Kesialan Bersistem Cinta

Jatuh cinta itu adalah kesialan bersistem, itu menurutmu. Saat virus itu mengacaukan sistem kewarasanmu, maka tubuhmu bukanlah milikmu pribadi. Ada hati yang ditempati bayangannya. Detak jantungmu ditentukan seberapa sering kalian bertatap muka. Bahkan ketika bernafas pun, kamu akan meminta izin sedetik setelah mata kalian beradu. Organ tubuhmu tiba-tiba saja butuh kehadirannya sebagai vitamin penambah tenaga.

Jangan silau dengan tipuan sesaat itu. Bisa jadi, sosok yang kamu puja habisーhabisan itu hanya menginap sementara di rumah hatimu. Jatuh cinta memang hanya butuh sesaat, tetapi untuk membuatnya hidup, kamu dan dia butuh kerjasama.

Kamu harus rela kerja lembur ketika ia membutuhkan pelukanmu untuk menangis semalaman. Dia wajib mengisi daftar absensi sebelum pergi atau sekedar mampir di kediaman kawan lama. Kebebasan yang bebas untuk dibatasi. Tidak perlu mengelak, coba renungkan saja dulu kata-kataku.

Semua kisah cinta itu memiliki alur yang sama, yang membedakan hanyalah takaran kebahagiaannya. Luka akibat pengkhianatan, kesal akibat ketidakpedulian atau misalnya kebosanan. Itu bukan salahmu atau ia, melainkan kesalahan kalian berdua.

Mengapa? Tanyamu padaku.

Saat ia butuh kehadiranmu, dengan sombong kau anggap dirinya akan tetap kuat tanpamu. Sewaktu dirimu mulai sering menguap di tiap perjumpaan, ia hanya diam. Hati yang peka pasti dapat mendeteksi ketidakberesan. Kalian terlalu arogan, menganggap cinta kalian paling suci tanpa noda. Ingatlah  asal kita diciptakan dari segumpal cairan kental yang berkembang menjadi onggokan daging dan darah. Kesucian hanya Tuhan yang menentukan.

Lalu, bagaimana?

Hidupilah saja kekacauan bersistem yang dijuluki cinta itu. Mencintai berarti siap melengkapi. Syaratnya, kau akan lengkap dengan atau tanpa desah nafasnya. Cinta bukan sekedar kecocokan pikiran atau kemilau penampilan. Gesekan emosi yang tetap dinikmati, genggaman tangan hingga urat keriput menjalar, dan kesanggupan hati untuk tidak dijual gratis atau dibagi.

Tidak ada komentar