Kaleidoskop Waktu, Bersamamu

Sepotong kisah yang membuat kita tertawa, ketakutan hingga menangis sesenggukan itu tersaji dalam buku. Pada awalnya, jejak kisah kita sama sekali tak bersinggungan. Hingga melalui sapuan kuas hitam dan tulisan indah yang kita sebut shodo itu, membuat kita saling mengetahui nama. Mulanya aku tak pernah tahu jika pertemuan-pertemuan sekilas itu, akan membawa rinduku terbang kepadamu. Pangeran Biru.

Lewat tulisan singkat dalam sebuah pesan tak sengaja. Rentetan debar itu mulai menunjukkan titik temu. Kita yang pernah mengenyam baris-baris luka dari kisah rindu sebelumnya, tanpa sengaja sama-sama menemukan hangat dari tiap tatapan. Hujan, yah hujan yang selalu membawa ingatanku pada lembaran memori kita. Jika orang lain akan bersungut kesal menghadapi hujan. Maka kita tertawa dan saling menautkan jemari ketika hujan sedang berbaik hati singgah. Itu sedikit gila. Namun, itulah kita.

Hari ini adalah pertemuan kesekian. Kau dengan senyum yang selalu kuhirup dalam-dalam. Dan, hatiku masihlah berkata dengan satu ujar yang sama,"Bodoh, aku selalu merindukanmu. Selalu," Tiap pori-pori kesadaranku, tiap mimpi-mimpi yang kupeluk, tiap sedikit luka dan tangis yang pernah kurengkuh, semua menjadi kaleidoskop indah. Sebab aku semakin mendewasa bersamamu.

Kau mencintai dunia aksara dengan caramu, hmm walau tidak segila diriku. Petualangan dan adegan yang tersaji di layar lebar, kita perbincangkan. Aku yang selalu senang menjadi wadah keluh kesahmu. Kau yang selalu sabar menghadapi perilaku hiperaktifku. Kita, dua orang aneh dengan kegemaran yang begitu digilai, masing-masing menatap dalam satu bentuk hati. Perbincangan yang takkan habis jika kita duduk santai sembari membawa buku. Sedikit perdebatan dalam hal-hal tidak penting, yang hanya kita mengerti.

Waktu bukanlah gambaran dalam menit, detik atau jam pasir yang dengan mudahnya bisa dibalik. Waktu adalah batasan yang kita beri nama dalam dimensi pertemuan kita. Rindu yang terus berlagu bahkan saat sedang menikmati hujan denganmu, membuatku mahfum. Ah, tak perlu kusebutkan. Kau sudah mengetahui makna hatiku. Kekasih. Kuingin doa kita akan terus berlanjut. Benang merah tak sengaja dahulu, jelas menunjukkan padamu. Siapa pemilik hatiku, dan siapa penghuni tetap hatimu. Kita saling memetik dawai rindu. Aishiteru ^_^



Tidak ada komentar