Jadilah Gula yang Menarik Semut, Bukannya Menarik Burung Bangkai


Mungkin judul yang saya buat sedikit aneh. Tetapi agaknya inspirasi dari sekitar dan juga banyaknya berita-berita yang berseliweran mulai dari yang hoax, inspiratif, sampai sensasional di medsos mendorong saya untuk menulis hal ini. Awal mulanya, saya memerhatikan barisan semut yang cepat sekali mengerubungi ceceran gula di rumah. Tak lama kemudian saya juga teringat dengan  acara Discovery Channel dimana hewan yang meninggal dan menjadi bangkai akan mengundang burung pemakan bangkai.

Konsep gula yang menarik semut adalah hal yang bisa disikapi positif secara harfiah. Gula itu saya ibaratkan sebuah karkater positif dan juga kecerdasan yang baik sehingga seseorang tak perlu banyak berkoar untuk menarik atensi sekitarnya. Dan sebaliknya, jika seseorang memiliki kepribadian negatif, meski berusaha menyembunyikan dan berpenampilan manis, pasti lama-kelamaan akan tercium niat tidak baiknya, seperti sebuah bangkai. Kepribadian baik dan kecerdasan, akan menarik kesempatan serta orang-orang yang bisa diajak bekerjasama, namun kepribadian hipokrit akan  menarik orang-orang yang sama tidak baiknya. Lingkaran pergaulan menentukan semuanya.

Seringkali kita tidak tahu seperti apa kepribadian kita, sampai akhirnya sadar jika sikap dan perilaku bisa jadi terpengaruh lingkungan sekitar. Berbuat salah itu wajar, apalagi kita hanya manusia biasa, tetapi jangan sampai ego menutupi mata hati kita dari nasehat dan juga kritikan yang dapat memperbaiki diri. Merasa diri paling benar adalah kesalahan serta kebodohan terbesar manusia. Baik dan buruk memang berbeda standarnya bagi masing-masing orang, tetapi sikap yang tak peduli nasehat, hobi mencari kesalahan orang lain, hobi menghasut sampai menghalalkan segala cara demi kepuasan pribadi, sudah jelas buruknya.

Dunia itu tak hanya berdasarkan asas hitam putih, ada juga warna lainnya seperti abu-abu, merah, dan kuning. Menjadi orang yang mau merendahkan hati untuk belajar dari siapapun tanpa mengenal titel dan juga status sosial akan membuat kita menjadi gula yang menarik para manusia pekerja keras (seperti semut itu bukan?)

Pilihan ada di tangan kita, mau menjadi  penarik semut ataukah penarik burung pemakan bangkai. Jika ada yang beranggapan jika semut itu sangat menjengkelkan, coba lihat dari sudut pandang berbeda. Bagi yang beragama Islam, pasti tahu dengan salah satu surat dalam Alquran yang diberi nama An Naml, artinya semut. Ada keistimewaan pada karakter hewan kecil yang bisa membangun sarang super besar di dalam tanah itu. Dalam konteks sains, burung pemakan bangkai akan membantu mempercepat proses penguraian mayat. Namun lihatlah dari konsepnya, jika hanya bangkai yang menarik burung dekomposer tersebut.

Pilihlah sikap terbaik, bergaullah dengan kawan dan lingkungan yang tepat. Mari kita belajar bijak!

4 komentar

Huda mengatakan...

Jelas lebih pengen Jadi gula yang memberikan manfaat. :)

Kayaknya emang di era digital harus lebih pinter dan kejam, kejam ke berita2 hoax yang muncul, aku sih langsung block. Nggak mau repot

Reffi Dhinar mengatakan...

iya karena banyak yang tanpa sadar malah tidak menjadi gula :D

fanny fristhika nila mengatakan...

bgs nih perumpamaannya :)... ya pasti pgn jd gula yg menarik semut lah :D... Makanya aku jg lbh seneng memblock orang2 yg suka nyebarin hoax, link provokasi, ato yg menjurus sara.. duuuh, jauhin deh orang2 begitu.. Takut kitanya jg keikut picik kayak mereka nantinya :D

Reffi Dhinar mengatakan...

jauhin aja mbaak biar ga ketularan bau ga enak haha