Perempuan dan Kebanggaan Tanpa Embel-embel


Pernah dengar komentar begini?

"Waah dia beruntung bangeet, sekarang udah bergelar Nyonya Budi (ini contoh)."
"Ya iyalah dia kaya dan punya anak mulu, kan baby sitternya banyak, istrinya konglomerat anu..."
"Waah, selamat yaa udah jadi menantunya menteri B ..., pasti hidupmu makmur deh."

Masyarakat kita seringkali memberikan stereotip bahwa seorang perempuan itu berkisar pada anaknya siapa, kekasih siapa, istri siapa dan menantu siapa. Karena bentukan lingkungan yang seperti itu, tanpa sadar kita juga memiliki kebanggaan jika berhasil menjadi 'menantu', 'istri', 'anak' dari orang-orang yang memiliki nama dan pengaruh besar. Hal itu tidak salah, namun akhirnya kita jadi lupa untuk menjadi diri sendiri.


Ambil saja satu kasus. Setelah menikah dengan seorang konglomerat, seorang perempuan sebut saja Bunga, memasuki kehidupan baru sebagai nyonya muda. Orang lain melihat betapa beruntungnya Bunga karena mendapat pasangan kaya raya dan hartanya tidak habis dimakan 10 turunan. Yang tidak diketahui orang kebanyakan, si Bunga harus merelakan banyak hal setelah menjadi menantu konglomerat. Bunga tak boleh lagi bertemu teman-temannya yang disebut dari rakyat jelata, Bunga tidak boleh kuliah S2 dengan alasan si suami hanya lulus S1, dan Bunga tidak boleh menjadi seorang penulis novel romance untuk menjaga martabat keluarga priyayi.



Perempuan yang memang sudah menikah memang perlu menjaga nama baik, pasangan dan keluarga. Namun jika perempuan dikekang sampai tidak bisa lagi bermimpi ataupun bersuara, apakah ini benar?

Kalau yang sedang trend saat ini, perempuan dengan embel-embel 'menikah tepat waktu' dianggap sebagai perempuan beruntung, sedangkan yang belum menikah disebut terlalu pemilih. Well, padahal banyak juga para pria yang belum menikah di usia matang tapi kalimat nyinyir malah jarang diterima. Apakah tidak lucu?

Dikenal Karena Namanya dan Prestasi

Bukankah lebih menyenangkan jika kita dikenal bukan hanya sebagai Nyonya Anu?
Bukankah lebih membanggakan jika kita dikenal sebagai perempuan berprestasi baik di saat masih lajang maupun ketika sudah menjadi istri seseorang?
Apakah menjadi menantu seorang kepala desa, anak pengusaha kaya,bla bla bla tapi ternyata si suami tak becus bekerja dan hanya menggerogoti uang orang tua itu tak membuat beban pikiran?

Daripada kita menyesal setelah menikah, ada hal-hal penting yang perlu dipersiapkan bahkan ketika masih lajang. Soal finansial, kemapanan hidup, kedewasaan dan tahu bagaimana menghargai orang lain yang berbeda karakter serta pemikiran adalah hal yang penting. Menikah bukan soal ke KUA dan mahar murah. Sama sekali bukan. Tiap orang punya preferensi sendiri-sendiri kalau urusan materi, walau tetap lebih baik jika rumah tangga tak usah dibangun dengan bermewah-mewah. Perjalanan bersama membangun keluarga itu tak mudah dan tak murah. Jadi mungkin kita perlu belajar tak hanya membayangkan keindahan pesta pernikahan tetapi tak mempersiapkan diri untuk berikutnya.

image by Google


Tak ada yang namanya terlalu cepat atau terlalu lambat soal pernikahan, kedewasaan dan juga kemapanan. Berbeda kepala, pasti berbeda cara berpikirnya. Tiap hal yang terjadi di kehidupan kita, sudah diatur oleh Tuhan dalam waktu yang tepat. Menjadi perempuan tanpa embel-embel domplengan nama orang lain, sebenarnya menjadi tanggung jawab penting. Kita tetap menjadi diri sendiri dengan tetap menjaga nama baik orang-orang di sekitar kita.

4 komentar

Tira Soekardi mengatakan...

betul ya, perempuan hrs punya kebanggan akan buah karyanya atau passionnya bukan krn suaminya dan itu juga tgt suaminya mendukung atau tdk

Dian Restu Agustina mengatakan...

Siip..!
Love it! Tetap menjadi diri sendiri dengan tetap menjaga bnama baik orang di sekitar kita...:)
Nice post, Mbak

Putu Ayu Winayasari mengatakan...

Duh..itu quote-nya dalem banget: Cheap items have many buyers, hahaa! Salam semangat untuk perempuan dimanapun berada, yang mentingin isi ketimbang packaging-nya yang memang sudah indah ^^

Reffi Dhinar mengatakan...

bu Tira: semoga banyak pria semakin menghargai wanitanya :)

mbak DIan: makasii selalu mampir di tulisan saya, yap karena tiap perempuan punya kecantikannya sendiri :)

Mbak Putu: saya juga suka banget sama quote itu, permpuan 'berisi' dan punya visi semoga lebih meningkat tak hanya mengutamakan bungkus luarnya saja :D