.

Menulis bisa dilakukan dimanapun. Daripada menggunakan gadget untuk game dan selfie terlalu sering, coba maksimalkan gadget anda untuk menulis. Itulah yang saya lakukan. Di dalam angkot saya bisa menulis blog lewat smartphone atau sekedar mencatat ide yang terlintas di pikiran. Menulis membuat gairah saya meluap. Saya sangat suka tantangan. Impian saya berikutnya adalah karya saya bisa dimuat di surat kabar dan juga bisa difilmkan. Tak ada yang tak mungkin. Saya rela menjadi gila dalam menulis, tentunya tanpa melupakan kewajiban-kewajiban saya yang lain. Writing is not a crime.

Tidak ada komentar