Memaafkan, Mengisi Celengan Hati



Hari ini adalah hari terakhir bulan suci Ramadhan. gema takbir akan berkumandang malam ini, dan esok kita akan melaksanakan sholat Ied bersama keluarga dan  orang-orang terdekat untuk merayakan kemenangan. Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Panas, haus, dan lapar serta usaha untuk mencegah hawa nafsu, adalah sebuah tindakan yang tidak mudah dilakukan.

Hari Lebaran selalu diidentikkan dengan saling bermaaf-maafan entah melalui jejaring sosial, kartu ucapan atau bertemu langsung. Sesungguhnya hal tersebut tidak salah, namun apakah ketika mulut mengucapkan kata maaf dan tangan saling berjabat tangan, hati kita benar-benar tulus memberikannya?

Kita adalah manusia yang tak pernah luput dari dosa dan salah, entah kita sengaja menyakiti orang lain atau tak sengaja tetap saja akan ada orang lain yang pernah merasa tersakiti dengan kata-kata dan perilaku kita. Meminta maaf adalah sebuah tindakan mulia dimana seseorang telah melepas egonya serta mau mengakui kesalahan. Kesalahan itu terjadi dan ketika kita sudah tulus meminta maaf, sebisa mungkin kita menunjukkan perubahan positif agar orang lain bisa lebih percaya lagi. Memaafkan adalah perbuatan yang tak kalah mulia. Memaafkan bukanlah sebuah pemberian, melainkan melepaskan bagian sakit, luka dan lubang yang terjadi akibat suatu hal yang tidak kita inginkan.

Memaafkan dan meminta maaf sama-sama mengisi penuh celengan hati kita. Energi positif akan terpancar dan wajah akan menyunggingkan senyum yang ikhlas. Hati adalah bagian yang sangat rentan. Hati mudah bersedih, bergembira, terluka, sakit dan tertawa. Tapi kitalah yang patut memilih hal terbaik apa yang pantas dijejalkan pada hati kita. Jadi beri ruang terbaik dengan cahaya maaf, cinta kasih serta pengampunan pada diri sendiri dan lingkungan. Itulah esensi fitri yang sesungguhnya, jangan hanya sehari lalu kita melupakannya.
Selamat merayakan hari kemenangan. ^_^

Tidak ada komentar