Miris sekali rasanya membaca
status-status teman di facebook saya, yang isinya galau berat hingga tampak
mengesankan. Lebih miris lagi ketika membaca status yang isinya *maaf*
mengumpat atau menghina dengan kalimat kasar dan tidak sopan, padahal dia
adalah seorang perempuan. Apakah media sosial telah menjadi tempat sampah
curhat yang begitu bebasnya hingga kalimat-kalimat penuh keputusasaan serta
sumpah serapah yang tidak pantas, diungkapkan secara vulgar.
Kita perlu ingat, jejaring sosial
diciptakan untuk saling mengembangkan hubungan pertemanan, networking dan
berbisnis. Facebook dan twitter telah memiliki jutaan pengguna. Dunia menjadi
lebih sempit dalam lingkup maya. Mungkin orang-orang yang menggunakan jejaring
sosial itu untuk ajang menghina atau pamer kegalauan, sangat menyukai atensi
yang diberikan oleh teman-teman dunia mayanya.
Saya tidak akan menjelaskan panjang
lebar tentang penyalahgunaan jejaring
sosial, di sini saya hanya ingin membatasi mengenai hubungan jejaring
sosial dengan eksistensi perempuan. Kita tahu bahwa dengan bebasnya media
informasi yang bisa diakses dengan mudah, banyak orang termasuk perempuan
menggunakannya untuk ajang pembuktian diri. Tidak apa-apa jika ingin upload
foto yang cantik dan sopan, posting info yang bermanfaat atau sekedar menambah
teman. Tetapi jika seorang perempuan dengan seenaknya mengumbar makian, cacian
dan kegalauan di setiap status atau timelinenya, rasanya kurang pantas dibaca
orang lain.
Bukannya kita tidak boleh bersedih, namun
apakah dengan memamerkan kesedihan (apalagi jika meratapi kekasih yang sudah
memutuskan hubungan), lantas keadaan akan berbalik normal? Jawabannya TIDAK!! Orang
lain mungkin akan memberi komentar penuh dengan rasa simpati atau malah ikut
menyalahkan si mantan kekasih, tetapi nyatanya komentar itu hanya memberi
ketenangan sesaat. Setelah laptop atau komputer dimatikan, kembali lagi galau
mendera. Lagipula jika kita tidak menunjukkan semangat positif, maka secara
otomatis kita akan menarik orang yang sama-sama penggalau dan beraura negatif
juga. Ingatlah bahwa alam memiliki skema otomatis mengenai hukum tarik-menarik.
Berikutnya seorang perempuan yang
membuang sumpah serapah dan cacian kasar di dunia maya, apakah ia pantas
disebut perempuan baik-baik? Jika memang ada orang yang menyakiti hati atau
kita diperlakukan tidak adil, menyumpahi dengan kalimat tidak pantas bukanlah
solusi. Kita dinilai dari cara anda memperlakukan orang lain, bagaimana orang
lain mau menghormati kita jika berbicara tentang diri sendiri saja sudah nampak
tidak karuan.
Jadilah perempuan yang menebarkan
inspirasi. Tunjukka eksistensi positif mengenai prestasi. Bila memang hati
sedang sedih dan marah, usahakan menulis status dengan kalimat yang baik, atau
bisa juga kita menulis cerpen atau puisi dengan latar belakang orang yang
menyakiti kita (pengalaman saya sendiri :D). Kita tidak perlu bersikap munafik,
yang utama adalah bagaimana cara membawa
kesan diri baik di saat kondisi hati burukpun kita tetap terlihat elegan. Perempuan
yang menarik bukan dari cantik atau penampilan modisnya saja, kecerdasan,
perilaku, dan kebiasaan positiflah yang akan membuat diri tampak bersinar. Sexy is not only from body, but it comes
from your whole heart and mind.
2 komentar
yuhu~
kalaupun ingin mengkritik, buatlah kalimat yang sopan namun tajam. bukan asal melemparkan cacian...
mari menulis yang baik-baik dan menginspirasi :D
bener tuh, status itu menunjukkan jati diri
Posting Komentar