Waktu dan Pendapatku

Waktu itu aneh ya, Kejora. Kita tak pernah tahu cara menghitungnya secara kasat mata. Satuannya bisa berbeda-beda di tiap negara, kota bahkan satu lokasi pun bisa tak sama. Buktinya, lihat saja arlojimu dan jam teman sepermainanmu, apakah benar-benar sama?

Ada yang menganggap malam adalah waktu beristirahat, namun ada pula yang menganggapnya sebagai waktu mendulang rupiah. Pemaknaan waktu tak ada yang mutlak sama.

Coba telaah diri kita pula. Waktu kau mulai menebar senyum padaku lebih lama dibanding waktu hatiku mulai condong padamu. Kisah singkat kita mungkin terasa pendek hanya menurut anggapanku, entah bagaimana menurutmu.

Dan benar, aku pernah mengalami beberapa waktu panjang dengan pangeran lainnya, namun kesan itu bisa mudah terhapus goresannya. Sebab luka membuatku belajar dewasa dalam memaafkan sekaligus cepat melupakan. Tetapi ketika bersamamu, waktu terasa memanjang. Dalam menit dan detik yang mudah hitungannya, kamu telah mengajariku banyak hal. Cinta, keberanian, penghargaan sampai ketulusan di saat kehilangan.

Aku pergi tapi kenangan itu tak berpindah tempat. Waktu membekukannya di hati dan otakku.

Dari waktu, aku tahu sesuatu. Bahwa bukan seberapa lama kenal, tapi seberapa percayakah hati dengan keajaibanlah yang bisa menumbuhkan rindu. Aku percaya, maka tak akan butuh waktu lama untuk jatuh cinta. Bila tidak percaya, mau ratusan jam dan tahun bersama pun, semua akan masuk ke tong 'kesedihan'.

Kejora, selalulah berbahagia.

2 komentar

AI by Artifisial mengatakan...

Lalu, apa itu waktu?

Reffi Dhinar mengatakan...

sebuah satuan yang hitungannya sulit ditafsirkan, selain dengan angka