Interpreter Journey 1: Rasa Ingin Tahu Adalah Kunci!





Sekitar dua minggu lalu saya membuka poling di fanpage Blog Kata Reffi & Moviereffi tentang pembahasan apa yang pengin diketahui pembaca. Dan yah, tips menjadi interpreter menempati ranking teratas poling. Jadi saya akan membuat tulisan berseri dalam kategori tips dan akan selalu saya awali di judul dengan ‘Interpreter Journey’.
(Baca Juga: My Interpreter Journey Sharing)

Mengapa memilih judul seperti itu? Karena ini murni pengalaman saya yang masih balita di dunia interpreting, sekitar 5 tahun pasca menjadi sarjana di jurusan Sastra Jepang Universitas Dr Soetomo Surabaya.

Okey, I start it with the first skill that you should have to be the good interpreter, it is HIGH CURIOSITY.

Rasa ingin tahu menjadi dasar utama. Sebenarnya tak hanya menjadi interpreter juga sih, tetapi baik translasi atau menerjemahkan naskah dan pekerjaan lain juga butuh rasa ingin tahu. Namun, karena koridor pembahasan saya soal interpreting, dari postingan part pertama ini fokuskan pandanganya ya.

Sebenarnya, menjadi interpreter atau translator di dunia industri bukanlah cita-cita utama saya. Saya ingin menjadi news anchor, jurnalis hingga menjadi duta besar. Benang merahnya, sama-sama ingin menggunakan kemampuan berbahasa asing dan mencari kesempatan lebih luas lagi. Namun, ketika saya gagal SNMPTN untuk masuk jurusan Hubungan Internasional, pikiran saya langsung menjurus untuk belajar bahasa asing satu lagi selain Inggris. Bahasa Inggris sudah cukup bisa saya kuasai. Untuk berkomunikasi pun tak buruk-buruk amat.

Kalau kamu mau membuat kesempatan lebih luas, ya kuasailah satu bahasa asing lain selain bahasa Inggris. Terutama bahasa asing yang banyak digunakan di Indonesia seperti mandarin dan Jepang. Misalnya kamu memilih satu bahasa asing saja juga tidak masalah. Fokus sampai jadi ahlinya.


Kenapa saya akhirnya pilih Jepang?

Simple, karena saya terpapar kamus Jepang sejak usia sekolah dasar. Sounds funny, right? Papa pernah iseng membeli satu kamus percakapan kecil bahasa Jepang-Indonesia lalu buku itu terlupakan. Saya buka, eh kok aneh? Saya bisa baca ejaan latinnya, tapi terkesan aneh. Lalu tiap selesai menonton film kartun macam Inuyasha, lagunya berbahasa Jepang dengan tulisan tak bisa saya baca. Ini membuat sebal  karena saya ingin tahu artinya.

Buku ini saya beli ketika sama sekali ga hapal kanji

Dan ternyata setelah belajar lebih dalam di bangku kuliah serta menjalani dunia interpreter, rasa ingin tahu bisa menjadi modal awal yang sangat penting.


  • Curiosity Membuatmu Jadi Tabah

Belajar bahasa yang non-latin macam Jepang itu bukan hal mudah. Kalau motivasi kamu setengah-setengah, pasti dijamin akan putus asa di tengah-tengah. Mau lancar ngomong aja pasti bisa, tetapi kalau kamu mau menjadi interpreter jelas harus banyak membaca. Mulai dari membaca materi di luar buku kuliah dan membaca isu populer. Saya biasanya akan membaca artikel terbaru soal Jepang dalam bahasa Indonesia dan berusaha mencari kosakata dalam bahasa Jepang.

Kamu harus ingin tahu soal huruf kanji, kamu harus tahu soal budaya juga. Setidaknya dengan materi yang penuh, kamu nggak akan gagap sewaktu benar-benar terjun di dunia interpreter. Lama-lama kamu akan semakin tabah ketika mendadak mendapat tugas penting saat menerjemahkan. Kalau menghapal kanji dan menambah kosakata saja kamu sudah tabah, apalagi kalau diminta menerjemahkan di sebuah event atau meeting? Ini bisa jadi petualangan menyenangkan.


  • Rasa Ingin Tahu untuk Meminimalisir Kesalahan

Di awal menjadi interpreter, saya membekali diri dengan ketabahan. Lalu belajar menggali informasi dari beragam sumber. Jangan hanya mengandalkan sumber benda mati seperti buku dan internet, cari sumber hidup yaitu manusia. Misalnya, saya akan tanya ke teknisi lokal bagaimana cara menggunakan sebuah mesin. Saya catat lalu saya coba terjemahkan. Saya cari padanan kata bagian mesin dalam bahasa Jepang. Jadi ketika si orang Jepang bertanya atau minta diterjemahkan ke orang lokal, saya tinggal mengkroscek apakah yang dimaksud ini sudah benar atau tidak. Delivery akan lebih smooth dan kamu bisa menambah nilai plus karena sudah mempersiapkan diri.


Itulah dua hal yang penting dengan adanya curiosity atau rasa ingin tahu. Nah kamu sedang belajar bahasa asing apa nih? Tunggu seri selanjutnya ya

4 komentar

Anisa mengatakan...

Saya juga pengen belajar bahasa Jepang :)

Mega mengatakan...

Saya pengen belajar bahasa mandarin, kan juga banyak negara-negara tetangga yang menggunakan bahasa mandarin :)

Reffi Dhinar mengatakan...

waah semangat mbaak

Reffi Dhinar mengatakan...

bener mbak,,bahasanya menjanjikan :)