Pertemuan Bag.1 (Lita's Side)

Cericip burung telah membuatku membelalakkan mata. Ya, ini bukan lagi terjaga biasa, bunyi alarm ponselku yang berteriak nyaring membuatku kelabakan. Hari pertama MOS dimulai. Petualanganku di dunia putih biru tua telah usai (beuhh, usai ya. Jadi ingat my first love, hiks). 

"Litaa, udah bangun belum? Ini udah jam lima kurang seperempat, lho," seorang wanita berpakaian daster batik campur bunga-bunga membuatku sadar, yah ini sudah pagi, dan yah wanita itu adalah ibuku. Segera setelah sadar dari haribaanku, kusambar handuk dan mempersiapkan diri.

MOS SMU. Inilah awal baru dalam dunia remajaku. Hatiku berdebar-debar, membayangkan cerita-cerita asyik yang akan kualami di dunia putih abu-abu. Kupatutkan penampilanku di depan cermin. Jilbab hingga rok panjang yang kukenakan semuanya berwarna putih. Kulirik perlengkapan MOS yang tergeletak memelas di bawah ranjang.

"Fiuhh, kayanya ini bakalan jadi awal yang cukup nyusahin," pikirku.

Tas yang dibuat dari bekas kardus sepatu, ID Card yang cukup besar, dan beberapa perlengkapan yang agak aneh, menjadi barang yang wajib dibawa saat MOS berlangsung. Tradisi ini memang menjadi budaya di tiap acara orientasi.

"Litaa,!" panggil Ibu dengan nada naik satu oktaf. Kupercepat langkahku sebelum Ibu mengomel lebih panjang lagi. Ah, putih abu-abu, welcome to my world :D

***

Seperti biasa, aku mengamati keadaan sekeliling. Tiap kali memasuki lingkungan baru, aku akan meneliti dalam diam tempat dan juga orang-orang baru yang kukenal. Akan kuamati tiap gerak-gerik orang-orang yang menarik perhatianku. Acara MOS sudah dimulai beberapa menit, beberapa siswa-siswi baru ada juga yang terlambat. Tidak ada yang kukenal. Berikutnya bisa ditebak, kakak kelas mengomel panjang pendek dan memberikan hukuman bagi siswa yang terlambat.

"Kalian yang terlambat, sekarang harus menghitung kaca di seluruh sekolah!"

Buset, ini hukuman yang membuat lelah pasti. Sementara itu, rupanya giliranku yang mendapat sial. Aku membuat ID Card yang kurang tepat. Beruntung deh, tambahan barang yang wajib kubawa besok menambah tugasku.Nah, rupanya dari sekian murid-murid baru yang menjadi kawan satu kelasku, ada satu orang yang menarik perhatian. Aku belum tahu namanya. Rambutnya dikuncir dua, sesuai peraturan MOS, dengan pita ungu. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan rasa takut saat datang terlambat dan juga dihukum. Tidak ada yang menonjol darinya, kecuali matanya yang menunjukkan pancaran sikap tidak takut. Hmm, gadis unik. 

(to be continued)


Tidak ada komentar