Diskon Tingkah Laku Di Dunia Digital



Apa yang akan anda pilih, antara menjadi seorang manusia berkarakter baik atau terkenal? Secara sadar anda pasti akan memilih opsi yang pertama. Alasannya karena menjadi manusia berkarakter baik itu sangat langka di zaman  kemunafikan dan juga topeng digunakan sebagai alat manipulasi yang awam. Nyatanya meski secara sadar memilih opsi yang pertama, kita juga tanpa sadar memberi diskon tingkah laku kepada diri karena ingin dikenal sebagai manusia berkepribadian baik.

Lihat saja di bulan Ramadhan ini. Akan sangat mudah ditemukan status bertebaran di timeline medsos tentang bagaimana seringnya ibadah sunnah dilakukan atau sudah membaca Alquran sampai hampir khatam. Sesekali foto selfie di masjid saat hendak tarawih untuk memberi pengumuman bahwa dirinya tetap rutin beribadah meski sibuk bekerja atau sekolah. Sayangnya, hal-hal baik yang dapat memupuk kita menjadi manusia berkarakter mulia tersebut malah berkurang esensinya, sebab tingkah laku pamer di mana-mana. Diskon tingkah laku yang membuat pembaca status atau follower kita malah bosan. (Baca Juga : Sale Saat Lebaran)

diskon tingkah laku


Atau sebaliknya, sesungguhnya ada yang punya sifat culas dan suka memanfaatkan orang lain demi kepentingan pribadi tetapi bersembunyi di balik topeng  rendah hati. Pasti kita akan bertemu dengan orang-orang yang peribahasanya ‘serigala berbulu domba’ itu di tengah masyarakat. Orang-orang seperti itu mendekati target yang dirasa akan memberi keuntungan, dimanfaatkan agar menjadi kaki tangan, mengakui hasil karya orang lain sebagai buah kerja kerasnya, dan tidak segan menjerumuskan orang lain dalam fitnah hanya demi mengamankan posisi. Dunia digital digunakan sebagai media topeng yang paling mudah. Memosisikan diri sebagai korban demi menarik simpati orang lain.

Lantas bagaimana agar kita tidak menjadi orang yang tanpa sadar dapat mendiskon kepribadian baik diri kita sendiri?

Sering-seringlah menyepi. Bergaullah dengan orang-orang yang tak memiliki kedudukan tinggi namun menjalani hidupnya penuh syukur dan kejujuran. Jauhi hirup-pikuk tak penting seperti ramai-ramai mengomentari kolom status penulis plagiat, kurangi memamerkan kebaikan yang kita lakukan, hiduplah dengan kerja keras dalam sunyi, ramailah dalam kebaikan di dunia nyata bukannya dunia maya. Berteman dengan kaum inspiratif serta berkarakter rendah hati adalah sebuah keharusan. Hidup kita sudah dipenuhi diskon akibat dosa dan kesalahan pada Tuhan. Mari mencoba berbenah untuk melipatgandakan  bonus kebaikan. Ingat, kebaikan tak hanya berkecimpung dengan Tuhan tetapi juga dalam hubungan horizontal, yakni dengan sesama tanpa memandang warna kulit dan agama.

7 komentar

Tira Soekardi mengatakan...

apapun ornag lakukan aku sih gak peduli gak ikutan nyinyir tapi berefleksi dan berkontempelasi bagi diri sendiri hrs selalu aku lakukan shg aku tahu apa yg aku lakukan sdh benar atau tidak

Anonim mengatakan...

Mantab mbak refi�� #PF

Reffi Dhinar mengatakan...

mbk tira: benaar, mumpung masih ramadhan, mari merenung :)
PF: matur nuwun sudah mampir :D

Bunda Erysha (yenisovia.com) mengatakan...

Bener banget mba terkadang pamernya biar ga keliatan pamer dibungkus dengan kata2 bijak dibelakangnya hee. Apapun itu kita memang tidak boleh berpikiran negatif ma orang. Cuma kuta jadiin aja pelajarannya buat kita ya untuk nggak mempublikasikan amalan atau kehebatan kita di dpn orang untuk menghindari riya. Krn setan akan dg mudah sekali menggelincirkan kita ya. Trima ksih sudah mengingatkan 😃

Agustina Purwantini mengatakan...

inspiratif, Mbak. Telah menepuk bahuku kuat-kuat. Untuk sadar bahwa terlalu banyak diskon dalam dirikuuu

Reffi Dhinar mengatakan...

makasi, semoga bermanfaat ya :)

Dian Restu Agustina mengatakan...

Suka dengan statement terakhir..Ya,hidup memang tak melulu berhubungan dengan penciptamu, tapi juga terhadap sesamamu...setuju mba:)